Tribun Ekonomi
Nilai Ekspor Sulsel Turun Secara Bulanan, GPEI Sebut Ada 3 Faktor Penyebab
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (BPS Sulsel) merilis data terkait ekpor Sulsel selama Mei 2021.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan (BPS Sulsel) kembali merilis data terkait ekpor Sulsel selama Mei 2021.
Dari data yang didapatkan di laman sulsel.bps.go.id nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulawesi Selatan pada bulan Mei 2021 tercatat mencapai US$ 106,99 juta atau setara Rp 1,557 triliun (US$ 1 = Rp 14.562).
Angka tersebut mengalami penurunan secara bulanan sebesar 1,52 persen, bila dibandingkan nilai ekspor April 2021 yang mencapai US$ 108,64 juta atau Rp 1,582 triliun.
Sementara itu, capaian Mei 2021 tercatat mengalami peningkatan sebesar 16,77 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 91,63 juta atau Rp 1,334 triliun.
Adapun lima komoditas utama yang diekspor pada Mei 2021 yakni, Nikel, kelompok biji-bijian berminyak, krlompok garam, belerang dan kapur, kelompok besi dan baja serta kelompok Ikan, Udang dan Hewan Air Tidak Bertulang Belakang Lainnya.
Dengan distribusi persentase masing-masing sebesar 70,36 persen, 9,16 persen, 7,81 persen, 3,93 persen dan 2,54 persen.
Sebagian besar ekspor pada Mei 2021 ditujukan ke Jepang, Tiongkok, Bangladesh, Filipina, dan Australia.
Dengan proporsi masing-masing 72,90 persen, 19,38 persen, 1,53 persen, 1,27 persen, dan 1,08 persen.
Artinya nikel masih jadi tumpuan ekpor Sulsel selama Mei 2021 dengan share 72,90 persen dari total nilai ekspor atau Rp 1,135 triliun
Menanggapi hal tersebut, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Sulsel Arief Pabettengi mengatakan, ada Banyak faktor sehingga ekspor Sulsel secara bulanan menagalami penurunan.
"Pertama wabah corona di beberapa negara buyer menerapkan lagi lockdown , otomatis permintaan menurun," katanya vai pesan WhatsApp, Jumat (2/7/2021) pagi.
"Kedua, kelangkaaan kontainer 40 terutama negara tujuan yang jauh seperti Amerika Serikat, Eropa dan Australia," tambahnya.
Lalu, tarif kontainer (freight). "Terutama negara Eropa dan Amerika sangat tajam kenaikannnya.
"Solusinya kalau dari saya, cukup tarifnya jangan terlalu naik atau mahal. Bisa dibayangkan tarif kontainer 40 ke Amerika sekarang mencapai US$ 17 ribu atau sekitar Rp 260 juta. Tentunya tidak baik buat produk komoditi ekspor untuk bersaing," katanya.
"Kalau yang lain hanya berharap bagaimana pandemi corona ini bisa menghilang sehingga pergerakan manusia bisa kembali normal lagi," tambahnya.(*)