Timor Leste
Timor Leste Terlilit Utang hingga Pengangguran Cukup Tinggi, Pemuda Ramai-ramai Pindah ke Negara Ini
Kondisi Timor Leste yang kini sudah miskin membuat sejumlah pemuda ramai-ramai tinggalkan negaranya untuk bertahan hidup.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kondisi Timor Leste sejak pisah dari Indonesia sangat memprihatinkan.
Kini Timor Leste menjadi negara miskin dan jumlah pengangguran sangat tinggi.
Hal itu membuat sejumlah pemuda ramai-ramai tinggalkan negaranya untuk bertahan hidup.
Timor Leste atau secara resmi bernama Republik Demokratik Timor Leste.
Sebelum merdeka bernama Timor Timur, sebuah negara pulau di Asia Tenggara.
Negara ini berada di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor.
Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan eksklave Oe-Cusse Ambeno di Timor Barat.
Timor Timur dijajah oleh Portugal pada abad ke-16, dan dikenal sebagai Timor Portugis sampai 28 November 1975, ketika Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (FRETILIN) mengumumkan kemerdekaan wilayah tersebut.
Sembilan hari kemudian, Indonesia melakukan invasi dan kemudian menganeksasi Timor Timur.
Timor Timur dinyatakan sebagai provinsi ke-27 oleh Indonesia pada tahun berikutnya.
Pendudukan Indonesia di Timor Timur ditandai oleh konflik yang sangat keras selama beberapa dasawarsa antara kelompok separatis (khususnya FRETILIN) dan militer Indonesia.
Dulu nama mereka adalah Timor Timur. Namun pada tahun 1999, warga Timor Leste mengadakan jajak pendapat atau referendum.
Hasilnya lebih dari 50% warganya ingin merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia. PBB pun mendukung referendum tersebut.
Secara resmi, negara ini memerdekakan diri dan menjadi negara baru pada 20 Mei 2002 atau 18 tahun yang lalu.
Namun setelah melepaskan diri dari Indonesia, nyatanya kehidupan di Timor Leste tidak juga membaik.
Kilang minyak yang begitu mereka banggakan justru menjadi masalah lainnya karena mereka terlilit utang dengan China.
Padahal menurut analisis dari Sensus Penduduk dan Perumahan Timor-Leste terbaru, pemuda yang berusia antara 15 hingga 24 tahun merupakan 20 persen dari total populasi di Timor Leste pada 2015.
Jika mereka pergi, maka Timor Leste bisa kehilangan populasi emas atau calon penerus bangsa.
Namun para pemuda Timor Leste juga punya alasan kuat.
Dilansir dari kompas.com pada Selasa 25 Mei 2021, mereka menyebutkan bahwa mencari pekerjaan di negaranya begitu sulit.
Jadi tidak heran banyak dari mereka rela mengantri di depan Kedutaan Besar Portugal di Dili demi pindah negara.
Pemandangan itu pun sudah tidak asing lagi dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka berharap mendapatkan paspor Portugal dengan harapan melihat masa depan yang lebih baik di Eropa.
Dari laporan Sensus Analisis Angkatan Kerja, tingkat pengangguran memang mencapai 12,3%.
Ironisnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula risiko dirinya menganggur. Sekitar 20% tingkat pengangguran.
Itu bagi mereka yang berpendidikan.
Bagi mereka anak muda yang tidak berpendidikan atau nonformal, maka tingkat pengangguran mencapai di bawah 10 persen.
Sementara pemuda yang tamat sekolah menengah, persentase penganggurannya adalah 18 persen.
Jadi, total tingkat pengangguran di Timor Leste bagi mereka yang tidak berpendidikan atau tidak memiliki pelatihan mencapai 27,7%.
Data buruk itu dilengkapi dengan hampir 53,4 persen pemuda yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak bekerja pada saat pencacahan tahun 2015.
Ada beberapa alasan mengapa tingkat pengangguran begitu tinggi di Timor Leste.
Salah satunya kurangnya kesempatan kerja dan kurangnya keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja.
Tidak ada pekerja seperti PNS di Indonesia atau organisasi masyarakat sipil.
Buruknya, saingan mereka adalah para tenaga asing yang berasal dari berbagai negara.
Seperti pekerja migran di Inggris, pekerja musiman di Australia, dan program kerja sementara di Korea.
Asal Orang Timor Leste
Orang Timor Leste adalah keturunan dari tiga gelombang pendatang.
Gelombang pertama yang menetap di pulau itu terkait orang-orang Vedo-Australoid yang berhubungan dengan orang Sri Lanka, tiba antara 40.000 dan 20.000 SM.
Gelombang kedua dari orang-orang Melanesia sekitar 3.000 SM membawa penduduk asli, yang disebut Atoni, ke pedalaman Timor.
Gelombang orang-orang Melanesia diikuti oleh orang Melayu dan Hakka dari Cina selatan.
Sebagian besar orang Timor Leste mempraktikkan pertanian subsisten.
Kunjungan yang sering terjadi berasal dari para pedagang Arab, Cina, dan Gujarat yang melaut membawa barang-barang logam, sutra, dan beras; orang Timor mengekspor lilin lebah, rempah-rempah, dan kayu cendana yang harum.
Pedagang Hakka termasuk di antara mereka yang merupakan keturunan dari kelompok terakhir ini.
Penjelajah Eropa awal melaporkan bahwa pulau itu memiliki sejumlah kepala kerajaan atau pangeran kecil di awal abad ke-16.
Salah satu yang paling signifikan adalah kerajaan Wehale di Timor Tengah, di mana suku Tetum, Bunaq, dan Kemak bersekutu.
Orang Eropa pertama yang tiba di daerah itu adalah orang Portugis, yang mendarat di dekat Pante Macassar modern.
Pada tahun 1556 sekelompok biarawan Dominika mendirikan desa Lifau di sana.
Pada tahun 1702 wilayah tersebut secara resmi menjadi koloni Portugis, yang dikenal sebagai Timor Portugis, ketika Lisbon mengirimkan gubernur pertamanya, dengan Lifau sebagai ibukotanya.
Kontrol Portugis atas wilayah itu lemah, terutama di pedalaman pegunungan.
Para biarawan Dominika, serangan Belanda sesekali, dan orang Timor sendiri menjadi oposisi terhadap Portugis.
Kontrol administrator kolonial sebagian besar terbatas di Dili harus bergantung pada kepala suku tradisional untuk kontrol dan pengaruh.
Bagi Portugis, Timor Lorosa'e tetap menjadi pos perdagangan yang terabaikan sampai akhir abad kesembilan belas.
Ibukota dipindahkan ke Dili pada tahun 1767, karena ada serangan dari Belanda, yang menjajah sisa pulau dan kepulauan sekitarnya yang sekarang menjadi Indonesia.
Perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda secara resmi diputuskan pada tahun 1859 dengan Perjanjian Lisbon.
Perbatasan definitif dibuat oleh Den Haag pada tahun 1916, dan tetap menjadi batas internasional antara negara-negara modern Timor Lorosa'e dan Indonesia.
Meskipun Portugal netral selama Perang Dunia II, pada bulan Desember 1941, Timor Portugis diduduki oleh Australia dan Belanda, yang mengharapkan invasi Jepang.
Ketika Jepang benar-benar menduduki Timor, pada bulan Februari 1942, 400 pasukan Belanda- Australia dan sejumlah besar sukarelawan Timor melibatkan mereka dalam kampanye gerilya selama satu tahun.
Artikel ini telah tayang di Instisari Grid.id dengan judul Sok-sokan Merdeka dari Indonesia, Kini Tingkat Pengangguran di Timor Leste Sangat Tinggi, Anak Mudanya Sampai Kabur ke Negeri Ini