Literasi Ulama
Qadhi Belawa
Pendidikan dasar ditempuh di Sekolah Muhammadiyah, kemudian ke Sengkang tahun 1935 langsung mengaji kitab kuning
Oleh: Firdaus Muhammad, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin dan Pengurus MUI Sulsel
QADHI atau Kali Belawa diemban Anregurutta Haji (AGH). Abdul Malik Muhammad (1922-2000) hingga beliau lebih tersohor sebagai Gurutta Kali Belawa.
Beliau dikenal memiliki ragam karamah.
Dikisahkan, seusai shalat shubuh berjamaah di masjid di Belawa, Wajo , tiba-tiba mengajak sopirnya segera ke Siwa.
Setiba di kebun cengkehnya, Gurutta langsung menegur pencuri, maegamua muala (banyak yang kamu ambil)”, demikian salah satu karamah yang dimiliki beliau, dapat mengetahui kala pencuri memasuki kebunnya sekalipun jaraknya sangat jauh, ajaibnya, pencuri seperti terperangkap dan
tidak bisa bergerak hingga gurutta yang langsung menegurnya.
Saprillah (2014) menulis bahwa, AGH. Abdul Malik Muhammad merupakan Pimpinan Umum Pengurus Besar As’adiyah (periode 1988-2000) dan Pengurus Syuriah NU Wajo.
Beliau dilahirkan di Belawa, Wajo. Putra ketiga pasangan H. Muhammad dan Hj. Buhana.
Pendidikan dasar ditempuh di Sekolah Muhammadiyah, kemudian ke Sengkang tahun 1935 langsung mengaji kitab kuning dibimbing AGH. Muh. As’ad.
Di Sengkang beliau belajar tafsir, hadis, fiqhi, tauhid, hingga tasawuf. Beliau seangkatan dengan AGH. Lanre Said pendiri Pesantren Tahfizul Qur’an Tuju-Tuju, Bone.
Kemudian pada tahun 1947, AGH. Abdul Malik menunaikan ibadah haji sekaligus mukim mengaji di Mekkah dibimbing oleh Syekh Umar Hamdani atas pesan AGH. Muh. As’ad. Di Mekkah beliau mengaji bersama AGH. Muhammad Nur ke beberapa ulama.
AGH. Abdul Malik mendalami Al-Qur’an dan kajian ilmu agama lainnya kepada Syekh Abdurrahman Gusyaisyah, Syekh Abdul Fattah dan Syekh Alwy Abbas al-Maliky.
AGH. Abdul Malik butuh waktu 8 bulan untuk menghafal al-Qur’an. Kemudian belajar di madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah tahun 1948-1949. Selama di Mekkah, AGH. Abdul Malik mendapatkan ijazah dari Syekh Umar Hamdani untuk mengajarkan ilmu yang diperoleh dari gurunya.
Kemudian beliau kembali ke tanah air, pulang kampung ke Belawa tempat kelahirannya dan mendapat amanah sebagai Imam Masjid Jami Darussalama dan tugas kali (Qadhi) Belawa menggantikan AGH. Muh. Yunus Maratan yang hijrah ke Sengkang.
Beliau juga membuka kelas menghafal al-qur’an bagi anak-anak di belawa diantaranya: Muh. Rafi’i Yunus putra AGH Muh. Yunus Maratan dan Abdullah
Maratan, Muh. Mondang, Hasan dan Muh. Nur sebagai generasi pertama menghapal dibawah bimbingan AGH. Muh. Malik.
Selama kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PB. As’adiyah Pusat Sengkang, beliau mendedikasikan diri sepenuhnya untuk mengabdi dengan berdakwah serta pengembangan Pesantren As’adiyah. Aktivitas dakwahnya merambah seantero Sulsel hingga Kalimantan dan Papua.
Beliau dikenal memiliki karamah dan bacaan-bacaan khusus yang selalu diajarkan pada jama’ah. Kepribadian beliau yang patut diteladani diantaranya selalu menghargai tamu, disiplin, berpenampilan rapih dengan khas sarungan dan surban. Gurutta wafat tahun 2000 dan dimakamkan di tanah kelahirannya, Belawa, Wajo.