Sosok Suster Ann yang Berulang Kali Berlutut Demi Lindungi Demonstran Myanmar: Bunuh Saya Saja
“Saya langsung berpikir hari ini (28 Februari) adalah hari saya meninggal. Jadi, saya siap melakukannya,” kata Suster Ann Roza Nu Tawng
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
Setelah permohonan itu, dia mendengar suara tembakan dan melihat gas air mata sudah berada di jalanan.
Suster Ann mengatakan, dia merasa pusing dan kesulitan bernapas saat melihat seorang pria tergeletak di jalanan, tampaknya karena ditembak.
Editor Myitkyina News Journal menjelaskan, pada saat jam makan siang, dia mendapat kabar dua orang tewas.
Kachin Waves kemudian merilis foto memilukan yang menunjukkan Suster Ann berdiri di tepi jalan, dengan seseorang terbaring di aspal.
Dalam foto lain yang begitu menyayat hati, dia terlihat menangis saat menyandarkan tubuhnya ke tubuh pria yang ditembak di kepala.
Suster Ann mengatakan, karena gas air mata, dia tidak tahu siapa yang sudah menembak pengunjuk rasa.
Hanya saja, dia menambahkan bahwa yang melakukan penembakan bukan aparat yang sudah berlutut dan memohon kepadanya.
"Saya sangat susah. Polisi sudah memberi tahu saya bahwa mereka tidak akan menembaki. Namun, mereka melakukannya," ratapnya.
Dia menuturkan, orang yang ditembak kepalanya sempat bernapas sehingga dia dibawa ke klinik untuk mendapat perawatan sebelum tewas.
Sepekan sebelumnya, Suster Ann mengaku sudah siap untuk mati demi melindungi pengunjuk rasa yang hanya menyuarakan aspirasi.
Melalui sebuah gambar yang beredar luas di internet, biarawati berusia 45 tahun itu berlutut di hadapan beberapa polisi sambil berlinang air mata.
Dua personel kepolisian juga tampak berlutut di hadapan Suster Ann Roza sebagaimana dilansir New Zealand Herald.
"Saya berlutut ... memohon kepada mereka agar tidak menembak dan menyiksa anak-anak. (Lebih baik) tembak dan bunuh saya saja," kata Suster Ann Roza kepada AFP.
Aksi heroik Suster Ann Roza tersebut terjadi pada Senin (8/3/2021) di ibu kota negara bagian Kachin, Myitkyina.
Dalam kekerasan pada 28 Februari lalu, Suster Ann Roza tanpa rasa takut menghadapi kekerasan. Dia menggunakan alat perlawanan terkuat yang dimilikinya.
"Saya memutuskan untuk menghentikan (polisi) mereka dengan berlutut karena saya percaya, kekuatan cinta akan bekerja dan Tuhan akan melindungi kita,” tutur Suster Ann Roza.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com