Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Obrol Otomotif Tribun Timur

Harga Tak Beda Banyak, Ternyata Pakai BBM Oktan Rendah Lebih Boros Loh!

Harga Tak Beda Banyak, Ternyata Pakai BBM Oktan Rendah Lebih Boros Loh!

Penulis: Ari Maryadi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/ARI MARYADI
Senior Supervisor Communication and Relation PT Pertamina Regional Sulawesi Taufiq Kurniawan bersama Muh Arief Munafri Instruktur Mekanik Bengkel Honda Sanggar Laut Group memberi tips membeli bahan bakar yang sesuai dengan kendaraan dalam Live Obrol Otomotif Tribun Timur Spesial Seri #13 membahas Tips dan Trik Menjaga Keawetan Mesin Bagi Orang Awam, Senin (5/7/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pilihan penggunaan bahan bakar dengan pertimbangan murah semata rupanya bisa membuat kendaraan kita malah jauh lebih boros.

Hal itu diceritakan Muh Arief Munafri Instruktur Mekanik Bengkel Honda Sanggar Laut Group dalam Live Obrol Otomotif Tribun Timur Spesial Seri #13 membahas Tips dan Trik Menjaga Keawetan Mesin Bagi Orang Awam, Senin (5/7/2021).

Arief mengatakan, pabrikan kendaraan produksi 2000 an ke atas memiliki mesin yang berbeda dengan kendaraan produksi dulu.

Begitupun jenis bahan bakar yang cocok bagi kendaraan yang saat ini merekomendasikan penggunaan bahan bakar tanpa timbal dengan minimal RON 91 yang tertera di spesifikasi kendaraan.

Bahan bakar dengan nilai oktan rendah yang ia maksud adalah Premium dengan RON 88 dan bahan bakar oktan tinggi adalah Pertamax dengan RON 92.

Arief menjelaskan penggunaan bahan bakar dengan oktan yang lebih rendah rupanya bisa membuat kendaraan kita lebih boros.

”Dalam 1 liter yang sama penggunaan Premium hanya mampu menjangkau 15 km, sedangkan Pertamax bisa 20 km. Ini akibat pembakaran dalam mesin lebih sempurna” ujar Arief bersemangat.

"Premium dan pertamax ini sifatnya panas. Jadi bahan bakar panas ketemu suhu pembakaran panas dia akan meledak. Seharusnya tugasnya busi untuk menyalakan bahan bakar sehingga mobil bisa jalan tapi (premium) sudah meledak duluan," lanjutnya.

Arief menjelaskan ada titik atas dalam ruang pembakaran bahan bakar.

Piston seharusnya sisa 10,3 derajat dari titik atas, yaitu hampir mendekati atas bahan bakar baru boleh meledak.

Itulah kondisi ideal agar saat piston bergerak ke bawah dapat menghasilkan tenaga untuk kendaraan.

"Tapi kalau pakai bahan bakar oktan rendah (premium) karena meledak duluan, piston baru bergerak belum sampai titik atasnya sudah disuruh mundur. Itulah yang membuat kenapa kita pakai bensin boros," terang Arief.

Hal itu dikarenakan bahan bakar belum waktunya terbakar, akan tetapi kenyataannya penggunaan BBM Oktan Rendah belum sampai ke atas pistonnya sudah terbakar.

Hal itu membuat tenaga maksimal dan irit tidak bisa dicapai.

Sejatinya sifat bakar bakar yang oktannya tinggi dalam hal ini pertamax, itu sesuai timing dengan mesin sehingga performa mesin dan keiritan bahan bakar dapat dicapai.

Arief menjelaskan, mesin kendaraan produksi saat ini memiliki 70 persen elektrik.

Berbeda dengan mesin dulu masih adopsi karburator dengan pembagian 70 persen mekanis sisanya 30 persen elektrik.

"Sekarang beda, 70 persen kelistrikan, bahan bakar yang diatur tiap detik berubah. Jadi sekali lagi kalau kita pakai bahan bakar rendah pasti ya mesin cepat panas dan boros karena belum waktunya terbakar ya terbakar," katanya.

Ia mengaku menjelaskan dengan bersemangat karena ia dan rekan-rekan mekanik lainnya terlalu sering menangani mesin yang terbakar di pembakarannya akibat kesalahan dalam memilih bahan bakar.

“Kami sering menangani busi yang hitam dan kerak pada mesin akibat salah penggunaan bahan bakar,” ujarnya.

Saat ini teknologi kendaraan juga sudah banyak yang bermesin turbo.

“Khusus mesin turbo kalau dipaksakan pakai bensin (premium) itu kalau kita tes pada jarak tempuh belum sampai 20.000 km, sudah muncul getaran yang kentara di mesin dan terasa diatas mobil,” ujarnya.

Menurutnya, mesin turbo tidak bisa ditawar-tawar dalam penggunaan bahan bakar, tidak boleh di bawah oktan 92.

“Honda sejak 2017 sampai sekarang mobil pakai turbo atau tidak turbo, tidak ada tawar-menawar. Minimal 92. Kalau mau pakai Pertamax Turbo jauh lebih baik," katanya.

Arief pun berpesan untuk mengetahui jenis BBM yang cocok untuk kendaraan, masyarakat dapat mengecek petunjuk teknis buku panduan atau manual book agar performa mesin kendaraan bisa lebih optimal dan membuat mesin lebih awet.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved