Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

CEO Tribun Network Beberkan Tips Pertahanan Industri Media di Era Pandemi

Pandemi covid-19 'menampar' seluruh sektor, bukan hanya pariwisata, perdagangan, perhotelan, bahkan juga industri media.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Suryana Anas
Youtube Tribun Timur
CEO Tribun Network Dahlan Dahi saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema 'Survive dan Recover Bisnis Media Online daerah Pasca Global Pandemi'. Berlangsung secara virtual lewat zoom dan YouTube Tribun Timur, Selasa (15/6/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Pandemi global covid-19 sangat 'menampar' seluruh sektor, bukan hanya pariwisata, perdagangan, perhotelan, bahkan juga industri media.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Survive dan Recover Bisnis Media Online daerah Pasca Global Pandemi' yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), CEO Tribun Network, Dahlan Dahi membeberkan tips dan trik bagi perusahaan media untuk bertahan di era ini.

Dahlan menyampaikan,ada kombinasi penting yang harus dilakukan oleh perusahaan media, yakni kombinasi antara bisnis dan teknologi.

Artinya bukan hanya soal produksi dan distribusi konten, melainkan bagaimana mendistribusikan konten tersebut dengan teknologi. 

Dua keterampilan tersebut harus ada dalam diri satu orang sebagai pengelola media, termasuk wartawannya.

"Karena di dunia kampus, teknologi itu punya bagian sendiri, ada di teknologi, sementara bisnis ada di ekonomi. Ini berbeda, tapi hari ini dua keterampilan tersebut harus ada pada diri satu orang," tuturnya.

Dahlan menceritakan, puluhan tahun mengelola media, antara redaksi dan bisnis merupakan keterampilan yang berbeda. Di mana redaksi memproduksi berita sementara bisnis berbicara soal profit, untung dan rugi.

Namun ketika kompas Gramedia memutuskan masuk ke bisnis di daerah, publisher lokal yang rata-rata dilakoni oleh wartawan dituntut untuk mengetahui sisi bisnis.

Apalagi, rata-rata media di daerah kurang pengetahuan soal pengelolaan bisnis sebagi lembaga profesional.

"Karena bisnis itu bukan cuma uang dan pendapatan saja, tapi ada proses disitu, bagaimana mengelola karyawan, menetapkan sistem KPI, sistem reward dan punnishment, itu jauh dari pikiran kita sebagai wartawan," paparnya.

Ada dua masalah yang dihadapi industri media saat ini, ialah badai disrupsi dan badai pandemi covid-19. Menurutnya, ketika media sedang menghadapi era disrupsi, pandemi global justru datang menghantam.

Dengan begitu, perlu taktik baru untuk menghadapi badai tersebut secara bersamaan. 

Karenanya, industri media semakin tergerus. Tak sedikit perusahaan media yang bisa bertahan karena tak mampu mengimbangi atau menyesuaikan dengan kondisi terkini. 

"Itu tantangan yang kita hadapi, permainan antara hidup dan mati, musuhnya jadi dua disruptions dan covid-19. Ini membuat kita masuk dalam badai, bukan lagi goncangan," sebut

Sementara itu, Koordinator Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) wilayah Indonesia Bagian Timur Upi Asmaradhana mengatakan, lewat FGD ini, AMSI Sulsel beserta perusahaan media bisa berkolaborasi mencari jalan keluar dan melawan pandemi secara bersama-sama.

"Kita harap ada rekomendasi yang bisa dihasilkan nantinya untuk kita bisa sampaikan ke pengurus Nasional," tuturnya.

Salah satu upaya AMSI saat ini untuk mengembalikan semangat perusahaan media dengan terus memberikan pelatihan-pelatihan untuk survive di era pandemi.

Khususnya media yang ada di daerah, perlu diberikan stimulus untuk bisa berkembang. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved