Resuffle Kabinet
Head to Head Pengalaman Nadiem Makarim dan Abdul Muti Urus Pendidikan
Angkatan Muda Muhammadiyah menganggap Abdul Muti layak untuk menggantikan Nadiem Makarim dalam reshuffle kabinet Indonesia Maju
TRIBUN-TIMUR.COM- Angkatan Muda Muhammadiyah mendorong Sekretaris Jenderal Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Muti untuk jadi menteri dalam reshuffle kabinet Indonesia Maju Joko Widodo - Maruf Amin.
Ketua Pemuda Muhammadiyah, Sunanto menganggap Prof Dr Abdul Muti tepat untuk memperbaiki kondisi pendidikan Indonesia.
Sebelumnya, reshuffle kabinet artinya adalah pergantian atau pergeseran beberapa pejabat di bawah presiden.
Dalam reshuffle kabinet 2020, Jokowi mengganti beberapa menteri yang terjerat dugaan korupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi.
Baca juga: Abdul Muti Dianggap Bisa Gantikan Menteri Nadiem Makarim Dalam Reshuffle Kabinet Indonesia Maju
Baca juga: SIAPA Abdul Muti? Disebut Cocok Ganti Nadiem Makarim Pernah Tolak Tawaran Wamendikbud
Berdasarkan data BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2020 dibanding tahun-tahun sebelumnya. IPM Indonesia tahun 2020 adalah sebesar 71,94 atau tumbuh 0,03 persen (meningkat 0,02 poin) dibandingkan capaian tahun sebelumnya, 70,92 poin.
Perlambatan pertumbuhan IPM tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan.
Indikator ini turun dari 11,30 juta rupiah pada tahun 2019 menjadi 11,01 juta rupiah pada tahun 2020.
Dari sisi pendidikan, pada tahun 2020 anak-anak berusia 7 tahun memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,98 tahun atau hampir setara dengan lamanya waktu untuk menamatkan pendidikan hingga setingkat Diploma I.
Angka ini meningkat 0,03 tahun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,95 tahun.
Selain itu, rata-rata lama sekolah penduduk umur 25 tahun ke atas juga masih meningkat 0,14 tahun, dari 8,34 tahun pada tahun 2019 menjadi 8,48 tahun pada tahun 2020.
Tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat ke 107 dari 189 negara yang dianalisis oleh UNDP. Indonesia berada di peringkat tengah.
IPM Indonesia kalah dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand di ASEAN.
Lalu Pemuda Muhammadiyah dan aktivis mendorong Abdul Muti.
Ia diharapkan menggantikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.
Baca juga: Haedar Nashir atau Bambang Brodjonegoro Pengganti Nadiem Makarim Pimpin Kemendikbudristek?
Profil dan Pengalaman Abdul Muti
Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah ini lahir di Kudus, 2 September 1968.
Ia menamatkan pendidikan gelar S1 di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 1991.
Selanjutnya, ia menyelesaikan S2 di Flinders University, South Australia tahun 1996.
Short Course on Governance and Shariah the University of Birmingham (Birmingham, UK, 2005), dan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2008).
Saat ini, Abdul Mu’ti bekerja sebagai dosen IAIN Walisongo.
Ia salah satu Advisor di The British Council London sejak 2006.
Sejak 2014 Abdul Mu’ti menjadi dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris PWM Jateng periode 2000-2002, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2002-2006, dan Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah 2005-2010.
Ia banyak menulis di berbagai media soal pendidikan.
Baca juga: PROFIL atau Biodata Haedar Nashir Ketum Muhammadiyah Disebut Layak Ganti Nadiem Makarim
Profil Nadiem Makarim
Nadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri.
Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab.
Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.
Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SMA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura.
Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown, Amerika Serikat.
Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.
Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.
Setelah itu, Nadiem menjadi Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011. Pada 2012, Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun perusahaan rintisan (startup) sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra driver.
Kini Gojek sudah menjadi salah satu dari 19 dekakorn di dunia, dengan valuasi Gojek mencapai US$10 miliar.(*)
Baca juga: Alasan Jokowi Temui Megawati Sebelum Isu Reshuffle Menteri Bergulir, Nadiem Atau Bambang Terpental?