Masih Ingat
Masih Ingat Sejarah 22 Juni 1945, Hari Dimana Lahirnya Piagam Jakarta Cikal Bakal Pancasila
masih ingat dengan 22 Juni 1945, ini adalah peringatan lahirnya Piagam Jakarta yang jadi cikal bakal dasar negara Republik Indonesia.
TRIBUN-TIMUR.COM- Tribuners, masih ingat dengan 22 Juni 1945.
Hari ini, 22 Juni 2021, peringatakan 76 tahun, hari lahirnya Piagam Jakarta.
Hari dimana, komisi pimpinan Soekarno menyelesaikan perdebatan atas peran Islam dalam konstitusi Republik Indonesia dan menghasilkan kompromi yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Piagam Jakarta adalah sebuah dokumen historis berupa kompromi antara pihak agamais dan pihak nasionalis dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk menjembatani perbedaan pandangan dalam agama dan negara.
Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau sembilan tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945 malam.
Salah satu keputusan dalam Piagam Jakarta adalah Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja.
Baca juga: Cerita Soekarno Takut Naik Kuda Tapi Berani Demi Memimpin Angkatan Bersenjata
Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule).
Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD.
Butir pertama yang berisi kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa oleh Drs M Hatta atas usul AA Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir Soekarno, Mohammad Hatta, AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, HA Salim, Achmad Subardjo, KH Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Hari ini juga menjadi peringatan Hari Jadi Kota Jakarta ke-494.
Jakarta sudah berganti nama beberapa kali.
Awal mulanya daerah ini bernama Sunda Kelapa kemudian berubah menjadi Jayakarta.
Baca juga: Hari Pancasila 1 Juni, Soekarno Kejutkan Sidang PBB Saat Minta Dasar Negara Indonesia Dipakai PBB
Selanjutnya, pada masa penjajahan Belanda, Jayakarta berubah menjadi Batavia.
Pada masa kolonial, Belanda memperingati hari jadi Kota Batavia tiap akhir Mei dengan dasar bahwa pada akhir Mei 1619, waktu Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen menaklukkan Jayakarta.
Pada tahun 1869, untuk memperingati 250 tahun usia Batavia, dibangun pula monument J. P. Coen – saat ini halaman Departemen Keuangan, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Di atas fondasi beton yang kokoh, berdiri Coen yang dengan angkuhnya menunjuk kearah bawah – menggambarkan dia berhasil menaklukkan Jayakarta.
Patung yang menjadi simbol dimulainya penjajahan Belanda itu dihancurkan pada masa pendudukan Jepang (1942-1945).
Penetapan hari jadi Jakarta adalah istilah yang merujuk kepada penetapan yang dikeluarkan oleh Sudiro, Wali kota Jakarta periode 1953-1958.
Baca juga: Jakarta Ultah 494 Menggema, PR Anies Jakarta yang Sedang Tidak Baik-baik Saja hingga Lonjakan Corona
Sudiro, menyadari perlunya peringatan ulang tahun untuk kota ini yang berbeda dengan peringatan berdirinya Batavia.
Maka, ia pun memanggil sejumlah ahli sejarah, seperti Mr Mohamad Yamin dan Mr Dr Sukanto serta wartawan senior Sudarjo Tjokrosiswoyo untuk meneliti kapan Jakarta didirikan oleh Fatahillah.
Kala itu, Sudiro berkeyakinan bahwa tahunnya adalah pasti, yaitu 1527. yang menjadi pertanyaan adalah hari, tanggal, dan bulan lahirnya Kota Jakarta.
Mr Dr Sukanto menyerahkan naskah berjudul Dari Jayakarta ke Jakarta.
Dia menduga bahwa 22 Juni 1527 adalah hari yang paling dekat pada kenyataan dibangunnya Kota Jayakarta oleh Fatahillah.
Naskah tersebut kemudian diserahkan oleh Sudiro kepada Dewan Perwakilan Kota Sementara untuk dibahas, yang kemudian langsung bersidang dan menetapkan bahwa 22 Juni 1527 sebagai berdirinya Kota Jakarta.
Baca juga: Anies Dalam Masalah Karena Covid-19, Jakarta Sedang Tidak Baik-baik Saja dan 10 Juta Dosis Vaksin
Tepat pada 22 Juni 1956, Sudiro mengajukannya dengan resmi pada sidang pleno dan usulnya itu diterima dengan suara bulat.
Selanjutnya, sejak saat itu, tiap 22 Juni diadakan sidang istimewa DPRD Kota Jakarta sebagai tradisi memperingati berdirinya Kota Jakarta.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa dipilihnya 22 Juni 1527 karena saat itu merupakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Setelah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kalapa, Fatahillah sebagai panglima Kesultanan Demak mengubah Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Menurut sejarawan Adolf Heyken SJ, hari jadi Jakarta hanyalah sebuah dongeng.
Karena, katanya, tak ada dokumen yang menyebutkan nama Jayakarta. Bahkan 50 tahun sesudahnya (saat VOC berkuasa), tetap disebut Sunda Kelapa.
Fatahillah adalah orang Arab.
Jelaslah tidak mungkin apabila orang Arab memberi nama sesuatu dengan bahasa Sanskerta.
Jayakarta adalah nama dari bahasa Sanskerta. Jadi, itu semua dongeng supaya Jakarta memiliki hari ulang tahun.(*)
Baca juga: Sejarah Hari Ini 30 Mei: Jan Pieterszoon Coen Taklukkan Jayakarta, Pakai Nama Batavia