Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Annas GS Wafat

BREAKING NEWS: Mantan Sekretaris KPU Sulsel Annas GS Meninggal Dunia Senin Pagi di RS Dadi

Bahkan dua malam sebelumnya, lanjut Arman Arfah, Annas GS Karaeng Jalling masih saling chatting di WA dengan dirinya.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Annas GS Karaeng Jalling 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Berita duka hari ini. Annas GS Karaeng Jalling wafat, Senin, 2 Agustus 2021, pagi di RS Daya, Makassar.

Kabar duka wafatnya Annas GS Karaeng Jalling menyebar di sejumlah Group WhatsApp Senin pagi ini.

"Innalilahi wainnailaihi rojiun, telah berpulang ke Rahmatullah Kakanda Annas GS Karaeng jalling, pagi ini dirumah sakit Dadi, semoga Almarhum mendapatkan syafaat dan ampunan Allah SWT Al Fatihah"

Demikian berita duka yang diposting sahabat Annas GS Karaeng Jalling, Arman Arfah, di Group WhatsApp Geng Makassar.

"Innalillahi Wainnailahi Rajiun,turut berduka cita atas berpulnganya rekan kita ANNAS GS.KARAENG JALLING,pagi ini di RS.Dadi,smoga alm mendptkan terbaik yg layak disiaiNYA,diampuni dosa²nya,diterima amal ibadahnya,sahabat kita ini org baik,mau berkorban apa saja demi persahabatan.humoris dan org tegas.slamat jalan Karaeng Jalling.Alfateha."

Tulis Andi Yusran Paris di Group WhatsApp Accaritaki.

Sahabat Annas GS Karaeng Jalling, Arman Arfah, mengaku masih sempat berkomuniksi dengan toko Turatea itu pada Sabtu malam.

"Kemarin siang di bawah kerumah sakit karena saturasi nya turun drastis, dan pagi beliau sudah mendahului kita semua Al Fatihah untuk Kakanda Annas GS," kata Arman Arfah via telepon ke Tribun-Timur.com, pukul 06.50 wita, 2 Agustus 2021 pagi ini.

Menurut Arman Arfah, setelah melihat kabat duka di salah satu Group WhatsApp, Arman Arfah telepon istri Annas GS Karaeng Jalling.

"Istrinya hanya menangis dan mengatakan 'Maafkan Karaeng karena kita itu selalu namain-maini," kata Arman Arfah.

Bahkan dua malam sebelumnya, lanjut Arman Arfah, Annas GS Karaeng Jalling masih saling chatting di WA dengan dirinya.

"Waktu itu saya tanya 'Bagaimana kabar ta, Karaeng?' Dia jawab 'Masih anu, Ndi' Doakanka'!'," jelas Arman Arfah.

Arsip Tribun: In Memoriam Karaeng Jalling

Oleh:
Rusman Madjulekka

Lelaki bertopi itu sibuk menelepon. “Halo…halo…” Lelaki itu kembali berupaya menelepon seseorang. Sampai tiga kali, tapi tetap tak ada jawaban.

 “Mentang-mentang sudah pensiun, biar telepon sudah tidak mau mi na angkat lagi,” ujar Muhammad Annas GS Karaeng Jalling dengan nada tinggi memecah tawa beberapa kawannya di sebuah kedai kopi legendaris di kawasan Panakkukang, Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa hari lalu.      

Sejak pensiun dari ASN (aparatur sipil negara), beberapa tahun lalu, ‘Karaeng Jalling’ (disingkat Karjal)-begitu ia akrab disapa-lebih banyak menghabiskan waktu ngopi dan bercanda bersama kawan dan sahabatnya.

Selain kebiasaan baru itu, Karaeng Jalling juga kerap bermain tenis dan berpacu kuda yang menjadi hobinya. Kadang di akhir pekan Karaeng Jalling menengok tambak ikan dan garam-nya di kampungnya, kabupaten Jeneponto.    

“Saya kembali menjadi petani garam dan budidaya ikan di kampung,Dinda…!” kata Karaeng Jalling seolah ingin menegaskan kalau sesungguhnya ia belum habis dan tetap produktif.

Hanya lahan garapannya saja yang membedakan dengan sebelumnya saat dirinya masih aktif sebagai pamong praja. Bahkan beberapa kali Karaeng Jalling terdengar nyaring meneriakkan nasib petani garam yang terpuruk akibat kebijakan impor garam.

Selain itu, Karaeng Jalling juga dikenal hobi memelihara kuda dan ikut perlombaan pacuan kuda. “Jangan lupa,saya juga petani rumput laut di kampung,” tambah Karaeng Jalling tersenyum sembari melirik kawan di sampingnya, yang Ketua Umum DPP Asperli (asosiasi petani pembudidaya rumput laut indonesia), Arman Arfah.   

Pria yang dalam tubuhnya mengalir kental darah biru dari para pemangku Kerajaan Binamu, Jeneponto, ini seakan menolak tua.

Melihat semangatnya itu, dirinya kerap dianalogikan seperti pemeran utama dalam sebuah film berjudul "The Curious Case of Benjamin Button".

Dalam film tersebut, Benjamin Button menjadi sosok pemeran utamanya. Dimana, Benjamin Button yang diperankan oleh Brad Pitt terlahir dengan tampilan fisik seperti seorang laki-laki berusia 70 tahun.

Fase kehidupan yang dijalani oleh Benjamin Button justru terbalik. Hal ini dikarenakan ketika Benjamin Button semakin besar justru sosoknya semakin terlihat muda.

Film itulah yang akhirnya menjadi inspirasi bagi ‘Karaeng Jalling’ dimana ia merasa semakin tua justru tidak mengendurkan spiritnya untuk tetap produktif. "Orang-orang mungkin mengira saya sudah habis, tua dan lelah, tetapi justru saya baru saja memulai menjadi muda," ujar Karaeng Jalling tersenyum.

***

Waktu itu ibarat aliran sungai. Tidak ada seorang pun yang bisa melintasi sungai yang sama dua kali. Sungai terus mengalir, manusia terus berubah.

Minggu 27 Desember 2020, Karaeng Jalling genap berusia 62 tahun. “Saat merayakan momen ultah saya empat hari berada di empang lepas bibit ikan kakap putih sekaligus tanam padi di sawah,” jawabnya.

Kurang lebih 36 tahun lamanya ia mengabdi sebagai pegawai negeri sipil dengan berbagai penugasan, pengalaman berkesan dan beragam suka dukanya. 

Yang ia ingat paling berat saat ditugaskan oleh pimpinan mengeluarkan para pendemo Gubernur di gedung DPRD Sulsel yang sudah menginap dua hari. “Makanya saya panggil massa dari Jeneponto sekitar empatbelas mobil dan kemudian disuruh lagi mendamaikan pelantikan Bupati Jeneponto yang sudah membakar gedung DPRD setempat,” ceritanya.

Pada waktu ada instruksi Presiden tentang gerakan penghematan BBM dan banyak pejabat naik sepeda dan sebagainya, maka Karaeng Jalling memilih naik kuda ke kantor. Hal itu menjadi heboh dan pro kontra di masyarakat bahkan menjadi viral di media massa.

Namun satu yang membuat dirinya bangga karena sampai masa pensiun, ia tidak pernah di non job, meskipun saat itu banyak ASN yang iri dan cemburu dengan karirnya. Jabatan terakhirnya sebagai Sekretaris Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Selatan

“Tapi saya tetap bersahabat pada orang yang tidak suka pada saya dan saya selalu menjaga adat-adat Bugis Makassar, terkhusus adat orang Turatea,” kata ayah lima anak dan dua cucu ini.(*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved