Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ruang Publik LSKP

Sebanyak 47 Juta Perempuan Kehilangan Akses Kontransepsi di Tengah Pandemi,7 Juta Diantaranya Hamil

Diungkap Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid dalam Ruang Publik LSKP. Shanti Riskiyani ungkap kondisi layanan kesehatan yang dialami perempuan.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid dan Dr Shanti Riskiyani dalam Ruang Publik LSKP #4, Jumat, 30 Juli 2021. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Petugas medis sebagai frontliner penanganan Covid-19 didominasi perempuan. Data tahun 2019 menunjukkan proporsi perempuan yang bekerja di jasa kesehatan mencapai hingga 2,69 persen.

Hal itu menunjukkan bahwa perempuan menjadi garda terdepan pada penanganan covid-19, sehingga sangat penting untuk pemerintah dapat  meningkatkan layanan kesehatan terhadap perempuan.

Demikian diingatkan Alfiana Hafid ketika membuka Ruang Publik Edisi #4 Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP), Ruang Publik LSKP, Jumat (30/7/2021).

Kegiatan Ruang Publik digelar Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) didukung Women’s Democracy Network, International Republican Institute, serta kerjasama dengan Kaukus Perempuan Sulawesi Selatan dan Kaukus Perempuan Politik Sulawesi Selatan.

Tiga narasumber hadir di meeting virtual. Mereka adalah Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid. selaku Pengurus PAEI Sulsel dan Dosen FKM Unhas Dr Shanti Riskiyani SKM MKes.

Teman Ruang Publik Edisi #4 adalah Perempuan dan Kualitas Layanan Kesehatan dan dilaksanakan secara virtual.

Selaku host, Alfiana Hafid membuka bahasan dialog dengan perkenalan Ruang Publik, pemaparan profil narasumber dan dialog interaktif bersama narasumber.

“Petugas medis sebagai frontliner penanganan Covid-19 saat ini didominasi perempuan. Data tahun 2019 menunjukkan proporsi perempuan yang bekerja di jasa kesehatan mencapai hingga 2,69 persen,” jelas Alfiana Hafid.

Pandangan awal mengenai hal tersebut juga ditanggapi Dr Shanti Riskiyani  selaku dosen departemen departemen promosi kesehatan dan ilmu perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, FKM Unhas.

“Sebagai lini terdepan penanganan COVID-19 baik pada lingkup keluarga maupun masyarakat, perempuan tentunya memiliki risiko paparan yang lebih tinggi.  Selain itu, perempuan mengalami ancaman kesehatan pada kesehatan reproduksi dikarenakan perubahan prioritas pelayanan kesehatan di masa pandemi ini,” jelas Dr Shanti Riskiyani memantik diskusi.

Sebagai ahli epidiomologi utamanya pada kondisi kesehatan berkenaan dengan perempuan, Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid memberikan pandangan terkait kondisi kesehatan yang dialami perempuan saat ini.

“Pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap kesehatan Perempuan, 47 juta perempuan kehilangan akses terhadap kontransepsi, menghasilkan 7 juta kehamilan yang tidak direncanakan,” kata Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid.

Menurut Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid, selama pandemi, penurunan jumlah kunjungan kehamilan terhadap layanan kesehatan juga turun menjadi 34,3% persen.

“Tak hanya itu, penghentian kegiatan posyandu dan layanan balita berimplikasi pada kualitas kesehatan perempuan yang berisiko tinggi,” tegas Dr Fatmah Afrianty Gobel SKM MEpid.

Shanti Riskiyani juga mengingatkan kondisi layanan kesehatan yang dialami perempuan saat ini dan penyebabnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved