Nurdin Abdullah Ditangkap KPK
'Tidak Benar Satpol PP Melawan KPK, Ada Sprindik Kita Ikuti', Drama Sebelum Nurdin Abdullah Dicokok
Drama sebelum Nurdin Abdullah ditangkap KPK, Benarkah Satpol PP lawan petugas KPK? Sultan Rakib menjawab desas-desus itu
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Drama sebelum Nurdin Abdullah ditangkap KPK, Benarkah Satpol PP lawan petugas KPK?
Sosok Sultan Rakib menjawab desas-desus itu.
Kepala Bidang Ops Ketentraman dan Ketertiban Satpol PP Sulsel Sultan Rakib SS MM memastikan tidak ada insiden perlawanan saat tim KPK menjemput Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah (NA) di Gubernuran, Makassar, Sabtu (27/3/2021) dini hari.
“Bukan melawan tapi menanyakan dari mana. Pas ditahu kalau mereka KPK, kita ikutilah. Apalagi mereka bawa surat perintah,” kata Surtan di Makassar, Kamis (4/3/2021) malam.
Menurut alumnus Fakultas Ilmu Budaya Unhas itu, sudah menjadi prosedur para satpol PP yang berjaga di Gubernuran untuk memperketat penjagaan. Apalagi, ketika tiba-tiba ada yang datang di tengah malam.
Gubernuran dijaga 7 personel Satpol PP Sulsel ditambah dua personel Brimob setiap hari.
Menurut Sultan, para Satpol PP berjaga 1x24 jam kemudian diganti oleh tim 7 lainnya selama 1x24 jam, lalu mereka yang sudah jaga 1x24 jam beristirahat selama 1x24 jam kemudian bertugas lagi.

Proses penangkapan Nurdin Abdullah di Gubernuran masih menyita perhatian publik.
Apalagi ini kejadian pertama di Sulsel.
Selama ini, tidak pernah ada gubernur yang ditangkap maupun diamankan atau dijemput langsung di Gubernuran.
Kepala Satpol PP Pemprov Sulsel Mujiono mengatakan, peristiwa itu terjadi Sabtu 27 Februari 2021 sekitar pukul 02.00 wita.
Saat itu ada tujuh orang Anggota Satpol PP yang berjaga di pos masuk. Pintu masuk Jalan Sungai Tangka. Ada juga dua Anggota Brimob Polda Sulsel yang bertugas jaga.
"Karena mereka bertugas 1x24 jam. Ada tujuh orang yang menjaga, dua brimob," kata Mujiono di ruangannya, Kamis 4 Maret 2021.
Mujiono mengatakan, ketegangan sempat terjadi antara Petugas Satpol PP dengan Anggota Jatanras Polda Sulsel dan Tim KPK. Karena mereka dihalangi masuk.
"Anggota kami halangi, karena itu sudah SOP. Tidak boleh yang ada memasuki area Rujab pada jam begitu, tanpa izin Sekda," jelasnya.
"Lima sampai 10 menit kejadian di gerbang. Anak-anak (Pol PP) ngotot juga tidak mau. Kita yang berkuasa di sini, karena kita ndak kenal," ujar mantan Kepala Biro Aset itu.
Saat itu ada tiga mobil yang datang. Tim KPK kemudian memperlihatkan surat Sprindik. Para Satpol PP dan Anggota Brimob yang berjaga disuruh untuk berkumpul di dalam pos.
"Tidak boleh ada yang berkeliaran, disuruh berkumpul dalam pos. Biar Brimob dilarang bicara. HP mereka disita, KTP diminta," ujar Mujiono.
Satu orang Anggota Satpol PP kemudian diminta untuk mengantar Jatanras dan Tim KPK ke dalam rumah jabatan. Setelah itu Anggota Satpol PP kembali ke pos penjagaan.
"Mereka ada yang pakai baju dinas (polisi) dilengkapi senjata, ada juga pakai baju biasa. Lalu minta diantar masuk ke rujab," lanjutnya.
Mujiono mengaku KPK di dalam rumah jabatan saat itu memang agak lama. Namun, ia tak tahu apa yang dilakukan, termasuk pembahasannya.
"Agak lama memang baru keluar, mungkin karena memang saat itu waktu istrahat. Kalau kita diganggu saat istrahat, pasti komplain," sebutnya.
Mujiono yakin betul KPK yang membangunkan NA saat itu. Namun, dari laporan anggotanya, Nurdin Abdullah dan Tim KPK keluar kurang lebih jam 03.00 Wita.
"Tapi Pak Gub (Nurdin Abdullah) saat itu sudah istrahat. Mereka (KPK) yang membangunkan, dengan dasar itu surat perintah sprindik sejak bulan 10," kata Mujiono.
Saat dibawa ke bandara, Satpol sudah tidak mengikuti. Pihak bandara yang dihubungi juga mengaku tidak tahu.
"Ini gerakan senyap. Tiket pun mereka yang booking," sebutnya.
Semua orang Rujab, kata Mujiono shock. Termasuk istrinya, Lies Fachruddin yang sempat mengantar beliau di pintu, sebelum naik ke mobil.(muslimin emba/muh fadli aly)