Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Virus Corona

WNA Ramai-ramai Tinggalkan Indonesia, 14 WN Jepang Meninggal Dunia karena Covid-19

ekspatriat yang tinggal di Indonesia memutuskan untuk kembali ke negaranya seiring memburuknya krisis Covid-19 di RI.

Editor: Muh. Irham
tribunnews
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUN-TIMUR.COM – Sekira 90 warga negara Taiwan telah memesan kursi pada penerbangan charter yang dijadwalkan akan membawa mereka pulang pada 28 Juli 2021. Dilansir CNA, Rabu (14/7/2021), diketahui mereka terdiri pebisnis Taiwan dan ekspatriat yang tinggal di Indonesia memutuskan untuk kembali ke negaranya seiring memburuknya krisis Covid-19 di RI.

Kuo Chang-hsin, kepala pusat layanan yang didirikan oleh Indonesia Taiwan Chambers of Commerce (ITCC) berujar sebuah agen perjalanan berencana untuk mencarter penerbangan Batik Air Indonesia. Mereka akan mengangkut pelanggan dari Taiwan kembali ke Taiwan setelah jumlah penumpang yang memesan layanan telah mencapai 100.

CNA menulis wabah COVID-19 terus mengamuk di Indonesia, dimana negara ini mencatat 300.000 kasus baru yang dikonfirmasi dan 180.000 kasus yang dicurigai selama delapan hari terakhir. Sementara itu, sekitar 407.000 orang dirawat karena penyakit ini atau diisolasi.

Dengan kekurangan sumber daya medis, Indonesia telah melaporkan sekitar 68.000 kematian akibat penyakit tersebut sejak pandemi melanda tahun lalu.

“Mempertimbangkan situasi di Indonesia, kamar dagang Taiwan di Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Surabaya Jawa Timur semuanya menyarankan anggota senior mereka kembali ke Taiwan,” kata Kuo.

Kuo berujar bahwa ketua ITCC Wang An-tso dan mantan Ketua Ko Sheng-sheng, yang saat ini berada di Taiwan, telah membantu berkoordinasi dengan agen perjalanan untuk mengatur penerbangan charter dimaksud.

Menurut pusat layanan respon Covid-19 ITCC, sejak tanggal 6-12 Juli 2021, 72 orang Taiwan di Indonesia dipastikan mengidap penyakit tersebut, dan 10 di antaranya telah pulih, sementara empat telah meninggal.

Jumlah orang Taiwan yang meninggal akibat COVID-19 di Indonesia sedikitnya delapan orang jika kematian yang dilaporkan sebelumnya ditambah.

Chen Chung, Kepala Kantor Perwakilan Taiwan di Jakarta, mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk mengevakuasi warga negara Taiwan dari Indonesia jika negara lain menilai perlu.

Sementara itu, Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu juga mengumumkan bahwa pemerintah Jepang akan membantu warga negaranya di Indonesia kembali ke Jepang melalui penerbangan khusus pada hari Rabu, menurut laporan Fuji News Network.

Hingga Senin, 14 warga negara Jepang meninggal dunia akibat wabah COVID-19 di Indonesia.

Perusahaan Jepang baru saja membawa pulang karyawan mereka menggunakan pesawa sewaan, di tengah kasus infeksi virus corona (Covid-19) yang mengalami peningkatan secara signifikan di Indonesia. Lonjakan ini memang membuat fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia berada 'di bawah tekanan'.

Wabah ini terutama disebabkan oleh penularan dari varian B.1.617.2 (Delta) yang kali pertama terdeteksi di India. Dikutip dari laman NHK World,Kedutaan Besar Jepang untuk Republik Indonesia mengatakan bahwa sembilan ekspatriat berusia 30 hingga 40-an tahun meninggal pada periode 26 Juni hingga 12 Juli setelah dinyatakan positif tertular Covid-19.

Terkait perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia dan untuk mengantisipasi situasi yang kian memburuk, sebuah perusahaan swasta Jepang pun akhirnya menerbangkan pesawat sewaan pada hari Rabu waktu setempat untuk mengevakuasi karyawan maupun anggota keluarga mereka keluar dari Indonesia.

Okutsu So yang bekerja di kantor perusahaan logistik Jepang di Jakarta mengatakan bahwa akan ada lebih banyak orang yang kembali ke Jepang pada bulan ini sebagai tanggapan atas instruksi dari kantor pusat mereka.

Namun ia mengaku akan tetap tinggal di Indonesia bersama dengan banyak pekerja lainnya yang merupakan satu-satunya ekspatriat Jepang pada masing-masing kantor mereka. Ia kemudian menyampaikan bahwa keluarganya sebelumnya juga telah berencana untuk tinggal bersamanya pada bulan depan.

Namun rencana tersebut akhirnya dibatalkan secara tergesa-gesa karena lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia yang semakin tinggi. Okutsu memang sangat merindukan keluarganya, namun membawa mereka untuk tinggal bersamanya di Indonesia untuk saat ini tentunya hanya akan membawa risiko tinggi.

Hal itu karena fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia kini telah mencapai batas maksimum.

Kantor Kedutaan Besar Jepang untuk Republik Indonesia (RI) pun telah memberikan tanggapan terkait adanya pesawat Jepang yang membawa pulang warganya dari Indonesia dan mengenai beredarnya isu rencana pemerintah Jepang. Kedubes Jepang menjelaskan bahwa adanya penerbangan yang dilakukan pada Rabu pagi waktu setempat merupakan hasil inisiatif dari perusahaan swasta Jepang yang memiliki karyawan bertugas di Indonesia.

Bukan merupakan evakuasi maupun repatriasi yang diinisiasi oleh pemerintah Jepang.

"Penerbangan yang dilakukan tadi pagi terlaksana atas inisiatif dari perusahaan swasta Jepang dan bukan usaha evakuasi maupun repatriasi dari Pemerintah Jepang," kata Kantor Kedubes Jepang, dalam keterangan singkat yang diterima Tribun.

Sehingga saat ini pemerintah Jepang belum menyediakan penerbangan untuk memulangkan warganya dari Indonesia. Menurut Kedubes Jepang, negara di kawasan Asia Timur itu pun sama seperti negara lainnya termasuk Indonesia yang juga tengah memberlakukan kebijakan pembatasan bagi turis maupun warga negara asing yang hendak masuk ke wilayah negaranya.

"Sama halnya dengan Indonesia, dan negara-negara manapun, Jepang juga masih mengadakan pembatasan masuk bagi orang-orang dari luar negeri," jelas Kedubes Jepang.

Pembatasan ini dilakukan tidak hanya untuk menjaga kapasitas pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan di bandara Jepang saja. Namun juga petugas medis dan fasilitas karantina bagi mereka yang datang dari luar negeri, sehingga dapat beroperasi dengan baik.

Merespon hal itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) lewat juru bicara (Jubir) Teuku Faizasyah mengatakan belum memperoleh kepastian terkait informasi pemulangan tersebut. Namun ia menjelaskan apapun keputusan pemerintah Jepang merupakan bagian dari upaya perlindungan bagi warga negaranya.

“Saya belum mendapatkan informasi bila akan dilakukan. Namun esensinya ini merupakan bagian dari upaya perlindungan terhadap warga negaranya,” kata Faizasyah. Ia mengatakan Indonesia juga pernah melakukan hal yang sama di awal pandemi Covid-19 merebak.

Sekiranya pada bulan Februari tahun 2020, Indonesia juga melakukan penjemputan WNI dari zona merah di Wuhan, China. Tak berapa lama, Indonesia juga melakukan penjemputan crew kapal pesiar Diamond Princess di wilayah Yokohama, Jepang.

“Sama halnya, Indonesia pernah memulangkan WNI dari Wuhan dan juga crew kapal pesiar yang bersandar di Jepang pada saat awal Covid-19,” ujarnya.

Terpisah, salah satu raksasa elektronik asal Jepang yang beroperasi di Indonesia, Sharp Electronics, menyatakan belum ada rencana pemulangan bagi direksinya yang berwarga negara jepang. Senior PR and Brand Communication Manager Sharp Indonesia, Pandu Setio mengatakan, hingga saat ini belum ada rencana pemulangan bagi direksinya untuk kembali ke Jepang.

"Sampai saat ini belum ada. Kebetulan Japanese di Sharp tidak terlalu banyak, hanya BOD-nya," kata Pandu.

Kendati demikian, segala aktivitas warga negara Jepang di Sharp Indonesia dipastikan mengikuti regulasi yang berlaku di Indonesia termasuk dalam hal penanganan Covid-19.

"Semua WN Jepang di Sharp Indonesia mengikuti peraturan pemerintah terkait jam kerjanya dan regulasi yang berlaku di Indonesia. Kita tak memiliki staf berasal dari Jepang kecuali Board of Director," tambah Pandu.

Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo menilai, keputusan warna negara asing yang bekerja di Indonesia untuk pulang ke negaranya, merupakan hal biasa dan hak negara mereka dalam melindungi warganya.

"Saya kira hal biasa saja, tidak perlu ditanggapi dengan suatu hal berlebihan. Kita pun, jika suatu negara mengalami suatu hal bencana, apapun bentuknya, pasti nomor satu memberikan perlindungan kepada WNI di luar negeri," kata Rahmad.

Menurutnya, hal terpenting yang saat ini perlu dilakukan semua pihak adalah mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah, dan disiplin menjalankan protokol kesehatan.

"Tidak perlu pikirin warga negara asing atau negara lain, yang penting kita satu padu, kerja sama. Karena dunia juga tahu, ini bencana dunia dan Indonesia mengalami ujian yang berat dalam penanganan Covid-19," paparnya.

"Kita harus fokus kepada diri sendiri, bangsa sendiri. Sekarang dibutuhkan kesadaran kolektif semua pihak, yakinlah kalau bersama menjalankan protokol kesehatan, kita bisa keluar dari krisis kesehatan ini," sambungnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved