Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Apriyani Rahayu

Pantas Apriyani Rahayu Jago Main Bulutangkis, Bakat Menawan Menurun dari Sosok ini

Apriyani Rahayu memang sudah memperlihatkan talenta sejak kecil, sebelum masuk sekolah dasar

Editor: Ilham Arsyam
Kolase Tribun Timur / Tribun Sultra
Kisah Sukses Apriyani Rahayu pebulutangkis yang merintis karier dari kampung 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pebulutangkis Apriyani Rahayu disebutkan sudah memperlihatkan minat bulutangkis sejak kanak-kanak.

Dia mulai memegang raket sejak usia 3 tahun.

Minat dan bakat Apriyani Rahayu tersebut diturunkan dari sang Ibu yang dulunya atlet bulutangkis.

Sang ibu, Sitti Djauhar, semasa hidup kerap mewakili dinas untuk bertanding.

“Dia pegang raket itu sejak masih kecil, baru usia 3 tahun. Kebetulan mamanya, almarhumah pemain bulu tangkis dan dulu biasa mewakili dinas bertanding,” kata ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin P.

Namun, kala itu, sang ibu memberikan Apriyani raket bekas.

“Makanya ada raket tapi mamanya tidak mau kasih raket yang bagus tapi raket bekas. Disambung-sambung itu raketnya,” jelas Amiruddin.

Menurut Amiruddin, sang putri memang sudah memperlihatkan talenta sejak kecil, sebelum masuk sekolah dasar.

“Boleh dikata, Apriyani belum lancar bicara sudah bermain bulu tangkis,” ujar Amiruddin.

Amiruddin mengatakan, saat kecil Apriyani sering bermain bulutangkis menggunakan raket yang dimiliki almarhum ibunya.

Namun, dia menggunakan raket bekas tak layak pakai kala masih anak-anak.

“Belum bisa beli raket dulu, masih disambung-sambung (tali senar),” jelas Amiruddin.

Seiring berjalannya waktu minat dan potensi putrinya itu semakin kelihatan.

Mereka pun membelikan raket untuk Apriyani.

Tak sekadar raket, halaman rumah pun disulap menjadi lapangan bulutangkis seadanya.

Lurah Lawulo: Terharu Ingat Almarhum Ibunda Apriyani

Kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 memberikan kesan tersendiri bagi Lurah Lawulo, Lyly Suyatim.

Menurut Lyly, kemenangan tersebut kembali mengingatkan dirinya terhadap sosok almarhum Ibunda Apriyani Rahayu, Sitti Djauhari.

"Perasaan saya sangat bangga dan terharu karena saya pemerintah sekaligus keluarga dekat dari Apriyani Rahayu," ungkap Lyly kepada TribunnewsSultra.com, Selasa (03/8/2021).

Lyly berharap, dimasa mendatang ada lagi para penerus bangsa yang mengikuti jejak prestasi Greysia/Apriyani.

Terutama, kata dia, putra putri bangsa yang berada dipelosok-pelosok desa seluruh Indonesia.

"Karena ini Apriyani kita tahu dia dari pedesaan," lanjut Lyly.

Selain itu, khusus di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, ia menyebut akan mendukung jika ada yang mengikuti langkah Apriyani.

Apalagi, jika hal tersebut ada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sebelumnya, sejumlah baliho ucapan selamat datang untuk Apriyani Rahayu dipasang di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Selasa (03/8/2021).

Dari pantauan TribunnewsSultra.com, baliho ucapan tersebut mulai dari batas wilayah Kelurahan Lawulo dan Kelurahan Unaasi.

Baliho yang berukuran sekira 3x1 meter itu bertuliskan 'Selamat Datang di Kampung Halaman Apriyani Rahayu'.

Baliho ucapan selamat datang untuk Apriyani Rahayu dipasang warga di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Selasa (03/8/2021).
Baliho ucapan selamat datang untuk Apriyani Rahayu dipasang warga di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Selasa (03/8/2021). (Handover)

Sementara itu, tak jauh dari perbatasan baliho ukuran sekira 1,5x1 meter juga dipasang di rumah orang tua Apriyani Rahayu.

Dibaliho tersebut bertuliskan 'Selamat Datang Putri Terbaik Konawe Emas Ditangan Mu'.

Sejumlah umbul-umbul dan bendera merah putih juga telah dipasang didepan rumah Amiruddin P selaku Ayah Apriyani.

Cerita Sang Ayah: Awalnya banyak yang bilang dia tidak akan berhasil 

Apriani Rahayu yang menjadi pasangan ganda putri Greysia Polii merupakan putri Tolaki, berasal dari kampung yang berlokasi sekitar 66,1 kilometer (km) dari Kota Kendari, ibu kota Provinsi Sultra itu.

Dari kampung inilah, kini Apriyani menorehkan prestasi dunia dengan meraih medali emas ganda putri bulutangkis bersama Greysia Polii di Olimpiade Tokyo 2020.

“Apriyani itu anak petani, anak dari pedesaan,” kata ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin P.

Apriyani terlahir dari pasangan Amiruddin dan Sitti Djauhar. Ibu Apriyani telah berpulang pada tahun 2015 silam.

Apriyani Rahayu lahir di Kabupaten Konawe, Provinsi Sultra, 29 April 1998.

Amiruddin bercerita prestasi yang ditorehkan sang putri hingga meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 tidaklah mudah.

Berliku, terjal, bahkan penuh dengan hinaan dan cemoohan orang.

“Awalnya banyak yang bilang dia tidak akan berhasil,” ujar Amiruddin.

Tak hanya sanksi dengan kemampuan yang dimiliki Apriyani.

Amiruddin menyebut terlalu banyak hinaan yang didapatkan saat awal mula sang putri merintis karir di dunia bulutangkis.

“Yang mengesankan selama saya antar Apri itu terlalu banyak hinaan,” jelas Amiruddin ditanya mengenai pengalaman paling berkesan selama putrinya merintis karir.

“Karena Apri kuat katanya karena ini, banyak songgi (sinonggi, makanan khas Sultra) padahal dia tidak tahu di rumah dia langsung mengatakan begitu,” katanya menambahkan.

Meski demikian, kata Amiruddin, hinaan demi hinaan tersebut justru menjadi cambuk bagi dirinya utamanya Apriyani Rahayu.

Dia bersama almarhum ibu Apriyani pun terus memberi dukungan kepada sang buah hati.

“Tapi satu dorongan bagi saya untuk membina dia bagaimana bisa bagus prestasinya,” jelas Amiruddin.

Apalagi, kata Amiruddin, dia yakin putrinya tersebut memiliki potensi besar di cabang olahraga bulutangkis sejak dini.

Alhasil, kini sang putri berhasil membuktikan diri dengan menuai prestasi.

“Saya lihat dia punya gerakan itu calon-calon pemain dunia, dan Alhamdulillah kini terbukti dia menjadi juara dunia,” ujarnya.

Turnamen Pertama

Dengan bakat dan potensi yang dimiliki putrinya itu, kata Amiruddin, Apriyani mulai mengikuti turnamen bulutangkis saat masih usia dini.

Sekitar tahun 2006, ada seorang guru yang mencari bibit atlet untuk mewakili kecamatan bertanding untuk tingkat Kabupaten Konawe.

“Alhamdulillah, ada temannya yang bilang 'ada teman ku, siapa namanya? Apriyani Rahayu' sudah mi dia suruh bawa raket,” ujar Amiruddin.

Kala itu, Apriyani kemudian dibawa ke sekolah untuk dilatih dan diuji oleh gurunya.

Gurunya pun menilai Apriyani layak mewakili kecamatan untuk turnamen tingkat kabupaten.

Saat turnamen tingkat kabupaten itulah Apriyani menorehkan prestasi pertamanya di dunia bulutangkis.

Namun, itupun tak diraih Apriyani dengan mudah.

Meski sudah menang di babak final, pertandingan yang sudah dimenangkan Apriyani diminta diulang lagi.

Menurut Amiruddin, saat Apriyani melaju ke final dan menang, beberapa pihak tak setuju dengan kemenangannya itu.

Panitia kemudian memutuskan untuk melakukan pertandingan ulang.

Alhasil, Apriyani tetap memenangkan pertandingan final tingkat kabupaten tersebut.

“Tidak cukup seminggu dari situ, Apriyani selanjutnya ikut seleksi tingkat kabupaten,” kata Amiruddin.

Seleksi tingkat kabupaten tersebut, kemudian menghantarkan Apriyani bertanding di tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara.

Apriyani kala itu berhasil meraih juara dua tingkat Provinsi Sultra.

Keberhasilan itupun sempat meninggalkan cerita bagi Apriyani, begitupun sang ayah.

Menurut Amiruddin, saat itu ada pihak yang menawarkan kepada Apriyani agar mengalah sebelum pertandingan berlangsung.

Dengan iming-iming imbalan bakal dibelikan baju dan sepatu baru.

Namun, Apriyani kecil menolak tawaran orang itu.

“Masih bisa dia belikan papah ku, saya mau ke Jakarta. Menangis dia,” kata Amiruddin mengutip perkataan Apriyani kala itu.

Prestasi demi prestasi selanjutnya ditorehkan Apriyani.

Pada tahun berikutnya, Apriyani kemudian mengkuti Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Konawe Selatan (Konsel).

Saat ikut Porda Konsel itu, Apriyani kembali menorehkan prestasi.

Tak hanya satu, tapi meraih beberapa gelar juara.

Apriyani berhasil meraih tiga medali emas.

“Dia ambil medali emas semua, ditunggal putri, ganda campuran dan ganda putri. Itu medalinya masih ada disitu,” kata Amiruddin sambil menunjuk lemari koleksi medali dan piala milik Apriyani.

Semasa kecil, Apriyani Rahayu bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Lalosabila, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe.

Selanjutnya, bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Unaaha.

Saat Sekolah Menengah Atas (SMA), Apriyani sudah mulai fokus menjadi atlet bulutangkis dan berlatih di Kota Kendari.

Sehingga Apriyani mengikuti kelas belajar jarak jauh.

Apriyani merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Ia adalah satu-satunya anak perempuan dari empat saudaranya itu.

Berangkat ke Jakarta

Dengan berbagai torehan prestasi yang dicatatkan di tingkat regional, Apriyani Rahayu pun dilirik.

Dia pun berangkat ke Jakarta untuk Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) dari Persatuan Bulu Tangkis Konawe Utara atau PB Konut.

“Beliau (Apriyani) dari Kabupaten Konawe. Beliau berhasil ke Jakarta masuk Pelatnas berangkat dari PB Konut,” kata Bupati Konawe Utara (Konut) Ruksamin dikonfirmasi secara terpisah.

Ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin P, bercerita saat akan berangkat pertama kali ke Jakarta, dirinya didatangi oleh dua pelatih Apriyani.

Meski terasa berat, Amiruddin dan istrinya kala itu akhirnya mengizinkan putrinya berangkat ke Jakarta.

Mereka mendukung penuh putrinya meskipun harus terpisah jarak.

“Mamanya bayangkan itu kita pergi antar di bandara, sampai di sini tiga kali pingsan dia ingat anaknya,” kata Amiruddin.

“Saya bilang kamu doakan saja, tidak ada lain. Jadi kerjanya itu kalau lagi duduk dia baca Yasin,” jelas Amiruddin menambahkan.

Momen duka pun dirasakan Apriyani Rayahu pada 10 November 2015 silam.

Sang ibu yang selalu memberi dukungan berpulang untuk selama-lamanya.

Momen duka itupun diterima Apriyani saat tengah bertanding mewakili Indonesia.

Kala itu, Apriyani sudah berada di lapangan untuk bertanding di Peru, Amerika Selatan.

Kabar duka kepergian sang ibu pun sempat menunda pertandingan itu untuk beberapa saat.

Pelatih memberitahu wasit untuk mengabari Apriyani yang sedang bertanding jika ibunya sudah tiada.

“Terpaksa, dia (Apriyani) berdoa dulu baru masuk lapangan. Nanti kembali di Indonesia selesai pertandingan dua minggu kemudian baru pulang di sini (Konawe) baca-bacakan,” jelas Amiruddin.(*)

(Tribun Timur / TribunnewsSultra.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved