Aprilia Manganang
Masih Ingat Aprilia Manganang? Atlet Voli Putri Indonesia Bikin Heboh SEA Games Diprotes Filipina
Masih Ingat Aprilia Santini Manganang? Atlet Voli Timnas Putri Indonesia Bikin Heboh SEA Games Diprotes Filipina
TRIBUN-TIMUR.COM - Masih Ingat Aprilia Manganang?
Atlet Timnas Putri Indonesia yang terkenal itu pernah bikin heboh di SEA Games karena diprotes Filipina.
Atas prestasinya, Aprilia Manganang lolos jadi TNI kini pangkatnya Sersan Dua (Serda).

Berikut kabar terbaru Aprilia Manganang disampaikan langsung oleh KSAD TNI Jenderal Andika Perkasa.
Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan prajurit TNI yang juga atlet voli nasional Serda Aprilia Manganang sejatinya laki-laki.
Aprilia sejak lahir menderita hipospadias sehingga dianggap perempuan.
Diketahui, Aprilia Manganang pernah menjadi atlet voli Timnas Indonesia di SEA Games 2015.

Saat itu, Filipina melayangkan protes keras karena menduga Aprilia Manganang adalah seorang pria di tim Voli Putri Timnas Indonesia.
Setelah direkrut TNI Angkatan Darat pada 2016, Aprilia Manganang pun masuk adalam Korps Wanita TNI Angkatan Darat dengan pangkat Sersan Dua (Serda) TNI.
Lewat serangkaian tes medis, Andika Perkasa mengungkap Aprilia Manganang ternyata seorang pria. Aprilia Manganang mengidap hipospadias, kondisi kesehatan yang langka.
"Dari pemeriksaan urologi, Sersan Manganang lebih memiliki organ-organ jenis kelamin laki-laki, bahkan tidak ada organ-organ internal jenis kelamin perempuan," kata KSAD dalam konferensi pers di Mabesad, Jakarta, Selasa (9/3/2021)

Jenderal Andika memastikan Mabes TNI AD angka terus mendampingi Aprilia Mangalang untuk pengobatannya hingga tuntas. Diketahui atlet berprestasi itu masih akan menjalani satu kali operasi lagi.
Melansir, klikdokter.com, Hipospadia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada saluran kemih dan penis.
Pada kondisi ini, saluran kencing tidak terletak pada ujung penis, melainkan di sisi bawah penis.
Umumnya, penderita hipospadia memiliki bentuk penis yang berbeda dari biasanya, disertai dengan adanya penumpukan kulit berlebih di bagian atas penis.
Hipospadia tidak bisa dicegah, karena belum ada faktor tunggal yang dipastikan sebagai penyebab kelainan ini.
Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindarinya, seperti: usia ketika hamil sebaiknya tidak di atas 40 tahun dan menjauhi paparan rokok selama kehamilan.
Komplikasi Hipospadia
Jika tidak diterapi dengan baik, hipospadia mungkin dapat mengakibatkan hal-hal berikut:
Bentuk penis yang abnormal
Kesulitan dalam pelatihan penggunaan toilet
Penis bengkok saat ereksi
Gangguan ejakulasi
Diagnosis Hipospadia
Diagnosis hipospadia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus hipospadia yang berat (ketika saluran kencing berada di dekat perut), dokter perlu memeriksa testis anak. Jika tidak didapatkan testis, perlu dilakukan pemeriksaan kromosom untuk menentukan jenis kelamin yang sebenarnya.
Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan ginjal dengan USG dan rontgen, mengingat hipospadia sering disertai dengan kelainan ginjal.
Gejala Hipospadia
Hipospadia dapat diketahui dengan tanda dan gejala berikut:
Terlihatnya saluran kencing di bawah penis
Bentuk penis yang melengkung ke bawah
Ketika berkemih, urine akan menetes dan tidak memancar
Jika Anda menemukan kelainan letak dan bentuk penis pada anak, segeralah membawanya ke dokter untuk diperiksa.
Pengobatan Hipospadia
Tindakan operasi biasanya dilakukan untuk memperbaiki bentuk penis, agar pasien dapat buang air kecil dengan normal dan memiliki fungsi seksual yang normal pula. Saluran kencing juga dipindahkan ke ujung penis. Kulup penis sangat penting sebagai bahan penutup bagi operasi ini, karena itu pasien dianjurkan untuk tidak disunat dulu sebelum operasi.
Penyunatan dapat dilakukan bersamaan dengan operasi hipospadia. Operasi ini umumnya berlangsung selama 1-3 jam, dan dilakukan dengan bius umum. Waktu terbaik untuk melakukan operasi hipospadia adalah ketika anak berusia 3-18 bulan.
Penyebab Hipospadia
Penyebab hipospadia belum diketahui secara pasti hingga saat ini.
Namun, para pakar menduga bahwa hipospadia bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Hamil di atas 40 tahun dan paparan terhadap asap rokok juga disinyalir dapat meningkatkan risiko hipospadia.(*)