Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Bisnis

30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina

30 Tahun Jadi Petani Madu Hutan di Cindakko, Kini Dg Lajju Dapat Pendampingan Pertamina

Penulis: Sukmawati Ibrahim | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/SUKMAWATI
Petani Madu Hutan Dg Lajju (50), warga Dusun Cindakko, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Namanya Dg Lajju (50), salah satu warga Dusun Cindakko, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Dg Lajju sudah 30 tahun menjadi Petani Madu. 

Ia menekuninya saat masih berumur 20 tahun. 

Berangkat jam 06.00 Wita, ia baru tiba di rumahnya saat pukul 17.00 Wita. Kadang juga sampai malam.

Hasilnya pun tak menentu, kadang dapat dua botol atau lebih. Seringkali ia pulang dengan tangan hampa.

Namun, bagi dia pekerjaan beresiko ini salah  cara untuk menghidupi istri dan ketujuh anaknya.

Demikian ia sampaikan pada jurnalis Tribun Timur saat ditemui di tepi Sungai Cindakko beberapa waktu lalu.

"Hasilnya kujual di pasar. Biasa juga ke tetangga," katanya sembari menatap ke arah sungai.

Per botolnya, biasanya ia jual seharga Rp 80 ribu.

Kadang pula, jika di Pasar ia menjualnya seharga Rp 100 ribu per botol.

"Agak mahalji memang harganya, tapi susah juga ambilnya," ucapnya.

Menurut dia, tak hanya menempuh perjalanan jauh, masuk hutan, sembarangi sungai, manjat gunung. 

Risiko disengat Lebah sangat tinggi.

Apalagi, Dg Lajju ini sama sekali tidak punya Alat Pelindung Diri (APD).

"Kalau panen, biasa beginiji. Pernah disengat tapi begitu tommi tidak diobatiji karena sembuh sendiri," ujarnya yang kental dengan logat Makassar ini. 

Selama 30 tahun menjadi Petani Madu, Dg Lajju masih menggunakan metode panen tradisional.

Panen tradisional yang dimaksud dengan cara diasapi. Saat Lebahnya terbang Dg Lajju lalu mengambil seluruh struktur saran.

"Lau dibersihkan, diperas lalu masukkan ke cergen," katanya.

Hanya saja, melalui cara penen ini Dg Lajju hanya bisa memanennya sekali. Sementara Lebah Hutan tersebut akan berpindah dan membuat saran baru.

"Biasa carimi lagi yang lain, puncaknya itu kalau bulan 8," katanya.

Siklus tersebut lah yang terus dilakukan Dg Lajju demi memenuhi kebutuhan anak istrinya. 

Hanya sebatas biaya hidup. Untuk menyekolahkan 7 anaknya Dg Lajju belum mampu.

Terlebih jarak rumahnya dengan sekolah sekiranya 30 sampai 40 kilometer.

Itupun medannya sulit. Tak ada kendaraan umum yang bisa melintas kecuali mobil off-road.

Di sana hanya ada kelas jauh untuk Sekolah Dasar (SD). Itupun kondisinya jauh dari kata Relevansi Pendidikan.

Atas dasar itulah PT Pertamina (Persero) melalui Depot Pengisian Pesawat Udara menghadirkan program Corporate Social Responsibility (CSR) di Dusun Ciddako ini.

Mengusung Cindakko Menyala, deretan program pemberdayaan dihadirkan bagi masyarakat.

Salah satunya, menggandeng Inspiratur Lebah Madu Indonesia (ILMI) Region Sulawesi Selatan (Sulsel).

Orang-orang yang tergabung di ILMI pun mengajari metode aman memanen Madu Hutan.

"Kami ajari dan dampingi Petani Cindakko ini cara panen lestari," katanya Ketua ILMI Sulsel, Kaimuddin Amin (34).

Ia mengatakan, Lebah Madu yang dipanen Dg Lajju merupakan jenis Apis Dorsata.

Sampai saat ini belum bisa dibudidayakan.

Olehnya itu, metode paling tepat ialah Panen Lestari.

"Selama ini panen tradisional dengan cara mengambil seluruh struktur saran. Tetapi dengan dikenalkan panen lestari hanya mengambil 3/4 kantong madu dan menyisahkan 1/4 untuk cadangan makanan lebah," jelasnya.

Dengan begitu, Lebah tetap bisa menempati sarangnya dan kelak bisa dipanen lagi.

Ia juga menekankan pentingnya menggunakan APD saat panen.

"Tempat madu harus bersih, gunakan pisau stenlis. Jadi madunya pasti lebih bagus dan harganya bisa lebih tinggi," katanya.

Senior Supervisor Communication & Relation PT Pertamina Regional Sulawesi, Taufik Kurniawan mengatakan, tak hanya mengedukasi cara memanen madu hutan.

Untuk mendapatkan hasil yang banyak dan bernilai jual tinggi, Pertamina juga memfasilitasi Petani dalam membudidayakan madu di rumah masing-masing.

Fokusnya, membantu masyarakat Cindakko ini khususnya Petani Madu naik kelas.

"Jadi ada kotak budidaya yang terbuat dari kayu. Masing-masing rumah dapat sehingga mereka tak mesti ke hutan lagi, cukup di rumah saja," katanya.

Dalam pendampingan ini, terdapat dua jenis lebah yang dibudidayakan di rumah.

Pertama, Apis Cerana  menggunakan metode stup (memindahkan dari sarang liar) ke Kotak Budidaya.

"Biasanya butuh waktu 4 bulan (proses awal) baru bisa diambil madunya atau saat koloni sudah beradaptasi maka bisa diambil secara terus menerus," kata Taufik.

Kedua, Triguna (Stingles bee) atau jenis lebah yang tak memiliki sengat tetapi kaya kandungan propolis bee bread.

"Kolaborasi dalam pembudidayaan bisa dilakukan dengan cara metode toping (memindahkan triguna yang bersarang di pohon dan menambahkan toping (tempat/isi kantong madu) dan metode split (memindahkan seluruh struktur sarang triguna terdiri dari bee bread, telur, dan koloni) ke kotak budidaya," jelasnya.

Semua metode ini didampingi Tim CSR Pertamina dan ILMI Sulsel.

Di samping itu, masih banyak program pemberdayaan lainnya yang dihadirkan Pertamina di Dusun Cindakko ini.

"Program CSR Pertamina ini maksimal 5 tahun. Dalam tempo waktu tersebut Cindakko dipastikan sudah mampu mandiri," tuturnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Timur @umhaconcit

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved