All England 2021
3 Kejanggalan yang Dirasakan PBSI Saat Tim Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021
Luapan kekecewaan keluar dari para pemain bulutangkis Indonesia usai didepak mundur dari turnamen All England 2021
TRIBUNTIMUR.COM - Luapan kekecewaan keluar dari para pemain bulutangkis Indonesia usai didepak mundur dari turnamen All England 2021. Salah satunya dari Marcus Fernaldi Gideon yang menyesalkan soal kebijakan Badminton World Federation (BWF) tersebut.
Ia mengatakan sebelum timnas Indonesia dipaksa mundur, ada sejumlah pemain dari negara lain yang ternyata positif Covid-19 sehingga membuat pertandingan hari pertama, Rabu (17/3/2021) ditunda. Namun, berdasarkan hasil tes ulang, ketujuh pemain yang positif tersebut dinyatakan sudah negatif.
Terkait hal itu, Marcus pun menilai seharusnya timnas Indonesia mendapat kesempatan yang sama seperti ketujuh pemain tersebut.
Marcus kecewa karena BWF tidak memberlakukan kebijakan yang sama dengan saat ditemukan tujuh pemain positif Covid-19.
"Perlu diperhatikan bahwa BWF telah gagal mengatur masalah ini. Sebelum penerbangan, semua tim Indonesia dinyatakan negatif dan kami juga dites ulang saat tiba di hotel," kata Marcus dalam unggahannya di Instagram, Kamis(18/3/2021).
"Beberapa dari Anda mungkin memperhatikan bahwa permainan hari ini ditunda sebelum tujuh kasus positif yang mereka temukan di anggota tim lain (negara lain). Setelah mereka dites ulang, hasilnya semua dinyatakan negatif. Jadi, mengapa kami tidak juga memiliki keadilan yang sama di sini. Dan jika ada aturan ketat untuk memasuki wilayah Inggris karena Covid-19, BWF seharusnya sudah mendaftarkan sistem yang menjamin keamanan kami. Pemain harus menjalani karantina sebelum turnamen," kata Marcus.
Skuad Merah Putih tidak dapat melanjutkan pertandingan All England 2021 yang digelar di Utiliti Arena Birmingham, Rabu (17/3) hingga Minggu (21/3).
Hal ini dikarenakan saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham pada Sabtu (13/3), salah satu penumpang dalam pesawat yang sama dengan tim bulutangkis Indonesia dinyatakan positif Covid-19.
Indonesia menurunkan tujuh wakilnya di turnamen level Super 1000 ini. Empat wakil sudah melenggang ke babak kedua alias 16 besar.
Mereka adalah Jonatan Christie, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Seharusnya masih ada tiga wakil Tanah Air yang akan bertanding pada Rabu (17/3) waktu setempat atau Kamis (18/3) pagi WIB.
Ketiga wakil tersebut adalah Anthony Sinisuka Ginting, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Akan tetapi, temuan kasus Covid-19 pada penumpang pesawat yang ditumpangi tim Indonesia membuat semua pemain Merah Putih harus mundur dari All England 2021.
Sesuai regulasi Pemerintah Inggris, jika berada pada satu pesawat yang sama dengan orang yang positif Covid-19, penumpang lain diharuskan menjalani isolasi selama 10 hari.
Tim Indonesia pun terpaksa mundur dan menjalani isolasi sampai tanggal 23 Maret 2021 di Crowne Plaza Birmingham City Centre.
Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna melihat adanya kejanggalan yang terjadi terkait dipaksa mundurnya Timnas Indonesia dari All England 2021. Ia pun menjabarkan setidaknya ada tiga kejanggalan yang tercatat.
Pertama yakni sampai saat ini belum diumumkan siapa orang yang positif covid-19 dalam pesawat yang sama dengan tim Indonesia saat berangkat ke Inggris.
Seperti diketahui, Tim Indonesia mendapatkan pesan dari pemerintah Inggris melalui National Health Service (NHS) untuk melakukan karantina selama 10 hari karena adanya penumpang terinfeksi covid-19, namun hingga saat ini belum diumumkan siapa orang tersebut.
Kemudian juga di pesawat yang sama ada pemain dan pelatih dari Turki, informasi yang diterima mereka tetap boleh bertanding dan tidak menjalankan karantina seperti pemain Indonesia.
“Fakta berikutnya, persiapan di Indonesia sangat maksimal terkait prokes seluruh pemain, pelatih dan ofisial yang berangkat ke Inggris bukan hanya di tes PCR tapi juga sudah vaksinasi dua kali. Jadi persiapan Indonesia sudah sangat baik,” kata Agung.
“Fakta ketiga bahwa para pemain kita semuanya menang khususnya Hendra/Ahsan. Terus juga pas Hendra/Ahsan main hakim garisnya juga dari Inggris tapi kita tetap menang. Dan pemain-pemain yang kita unggulkan bisa menang,” jelasnya.
Dengan begitu menurut dugaan Agung, salah satu cara untuk menumbangkan Indonesia di All England yakni dengan menyingkirkan Indonesia untuk tak lagi berlanjut di All England 2021.
Meski demikian, PBSI kini masih terus mengupayakan agar Indonesia agar bisa bertanding salah satunya dengan terus berkomunikasi baik dengan Menlu, Dubes Indonesia di Inggris dan pemerintah inggris itu sendiri khususnya NHS.
“Kalau kita bertanding adalah pemain yang berbahaya, dan kita adalah kandidat juara salah satu yang paling kuat yang sudah mengalahkan Inggris,” kata Agung.
“Anda bisa bayangkan kita yang sudah divaksin tiba-tiba bukan tidak boleh ikut bertanding, kita juga diminta untuk diisolasi 20 hari, saya kurang paham. Ini diskriminatif atau tidak, kalau tidak boleh bertanding ya sudah pulang saja,” lanjut Ketua BPK RI itu.
“Nah kita sampaikan kekecewaan yang besar, tetapi kita juga paham ini karena antara lain potensi dan kemampuan tim bulutangkis indonesia yang dalam kondisi terbaik pada saat ini. kita tetap akan berjuang siapa tahu ada ruang untuk terus bertanding, tapi kalau tidak kita jangan berkecil hati kita adalah juara yang tertunda,” ujarnya.
Agung Firman Sampurna menjelaskan permasalahan dipaksa mundurnya Timnas Indonesia dari All England 2021 bukan lah kesalahan federasi bulutangkis dunia, BWF. Menurutnya, keputusan tim Indonesia tak bisa bermain adalah murni dari aturan National Health Service (NHS) Pemerintah Inggris yang melihat tim Indonesia satu pesawat dengan penumpang lainnya yang positif Covid-19.
NHS pun memberikan pesan ke seluruh para pemain dan ofisial Tim Indonesia untuk menjalani karantina selama 10 hari dari hari. Padahal seluruh pemain Indonesia sendiri telah melakukan serangkaian tes dan hasilnya negatif.
Bahkan, wakil-wakil Indonesia seperti Hendra/Ahsan, Jonatan Christie dan Kevin/Marcus keluar sebagai pemenang di babak pertama All England 2021. “Dalam hal ini BWF tak ada masalah. Ini aturan negara setempat, yang kami ingin transparansi. Kalau BWF tak ada masalah. Mereka objektif dan profesional. Mereka sudah melakukan yang diperlukan bagaimana supaya (turnamen) dilaksanakan,” kata Agung.
Agung Firman yang sangat kaget mendengar kabar tersebut pun kini terus berupaya agar Tim Indonesia bisa melakukan pertandingan. Hal yang ia lakukan yakni dengan cara berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
“Saya di awal jelaskan saya sudah komunikasi dengan Menlu. Mohon bantuan agar memfasilitasi agar tetap dapat bertanding. Tidak ada alasan bagi orang untuk melarang kita bertanding, dari segi apa pun, merak sudah divaksin dan tidak ada yang positif. Mereka berangkat bukan untuk foya-foya,” kata Agung.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali sangat menyayangkan adanya kabar bahwa Timnas Indonesia dipaksa harus mundur dari All England 2021. Pihaknya pun kini terus menjalin komunikasi dengan Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya guna menanyakan apa yang terjadi sebenarnya.
Menpora Amali juga mendukung langkah Ketum PP PBSI, Agung Firman Sampurna yang juga berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi agar bisa mengupayakan tim Indonesia tetap bisa bertanding lagi.
“Tentu saya mendukung Ketum PBSI. Saya mendorong PBSI untuk melakukan langkah supaya tidak diperlakukan seperti ini. Kalau kita diam saja, misalnya ada indikasi tidak adil terus kita biarkan, maka kita dianggap lemah,” kata Menpora dalam konferensi pers secara daring.
“Kita akan diperlakukan sama kalau ketemu lagi event seperti ini. Saya mendukung PBSI menerapkan langkah mempertanyakan BWF internasional dan Asia. Supaya orang tahu kita tidak tinggal diam. Kita merasakan perlakuan tidak adil di tim kita,” jelasnya.
Sementara itu soal adanya permintaan dari DPR untuk memanggil Dubes Desra Percaya guna memberikan penjelasan, Menpora Amali menyerahkan hal itu kepada Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). “Kalau itu urusan Kemenlu. Pasti mereka ada ukuran diplomatic yang menyebabkan seseorang Dubes dipanggil atau dimintai informasi dan sebagainya,” kata Menpora Amali.
“Silakan saja Kemenlu dan pasti Dubes kita di London sudah memberikan informasi kepada Ibu Menlu. Saya serahkan kebijakan luar negeri dari ibu Menteri,” pungkasnya.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menilai, tindakan sepihak dari panitia All England 2021 yang mencoret semua pemain bulu tangkis Indonesia, sangat menyakitkan para atlet. Menurut Huda, para atlet bulu tangkis yang sedang bertanding tentu sangat kecewa karena harus dihentikan saat turnamen berlangsung.
"Pengusiran paksa para atlet di tengah turnamen berlangsung tentu sangat menyakitkan," kata Huda.
Huda mengatakan, para atlet tentu sangat kecewa ketika mereka harus berangkat jauh-jauh ke Inggris dan beberapa dari mereka telah menang di babak pertama. Lalu, kemudian dinyatakan tidak boleh melanjutkan pertandingan. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini pun meminta agar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menyiapkan langkah khusus kepada para pemain.
"Sehingga pemain tidak mengalami trauma psikologis akibat peristiwa ini," jelasnya. Huda pun menilai, kasus di Inggris harusnya menjadi pelajaran bagaimana penyelenggara turnamen atau event olahraga harus benar-benar memperhatikan regulasi Covid-19 di suatu negara.
"Tentu dalam kasus ini kita tidak bisa menyalahkan pemerintah Inggris karena mempunyai regulasi ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19 di wilayah mereka," ucapnya.
"Di sini yang harus menyesuaikan adalah panitia/penyelenggara turnamen yang harus menyiapkan SOP sesuai dengan regulasi tersebut," kata Huda.
Menlu Turun Tangan
Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi turun tangan karena dikeluarkannya seluruh perwakilan Indonesia dari ajang bulutangkis All England 2021. Lewat keterangan KBRI London disebutkan bahwa Menlu RI juga telah memberikan arahan untuk memastikan tidak ada diskriminasi dan unfair treatment terhadap partisipasi atlet bulutangkis Indonesia pada turnamen All England tersebut.
“KBRI telah lakukan koordinasi intens dengan Ketua Timnas All England Pak Ricky Subagja dan Kemenpora,” kata Duta Besar RI untuk Inggris, Desra Percaya.
Dubes RI menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kontak langsung kepada Dubes Inggris di Jakarta, Owen Jenkins untuk melakukan intervensi ke otoritas kesehatan Inggris (NHS). Diantaranya, untuk memastikan alasan dan narasi kewajiban isolasi mandiri 10 hari, termasuk tidak adanya diskriminasi dan unfair treatment terhadap atlet Indonesia.
Opsi lain yang diupayakan adalah kemungkinan dilakukan tindakan yang memungkinkan atlet Indonesia melanjutkan kompetisi di All England. “Pagi ini KBRI akan lakukan pendekatan langsung kepada otoritas Inggris, utamanya NHS, dan juga BWF sebagai penyelenggara dengan pesan yang sama sebagaimana disampaikan Dubes RI kepada Dubes Inggris di Jakarta,” kata Desra.(*)