Kondisi Terkini India
India Lakukan 3 Cara Ampuh 'Usir' Corona Sampai Varian Delta Menyebar dengan Ganas di Indonesia
India lakukan 3 cara ampuh 'Usir' corona sampai varian delta menyebar dengan ganas di Indonesia
TRIBUN-TIMUR.COM - India kini mulai pulih dari infeksi Virus Corona sretelah sejumlah warga tewas.
Saat dilanda tsunami Covid-19, rumah sakit dan pemakaman penuh. Bahkan obat-obatan habis.
Sejumlah korban pun terpaksa dirawat di tempat lain sampai ada meninggal di jalanan maupun kendaraan.
Anak yang terlantakan ibunya yang sudah terjangkit juga terjadi.
Sementara kondisi kuburan sudah tidak mampu. Kayu-kayu habis ditebang untuk kremasi mayat.
Karena kondisi sudah tidak memingkinkan, sejumlah mayat pun di buang ke sungai Gangga.
Mayat-mayat mengapung dan menimbulkan bau busuk.
Saat hujan deras, mayat tersebut kembali mengapung dan ikut meluap dari air sungai.
India sempat melaporkan lebih dari 400.000 kasus infeksi dalam sehari.
Gelombang kedua lonjakan kasus Covid-19 di India meningkat sejak Maret 2021 hingga puncaknya pada Mei.
Namun hingga akhir Juni, laporan kasus infeksi mulai berangsur-angsur menurun hingga di kisaran angka 40.000 kasus dalam sehari.
Sejumlah negara bagian seperti New Delhi juga mulai melonggarkan penguncian ketat virus corona.
Ternyata India telah melakukan 3 cara ampuh 'usir' corona sampai varian delta menyebar dengan ganas di Indonesia.
Lantas, langkah apa saja yang dilakukan India hingga dapat menurunkan kurva kasus penularan Covid-19 di negara itu?
1. Lockdown
Salah satu yang memicu menurunnya kasus infeksi Covid-19 di India adalah kebijakan kuncian wilayah atau lockdown yang terbukti efektif menurunkan kasus.
Negara bagian New Delhi misalnya, mulai menerapkan lockdown total pada 17 April 2021.
Hingga awal Juni 2021, sejumlah wilayah masih menerapkan perpanjangan kuncian atau lockdown untuk membatasi meluasnya penularan.
Setelah kasus mulai menurun, sejumlah wilayah mulai melonggarkan aturan kuncian atau lockdown.
Selain New Delhi, sejumlah negara di India seperti negara bagian Maharashtra, Tamil Nadu dan Karnataka juga segera memberlakukan pelonggaran menyusul New Delhi.
India mencatat 30.279.331 kasus infeksi Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 396.761 orang.
2. Melakukan peningkatan jumlah tes
India melakukan upaya peningkatan test untuk melacak orang-orang yang positif dalam upayanya mengatasi pandemi.
Dikutip dari Hindustan Times, memanfaatkan tes PCR pada kota-kota besar, sementara di daerah pedesaan dibagikan alat uji test antigen mandiri.
Dikutip dari Ny Times, pemerintah India hingga 21 Mei 2021 lalu telah melakukan 2,5 juta tes virus corona selama 24 jam.
Terbesar dalam satu hari sejak pandemi.
Adapun sebelum-sebelumnya Direktur Jenderal Dewan Riset Medis India Balram Bhargava menyebut pemerintah India telah melakukan pengujian rata-rata harian antara 1,6 juta hingga 2 juta tes.
3. Meningkatkan vaksinasi
Dikutip dari Hindustan Times, India telah meningkatkan kapasitas vaksinasinya.
Awal Mei lalu, India setidaknya telah memberikan vaksin sebanyak 182,9 juta dosis vaksin.
India juga telah menyiapkan lebih dari 2 miliar dosis vaksin virus corona yang akan tiba di India sekitar Agustus hingga Desember 2021 untuk memvaksin seluruh populasi orang dewasa.
Di tengah turun drastisnya pasien India, varian delta sudah muncul di Indonesia.
Hanya hitungan detik varian delta asal India sudah menular.
Bahkan kasus Covid-19 Indonesia diprediksi bisa tembus 100.000 per hari pada Juli mendatang.
Jumlah kasus yang bisa tembus 10.000 perhari tersebut diprediksi Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Kasus Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 100.000 per hari pada pertengahan hingga akhir Juli 2021.
Ia menyebut, ada sejumlah faktor penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia bakal berlangsung cepat.
Pertama, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang tidak efektif.
Kedua, penerapan testing, tracing dan treatment atau 3T yang kurang maksimal.
Ketiga, faktor varian baru virus corona varian Alpha atau B.1.1.7 dari Inggris.
Keempat, varian Delta atau varian baru virus corona dari India yang sudah mulai mendominasi di Indonesia.
Bahkan, virus corona varian India ini bisa menular dalam waktu 5-10 detik ketika berpapasan.
Seperti halnya Menteri Kesehatan Budi Gundadi yang pernah memprediksi, bahwa kasus Covid-19 bakal meningkat di akhir Juni 2021.
Bahkan, Indonesia mengalami rekor harian tertinggi dengan tembus 20 ribuan kasus selama tiga hari berturut-turut pada 26-28 Juni 2021.
Bahkan, menurut Dicky lonjakan kasus pada akhir Juni ini adalah puncak dari gelombang pertama.
"Ini sudah jelas apa yang terjadi adalah akumulasi dari banyak faktor.
Kebetulan, kita menuju puncak dari gelombang pertama yang tadinya lama," kata Dicky dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV (grup SURYA.co.id), Sabtu (19/6/2021).
"Ini adalah akumulasi perjalanan selama satu tahun, dan (kondisi) saat ini diperburuk dengan varian Aplha dari UK (Inggris)," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com (grup SURYA.co.id), Senin (14/6/2021).
Menurut Dicky, kondisi lonjakan Covid-19 pada akhir Juni ini adalah baru awal. Kondisi ini akan semakin diperburuk oleh keberadaan varian delta.
"Sedangkan (puncak gelombang Covid-19) yang disebabkan oleh varian Delta, kemungkinan terjadi pada Juli, bisa pertengahan atau akhir Juli," jelas Dicky.
80 persen Covid-19 muncul tanpa gejala
Sebelum lonjakan terjadi pada akhir Juni ini, Dicky sempat memprediksi kasus harian di Indonesia bisa mencapai 100.000.
Hal itu lantaran, masyarakat kerap lalai menanggapi virus corona yang muncul tanpa bergejala.
Dicky mengatakan, berdasarkan riset, sekitar 80 persen Covid-19 muncul tanpa gejala.
Di sisi lain, hal ini dipersulit oleh kurangnya pengecekan sedari dini secara aktif dari rumah ke rumah.
"Tidak bergejala bukan berarti tidak sakit. Ketika discan selain pada organ jantung dan paru ada kerusakan atau potensi di organ lain, sehingga kualitas kesehatan menurun."
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati," katanya dalam live streaming channel YouTube Radio Muhammadiyah, Selasa (18/5/2021) lalu, dikutip dari Tribunnews.
Inilah yang menjadikan wabah pandemi disebut sebagai 'silent spreader', dimana wabah terlihat samar-samar padahal punya dampak yang sangat nyata.
Menurut Dicky, masyarakat kita juga lebih mengutamakan berobat di rumah saja ketimbang langsung memeriksakannya ke rumah sakit.
"Itulah yang terjadi pada India. Berdiam diri di rumah, saat timbulnya gangguan dari gejala baru ke rumah sakit. Hal ini yang nantin akan menjadi chaos," tambahnya.
Untuk itu, pada Mei lalu, Dicky memprediksi satu hingga tiga bulan ke depan, bisa saja terjadi kasus infeksi hingga 100.000 per hari. Bukan karena mudik dan lebaran saja, tapi akumulasi setahun lalu seperti pilkada.
Sementara, dalam wawancara bersama Kompas TV pada 7 Juni 2021 lalu, Dicky juga mengingatkan hal serupa. Menurutnya, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia bisa berpotensi mencapai 50.000-100.000 kasus perhari.
"Saat ini (Indonesia) menghadapi puncak ke sekian kali, dan puncak ini bisa diprediksi terjadi di akhir Juni atau awal Juli dengan angka kasus harian sampai 50-100 ribu," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Senin (7/6/2021).
Varian delta bisa menular 5-10 detik
Dicky juga mengingatkan akan adanya ancaman baru yang sangat serius dari virus corona varian Delta.
Dicky membenarkan, virus corona varian Delta dapat menular hanya 5-10 detik saat berpapasan.
Dicky menuturkan, pernyataan tersebut sudah dikonfirmasi dan diperkuat dengan temuan CCTV di Australia.
Adapun, melansir The Guardian, sebuah rekaman CCTV di Australia menampilkan dua orang yang sedang berbelanja di Westfield Bondi Junction menjadi petunjuk adanya penularan Covid-19 keduanya.
CCTV itu digunakan dalam investigasi yang dilakukan oleh otoritas setempat untuk melacak perjalanan kasus dan mengidentifikasi setiap momen penularan yang mungkin terjadi.
"Iya ini memang sudah dikonfirmasi merujuk pada data (bukan dari) hasil tracing secara manual."
"Tetapi secara urgent of sequencing yang menunjukkan ketepatan bahwa ini memang (menular) dari orang yang berpapasan."
"Juga diperkuat dengan CCTV," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Senin (28/6/2021).
Menurut Dicky, keakuratan temuan ini hampir mendekati 100 persen.
Untuk itu, ia menyebut temuan ini sudah membuktikan virus corona varian Delta sangat mengancam.
"Jadi ini mendekati 100 persen keakuratannya tapi sudah cukup memberikan pesan penting varian ini sangat mengancam dan serius," ungkapnya.
Kendati demikian, Dicky menyebut, mereka yang berpotensi tertular adalah yang tidak memakai masker dan belum menerima vaksinasi.
"Tetapi ada tambahan juga yang berpapasan itu tidak memakai masker dan belum divaksin secara lengkap," tambahnya.
Untuk itu, Dicky mengingatkan agar tetap menjaga jarak aman dengan seseorang maksimal dua meter.
Terakhir, ia juga mengingatkan untuk merevisi pernyataan yang menyebut penularan bisa terjadi selama 15 menit.
"Artinya massa waktu kasus kontak 15 menit ini harus direvisi, apalagi varian Delta ini sudah mulai mendominasi di Indonesia," tegasnya. (Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Langkah yang Dilakukan India untuk Menurunkan Kasus Covid-19"
Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Varian India Menular 5 Detik, Kasus Covid-19 di Indonesia Bisa Capai 100.000 Per Hari di Akhir Juli