Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Riuh Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, Denny Siregar: Kayak Ga Ada Masalah yang Lebih Pantas Diributin

Denny Siregar ikut berkomentar terkait ramainya pembahasan soal pengecatan ulang Pesawat Kepresidenan era Jokowi. "Masalah ngecat pesawat aja ribut"

Editor: Sakinah Sudin
Kolase Tribun Timur/ Sakinah Sudin
Kolase: Pesawat Boeing 737-8U3 yang menjadi pesawat Kepresidenan RI dengan cat merah putih (JET PHOTOS/Abdiel Ivan Rivandi) dan Denny Siregar (Twitter @@Dennysiregar7) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pegiat media sosial Denny Siregar ikut berkomentar terkait ramainya pembahasan soal pengecatan ulang Pesawat Kepresidenan era Jokowi.

"Masalah ngecat pesawat aja ribut.. Kayak gada masalah yg lebih pantas diributin..

Dasar kue gaban..," tulis Denny Siregar lewat akun Twitter @Dennysiregar7, Selasa (3/8/2021) pukul 9.13 malam, seperti dilansir Tribun-timur.com.

Pada postingan lain, Denny Siregar kembali membahas tentang cat pesawat.

Namun dalam postingannya, Denny Siregar menyentil Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief.

"Mungkin kalo pesawatnya di cat warna biru @PDemokrat dan di buntutnya ada wajah AHY besar2, @Andiarief__
pasti akan bikin status dengan wajah memerah krn bangga dan malu2 menulis, "Sepertinya gak perlu begitu juga ah, terlalu berlebihan.."

Habis itu ingusnya di lap..," tulis Denny Siregar, Rabu (4/8/2021) pukul 9.26 malam.

Diketahui, Andi Arief ikut menyoroti soal perubahan warna cat pesawat kepresidenan.

"Sekarang pesawat kepresidenan berwarna merah. Entah maksudnya apa, bisa warna bendera bisa juga corona. Dulu biru.

Desain dan warna karya seorang mayor desainer di TNI AU.

Dominasi biru langit adalah upaya peningkatan keamanan penerbangan, sebagai warna kamuflase saat terbang," tulis Andi Arief lewat akun Twitter @Andiarief__, Selasa (3/8/2021) pukul 12.48 siang.

Tak berhenti di situ, Andi Arief menyebut keselamat Presiden nomor 1. Bahkan dia menyebut nama mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Keselamatan Presiden jadi pertimbangan utama. Terutama Presiden setelah SBY, karena SBY hanya menggunakannya beberapa bulan saja.," tulisnya di hari yang sama pukul 6.04 malam.

Tanggapan Pengamat Penerbangan

Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyayangkan adanya perubahan warna pesawat kepresidenan di tengah pandemi Covid-19.

Menurut dia, pemerintah seharusnya lebih mementingkan kebutuhan penanganan pandemi daripada mengubah warna pesawat kepresidenan.

"Saat negara sedang hadapi pandemi dan krisis ekonomi, pemerintah seharusnya menunjukkan sense of crisis," kata Alvin kepada Kompas.com, Selasa (3/8/2021), dilansir dari artikel Kompas.com berjudul Pengecatan Pesawat Kepresidenan Saat Pandemi Disorot, Dinilai Tak Ada Urgensinya.

"Hal-hal yang bukan kebutuhan mendesak perlu ditangguhkan. Anggaran difokuskan pada penggulangan pandemi," ujar dia.

Alvin mengatakan, dia pertama kali mengetahui perubahan warna pesawat kenegaraan tersebut dari rekan-rekannya sesama spotter atau orang yang hobi memotret pesawat.

Ia menjelaskan bahwa biaya perubahan warna pesawat tersebut tidak sedikit.

Setidaknya, ada dua motode pengecatan ulang pesawat.

Pertama sanding atau cat lama diampelas hingga hilang warnanya dan tersisa warna primer dasar, kemudian dicat dengan warna dan pola baru.

Kedua, stripping atau cat lama dikupas total hingga ke kulit pesawat (bare metal) kemudian dicat ulang.

"Yang lazim dilakukan adalah metode sanding, biaya berkisar 100.000 dollar Amerika Serikat per pesawat," ujar Alvin.

"Biaya cat ulang saya merujuk pada biaya yang umumnya berlaku untuk pengecatan ulang pesawat B737-800 penerbangan sipil," kata dia.

Lebih jauh, Alvin menilai pengecatan ulang atau mengubah warna pesawat bukanlah kebutuhan mendesak.

Apalagi Pesawat Kepresidenan yang kini dipakai pemerintah baru berusia 7 tahun

"Perawatan bagus, penampilan juga masih layak. Tidak ada urgensi dicat ulang atau ubah warna," kata Alvin

"Ingat, tunjangan dan insentif ASN dan anggaran berbagai Lembaga dan Kementerian dipangkas untuk refocusing Anggaran," tutur dia. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin/ Kompas.com/ Irfan Kamil)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved