Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Maros

Malam Takbiran, Bupati Maros Sidak Warga Kurang Mampu

Kunjungan tersebut dilakukan pada Rabu malam (12/05/21), tepatnya pada malam dimana gema takbir sedang

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TIMUR/NURUL HIDAYAH
Chaidir syam memberikan bantuan langsung ke rumah warga Maros yang kurang mampu 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS - Untuk memastikan kondisi warganya jelang lebaran 1 Syawal 1442 H, Bupati Maros Chaidir Syam melakukan kunjungan mendadak ke rumah sejumlah warga miskin yang berada disekitaran Kecamatan Turikale.

Kunjungan tersebut dilakukan pada Rabu malam (12/05/21), tepatnya pada malam dimana gema takbir sedang berkumandang di hampir seluruh pelosok Kabupaten Maros. 

Dari pantauan langsung tribunmaros.com, sedikitnya ada 5 rumah warga kurang mampu yang dikunjungi oleh orang nomor satu di Kabupaten Maros itu.

Kedatangan Chaidir pun disambut haru sejumlah warga yang didatanginya.

Nenek Rahmah (81) misalnya, mengaku tak kuat menahan air matanya saat Bupati yang belum lama dilantik itu tiba-tiba datang ke rumahnya yang terletak di Kelurahan Boribellayya pada malam hari.

Apalagi, diluar dugaannya, Chaidir yang tampil merakyat itu mendadak minta izin masuk ke dapurnya.

 Padahal, tempat dia memasak itu keadaannya sangat kotor dan berantakan.

“Jujur, saya bangga dan sangat terharu punya Bupati yang merakyat seperti Pak Chaidir. Kami tak salah memilih beliau. Selain merakyat juga peduli kepada nasib rakyatnya. Sampai beliau masuk ke dapur yang kotor tanpa ada perasaan jijik. Mungkin beliau ingin tahu, apakah pada malam takbiran ini ada beras yang bisa saya masak atau tidak, karena besok lebaran” ungkap nenek Rahmah dengan menggunakan bahasa Bugis sembari mengusap air matanya.

Sementara itu, Chaidir Syam yang disambut haru warga miskin mengaku sengaja melakukan blusukan mendadaknya itu karena ingin memastikan bahwa warganya dalam keadaan baik-baik saja. 

Terutama, jelang perayaan Idul Fitri, dimana semua warga yang merayakannya harus dalam keadaan penuh dengan kegembiraan, kebahagiaan dan suka cita.

Menurut Chaidir, Ramadan dan idul Fitri itu harus memiliki makna sosial yang dalam, bukan sekadar momen ritual keagamaan.

 Lebih dari itu, Idul Fitri yang secara harfiah berarti kembali ke fitrah, harus dimaknai sebagai momen kepedulian dan saling memaafkan. 

Karena itu, pada saat lebaran tiba, tak boleh ada warga yang tak punya sesuatu untuk dimasak atau dimakan.

Chaidir menegaskan, sebagai pemimpin dirinya merasa punya tanggungjawab moral dan jabatan untuk memastikan tak ada warganya yang tidak memasak pada malam takbiran ini karena tak punya beras. 

Karena itulah, dirinya merasa harus turun langsung ke beberapa titik tertentu di masyarakat, agar dirinya juga bisa khusus melakukan takbiran.

"Saya tak ingin Takbir ini berkumandang ditengah warga saya ada yang jangankan beli daging dan kue lebaran, buat beli beras saja tak punya. Idul Fitri sebagai hari kemenangan itu harus menjadi milik seluruh warga. Bukan hanya milik warga yang mampu. Tapi juga harus menjadi milik warga kurang mampu. Intinya, semua harus bahagia dan penuh suka cita,” tegasnya.

Chaidir menambahkan, sebagai Bupati, apa yang dilakukannya juga lebih dalam rangka melatih diri sendiri agar semakin peka dan peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan, apalagi warganya sendiri. 

 
“Saya tak boleh dzolim terhadap rakyat saya sendiri, hanya karena tak mau tahu apa yang sedang terjadi dengan warga saya sendiri. Insya Allah, saya akan melakukan apapun untuk rakyat saya sesuai dengan power, jabatan dan otoritas yang saya miliki sebagai bupati,” tegasnya.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved