Kisah Pahlawan
Mengenal Karaeng Pattingalloang, dari Suaranya Orang Mengira Orang Portugis Asli
Siapa raja di Sulawesi Selatan yang mengabdikan sebagian umurnya untuk ilmu pengetahuan dari barat? Dialah Karaeng Pattingalloang.
Seorang pastur bernama Alexandre de Rhodes, seperti dikutip Lombard, mengaku “jika kita mendengar omongannya tanpa melihat orangnya, pasti kita mengira bahwa dia adalah orang Portugis sejati, karena ia berbahasa orang Portugis sama fasihnya dengan orang Lisbon.”
Tak hanya bahasa Portugis, Karaeng Pattingalloang juga pandai berbahasa Spanyol dan juga bahasa Latin.
Bahasa terakhir, adalah bahasa penting untuk mempelajari ilmu pengetahuan klasik Eropa. Lebih lanjut, sang pastur menyebut, Karaeng telah “menguasai dengan baik jalur itu, dan telah membaca raja-raja kita di Eropa dengan keingintahuan yang besar.”
Selain penguasaan bahasa asing negeri latin, Pattingalloang sang “Priagung itu telah belajar bahasa latin, Spanyol dan Portugis serta memiliki perpustakaan yang luar biasa, dengan koleksi buku dan atlas Eropa.”
Bahkan Karaeng memesan bola dunia (globe).
“Bola dunia itu, perusahaan Hindia Timur mengirimkannya ke rumah Pattingalloang Agung. Yang otaknya menyelidik ke mana-mana. Menganggap dunia seutuhnya terlalu kecil. Kami berharap tongkat kekuasaannya memanjang. Dan mencapai kutub satu dan yang lain. Agar keuzuran waktu hanya melapukkan tembaga itu, bukan persahabatan kita,” tulis penyair besar Vondel.
Dia tak hanya pernah pesan bola dunia ukuran besar, atlas dan buku. Namun setidaknya juga peta, teropong untuk mengobati rasa penasarannya pada dunia yang luas. Isi perpustakaannya, tak hanya untuk jadi hiasan. Ia selalu membawa buku-buku karya penulis Barat.
“Khususnya buku-buku mengenai matematika, tentang mana ia sangat ahli dan begitu besar cintanya kepada setiap bagian ilmu ini, sehingga mengerjakannya siang malam.”
Menurut catatan Lombard, dalam surat tanggal 3 Agustus 1641 raja ini minta dikirimi lonceng besar seberat 4 hingga 5 pikul.
Suratnya pada 4 Juni 1648 kepada Gubernur Jenderal VOC “ia mengharapkan menerima sepasang unta jantan dan betina.
Untuk pesanan-pesanan itu Karaeng Pattingalloang siap membayar semuanya, bukan minta gratis.
Ketika pesanan bola dunia tiba, ternyata tak hanya bola dunia saja yang dia pesan.
“Karaeng Patingaloang senang memelihara badak, kuda nil, jerapah, unta, kuda Arab dan kuda Eropa, berbagai jenis antilope, zebra, dan anoa”
Menurut buku biografi ayah dari penyanyi Andi Meriam Mattalata, Andi Mattalata, yang berjudul Meniti Siri Dan Harga Diri: Catatan Dan Kenangan (2003).
Menurut Lombard, dari “keingintahuannya yang ensiklopedis itu, kita mendapat keterangan tidak langsung berkat pesanan-pesanan rariteiten (benda-benda langka)” yang dimintanya.