Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun VIP

Cerita Kemas Erwan Husainy 20 Tahun di Dunia Perbankan, Kini Jadi Bos BSI Region Makassar

Cerita Kemas Erwan Husainy 20 Tahun di Dunia Perbankan, Kini Jadi Bos BSI Region Makassar

Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM/AM IKHSAN
Regional CEO Bank Syariah Indonesia (BSI) Region XI Makassar, Kemas Erwan Husainy menjadi narasumber di program Tribun VIP, Rabu (9/6/2021). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Regional CEO Bank Syariah Indonesia (BSI) Region XI Makassar, Kemas Erwan Husainy menjadi narasumber di program Tribun VIP, Rabu (9/6/2021).

Di episode kali ini, Tribun Timur mengusung tema 'Jalan Panjang Mahasiswa Teknik Menjadi Bankir'.

Acara dipandu oleh jurnalis Tribun Timur, Muhammad Hasim Arfah.

Kemas Erwan Husainy menceritakan pengalamannya memilih terjun ke dunia perbankan.

Padahal ia merupakan lulusan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.

"Sebenarnya begini, kalau cita-cita semasa kecil itu, dulu pasti umumnya kalau gak jadi dokter yah insinyur. Jadi dulu cita-citanya hanya dua itu," ujar Erwan.

Namun, saat duduk di kelas tiga SMP, Erwan mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah di kota asalnya, Palembang.

Ia pun berhasil memenangkan lomba dan dihadiahkan buku tabungan di salah satu bank negeri pada saat itu.

"Alhamdulillah menang dan hadiahnya itu dapat tabungan (bank), kita disuruh membuka tabungan disalah satu bank pemerintah, yang saat ini sudah menjadi Bank Mandiri," jelasnya.

"Saya masih kecil, masih kelas tiga SMP, setelah kesana (bank) saya lihat kesana, terbersit enak yah kerja di bank, nyaman yah orangnya rapi, ruangannya dingin," lanjutnya.

Kata Erwan, hal ini juga tidak lepas dari doa kedua orang tuanya.

"Mungkin juga karena doa orang tua, ibu saya juga punya doa agar anaknya bisa kerja di bank," terangnya.

Lebih lanjut, saat duduk dibangku kuliah, Erwan milih untuk segera menyelesaikan pendidikannya.

"Dulu orang tua saya itu mengharapkan saya masuk jalur PMDK, sekarang itu semacam SNMPTN lah. Jadi jika nilai rata-rata raport bagus nanti ada jalur undangan di PTN," kenangnya.

Hanya saja, saat bersekolah, Erwan banyak menghabiskan waktunya sebagai organisatoris.

Sehingga nilai raportnya tidak mencukupi untuk lulus jalur undangan

"Cuma saya waktu SMA aktif beberapa organisasi, berbeda waktu SMP dan SD. Saya memang banyak mendapat pengalaman, tapi secara target nilai saya, tidak tercapai," katanya.

"Makanya saya saat kuliah, saya berjanji sama orang tua, kuliah saya mau fokus belajar untuk tamat cepat dan tepat waktu," sambungnya.

Erwan mengenang, usai melakukan ujian meja, ada penerimaan pegawai di salah satu bank.

Dirinya bersama beberapa teman angkatannya pun ikut mendaftar, namun hanya dua orang yang diterima, yaitu satu laki-laki dan satu perempuan.

"Pas saya sudah ujian meja, ada pembukaan ini, dan angkatan kami mendaftar, dan saya dinyatakan lolos, satu orang pria dan satu perempuan," katanya.

Setelah mulai bekerja, Erwan langsung jatuh cinta terhadap pekerjaannya tersebut, hingga sekarang ia telah menekuni dunia perbankan selama 20 tahun.

"Karena apa yah, ketika belum wisuda, sudah dinyatakan diterima, bekerja di bank, saya enjoy dipekerjaan itu. Menikmati segala tantangan kerja di bank. Akhirnya saya tidak terpikir lagi untuk bekerja di bidang saya (teknik)," jelasnya.

Namun, ia menjelaskan jika pekerjaan di bank dan disiplin ilmunya sebagai lulusan teknik, masih memiliki korelasi.

"Tapi ada korelasinya sih, anak teknik itu dari segi sisi pelajaran matematika, kalau kita jadi analis di perbankan, itu ada kaitannya juga dihitungan matematikanya lah. Yah setidaknya ada korelasinya sedikitlah antara kuliah di teknik dengan pekerjaan di bank," tuturnya.

Erwan menceritakan, tak lama setelah dirinya bekerja di bank, terjadi krisis moneter, usai tumbangnya kepemimpinan Presiden Soeharto.

"Saya masuk awal kerja itu tahun 1997, itu krisis sudah mulai. Pas terjadinya reformasi, memang cukup menjadi tantangan, saya berpindah-pindah, dan bank saya bekerja mengalami merger itu di tahun 1999-2000," kenangnya.

Kata Erwan saat itu memang cukup berat, dan terjadi seleksi alam.

Siapa yang bisa serius, bisa fokus, akan bertahan, apalagi banyak bank di likuidasi, dan ribuan pegawai diberhentikan.

"Dari sisi pribadi kita harus tujuan, dan memang semangat belajarnya tidak boleh berhenti, kita jangan pernah berpuas diri yang kita terima sekarang, itu tidak bisa," tuturnya.(*)

Laporan Wartawan tribun-timur.com, AM Ikhsan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved