Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bulog

Siap-siap! Bulog Segera Jual Beras dengan Harga Murah

Perum Bulog mencatat cadangan beras hingga saat ini mencapai 1,39 juta ton, di mana 412 ribu ton berpotensi mengalami kerusakan

Editor: Muh. Irham
TRIBUN TIMUR/ SANOVRA
Sejumlah pekerja menurunkan beras digudang bulog, Jl Urip Sumoharjo, Panaikang, Makassar, Senin (1/6/2020). 

TRIBUNTIMUR.COM - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) mencatat cadangan beras hingga saat ini mencapai 1,39 juta ton, di mana 412 ribu ton berpotensi mengalami kerusakan karena sudah terlalu lama disimpan sejak tahun 2018.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, pihaknya telah mengajukan usulan ke pemerintah untuk penanganan 412 ribu ton beras tersebut saat rapat koordinasi terbatas antar kementerian dan lembaga.

"Sudah dua kali dirapatkan di rakortas untuk penanganan beras yang sudah menahun ini, yang masih bisa digunakan. Salah satunya dijual dengan diturunkan harganya," papar Buwas saat RDP dengan Komisi IV DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (18/5/2021).

"Tapi dua kali rapat, belum ada keputusan untuk penanganan 412 ribu ton beras. Kan kalau kami jual Rp 8.300 (per kg) dan kami usulkan Rp 6.500, artinya ada penurunan supaya segera laku," sambung Buwas.

Bahkan Buwas mengaku sudah berkirim surat sebanyak tiga kali ke menteri terkait penanganan cadangan beras pemerintah (CBP) tersebut, namun lagi-lagi belum mendapat jawaban yang pasti terkait penanganan 412 ribu ton beras.

"Sebenarnya ini sudah keputusan secara lisan Pak Presiden Jokowi menyampaikan segera ditangani, beliau setuju dijual lebih murah. Tapi kemarin jadi persoalan negara harus keluarkan selisih harga itu, kurang lebih Rp 740 miliar kepada Bulog, sehingga masih dicari jalan lain, jalannya apa? Belum tahu," papar Buwas.

Buwas berharap pemerintah segera mencari solusinya agar tidak kembali terjadi disposal besar seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu sebanyak 20 juta ton beras.

"Kami selalu berharap tidak ada lagi masalah disposal beras, karena ini justru merugikan negara dan Bulog. Nah ini ada potensi memang, saya harus terus terang potensi kerusakan beras di kemudian hari, mana kala beras CBP ini tidak segera digunakan," paparnya.

Perum Bulog mencatat cadangan beras untuk kebutuhan nasional hingga saat ini sudah mendekati 1,5 juta ton dan tidak perlu melakukan impor.

"Kami bisa menjamin sampai akhir tahun ini, khususnya Bulog tidak akan impor beras dari luar negeri karena kebutuhan untuk cadangan beras pemerintah (CBP) sudah terpenuhi," kata Buwas.

Hingga 17 Mei 2021, kata Buwas, stok beras Bulog mencapai 1.395.375 ton, yang terdiri dari 1.378.047 ton beras CBP dan 17.329 ton merupakan beras komersial.

Stok CBP 1,37 juta ton itu masih berada dalam batas aman yang ditetapkan pemerintah yaitu Bulog harus memiliki stok CBP antara 1 juta ton sampai 1,5 juta ton.

"Kami masih mungkin menyerap sampai Juni karena ada sisa panen bulan Mei ini, sehingga bertambah jumlahnya," paparnya.

Buwas menyebut, panen raya juga akan terjadi pada Agustus hingga September 2021, dan Bulog akan kembali melakukan penyerapan untuk memenuhi stok beras.

"Sehingga apa yang ditetapkan pemerintah tentang CBP 1,5 juta ton beras, sebenarnya sudah terpenuhi," ucap Buwas.

Sementara itu, penyaluran beras CBP dari Januari sampai dengan 17 Mei 2021 sebesar 185.429 ton, terdiri dari Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) 152.497 ton, tanggap darurat bencana 2.431 ton, dan golongan anggaran 30.501 ton.

Untuk realisasi pengadaan gabah atau beras dalam negeri, jumlahnya mencapai 670.916 ton.

Tagih Piutang

Piutang pemerintah terhadap Perum Bulog hingga Mei 2021 mencapai Rp 1,27 triliun.

"Kami sangat mengharapkan dukungan agar pelunasan piutang pemerintah kepada Perum Bulog dapat segera dilakukan," kata Buwas.

Menurut Buwas, piutang Rp 1,27 triliun terdiri dari pelepasan stok turun mutu sebesar Rp 173,83 miliar, cadangan beras pemerintah ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (CBP KPSH) senilai Rp 872,81 miliar. Kemudian, CBP bencana alam sebesar Rp 36,75 miliar, cadangan stabilitas harga pangan (CHSP) gula senilai Rp 11,23 miliar, dan kekurangan penagihan CHSP gula mencapai Rp 184,60 miliar.

Mendengar total piutang pemerintah kepada Perum Bulog, Ketua Komisi IV Sudin mempertanyakan total utang yang dimiliki Bulog dari pinjaman perbankan atau pihak ketiga.

"Total piutang pemerintah Rp 1,27 triliun, Perum Bulog utang ke perbankan berapa?," tanya Sudin.

"Utang kami Rp 14 triliun lebih," jawab Buwas.

Sudin pun meminta kepada Anggota Komisi IV DPR untuk mengingatkan penagihan piutang pemerintah ke Bulog masuk dalam kesimpulan RDP.

"Kalau begitu, nanti dalam kesimpulan rapat dimasukkan, pemerintah segera melunasi piutang terhadap Perum Bulog," ucap Sudin.

Ketua Komisi IV DPR Sudin juga mempertanyakan efektivitas impor daging kerbau dalam menjaga kestabilan harga daging sapi jelang hari raya Idulfitri. Sudin menyebut, berdasarkan rapat koordinasi terbatas pada 2 Januari 2021, Perum Bulog mendapat tugas impor daging kerbau sebanyak 80 ribu ton dengan harapan dapat menstabilkan harga daging sapi.

"Namun faktanya, harga daging sapi terus mengalami kenaikan hingga Rp 150 ribu per kilogram. Komisi IV nilai sejak dibukanya kran impor daging kerbau pada 2016, tidak mampu menurunkan harga daging," kata Sudin.

Sudin pun mengaku kerap mendapat aduan dari pelaku pedagang daging, di mana kerjasama Perum Bulog dan perusahaan penjual daging hanya dilakukan oleh satu perusahaan swasta.

"Daging kerbau masuk ke Bulog, konon katanya bener tidaknya saya tidak tahu. Itu cuman monopoli satu PT (perusahaan), jadi harganya (daging) tetap tinggi juga," papar Sudin.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyampaikan, sampai saat ini Bulog baru merealisasikan impor daging kerbau dari India sebanyak 13 ribu ton.

"Ini karena masih ada lockdown di sana, ditambah kemarin perkembangan virus Covid-19 di India, sehingga kami menghentikan rencana impor sementara sampai melihat situasi," kata Buwas.

Buwas membantah kerjasama terkait penjualan daging kerbau dari Bulog, hanya dikuasai oleh satu perusahaan saja.

"Sebenarnya tidak hanya satu PT, karena itu yang sudah kontrak dengan kami dan siap beli sudah pasti. Karena, banyak yang sudah minta tapi tidak berikan jaminan, ini yang berdampak pada 2018, Bulog terpaksa harus mengeluarkan sewa cold storage senilai Rp 300 miliar, sehingga untuk tahun ini kami menghindari daripada permasalahan itu," ujar Buwas.

Buwas mengakui, upayanya dalam menjaga stabilitas harga daging sering tidak berhasil, meski sudah melakukan operasi pasar dengan menjual harga daging kerbau Rp 80 per kilogram, dan daging sapi Rp 90 ribu per kilogram.

"Karena memang keterbatasan kemampuan ketersediaan yang dimiliki Bulog, sehingga memang dampaknya tidak signifikan terhadap penurunan harga daging," kata Buwas.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved