Presiden Joko Widodo
Addie MS: Hati Kecil Ingin Jokowi 3 Periode
Komposer Addie Muljadi Sumaatmadja atau Addie MS berbicara mengenai wacana Presiden Joko Widodo atau Jokowi tiga periode
Kalau dikatakan mahal memang mahal, yang kita harapkan bisa bikin mahal itu teratasi yaitu dengan bantuan pemerintah itu belum ada. Bisa juga pemerintah tidak sepenuhnya bantu, tapi bikin sistem seperti di negara maju, ada insentif bagi perusahaan yang sponsori seni. Itu tidak ada.
Jadinya gantung sendiri, jadinya mahal, sering kali saya bikin out of the box, bikin flashmob di jalan. Setiap konser yang kita lakukan berbayar, tempo hari Star Wars, tiket 3 Minggu sebelumnya sudah habis.
Sorenya, sebelum malamnya konser, saya berikan kursi kosong itu untuk 1.000 anak sekolah dari 10 sekolah, saya mainkan dari sebagian malamnya. Tapi pakai interaksi siapa yang ingin jadi konduktor, bikin mereka bersahabat. Siapa yang mau main biola, terompet.
Apa saja akan saya lakukan demi mencairkan kekakuan wah itu eksklusif. Saya masih tidak terima sementara bangsa-bangsa lain memaksakan musik simfoni ini untuk konteks pendidikan. Kita membatasi diri dengan itu barat, itu haram. Jadi sedih. Mempersempit wawasan seperti katak dalam tempurung.
Anda sempat mencuit di Twitter, saya ingin menjadi musisi bukan komisaris?
Sejak saya tentukan sikap saya mendukung Pak Jokowi. Pastilah ada yang tidak suka. Wajar mereka tidak suka ke saya. Apalagi difitnah. Sehebatnya serangan saya tidak seberapa. Dibanding serangan ke Pak Jokowi. Dibilang komunis, planga plongo, dan luar biasa sadisnya,
Masif dan lama sekali. Zaman Pak Harto tidak mungkin lah itu terjadi. Ini terus menerus. Kalau saya di China, sering kali dapat istilah, saya penjilat, menunggu jatah komisaris, menteri, atau BuzzerRP. Dapat proyek ini itu.Tapi ada kalanya saya capek juga ya. Sering kali ketawa-ketawa saja. Tapi ada satu waktu, capek juga, murahan banget si seolah-olah apa yang dilakukan untuk mendukung presiden seolah-olah tujuan komisaris, sesempit itu.
Kenapa bisa berpikir sekerdil itu. Memang tidak ada hal lain, di luar bumi ini, cuma ada komisaris tujuan akhir hidup. Saya merasa being conductor maintaining Twilite Orchestra 30 tahun hal yang saya syukuri.
Makanya saya tweet itu, menjelaskan bahwa dari dulu yang saya inginkan menjadi musisi bukan jadi komisaris. Tapi digoreng lagi. Saya tulis, saya tegaskan saya musisi dan tidak bercita-cita menjadi pejabat. Tolong screenshot ini.
Kalau saya berubah, tiba-tiba saya jadi komisaris, pakai ini untuk bully saya ramai-ramai. Untuk meyakinkan tujuan hidup saya bukan itu. Semua orang memiliki kecerdasan untuk jadi menteri. Itu syarat kompetensi tertentu. Saya merasa tidak cocok dan tidak punya kompetensi.
Kalau saya dipanggil Pak Jokowi ditawarkan, jelas saya tidak akan mau. Saya tidak bisa ngomong pernah ditawarkan atau tidak. Suka ada survei, nama saya jadi calon menteri, siapa ini yang naruh. Saya tidak pernah kepengin. Harusnya sih sudah sejak lama, Pak Jokowi dan stafnya tahu saya tidak akan mau.
Bagaimana Anda melihat sosok Preiden Jokowi?
Ya, itu saya hanya melihat orang yang berusaha amanah. Menjalankan kepercayaan dengan sebaik mungkin. Ada orang ambisi kekuasaan dengan cara apapun. Yang penting berkuasa, kalau abis berkuasa, bisa dapat untung yang banyak dan kehormatan luar biasa.
Nah, itu tidak saya lihat di Pak Jokowi. Pertama menjabat, pakaiannya tidak mencerminkan pejabat. Loh kok begini, pakai sepatu kets. Ada penolakan diawal. Apalagi saya terbiasa kalau kerja formal. Pak Jokowi kok, tapi itu mencerminkan banyak hal.
Dia sedang berusaha amanah dengan bekerja. Bekerja tidak mungkin dengan jas tapi mobilitas tinggi. Jadi pakai pakaian kerja. Saya amati keluarganya, kalau sampai ada indikasi, tiba-tiba anaknya punya perusahaan besar.