Nikel Logam Hasil Tambang Diprediksi Jadi Primadona Sepanjang 2021 karena Tren Mobil Listrik
Nikel menjadi salah satu produk sektor pertambangan yang menjadi primadona karena kehadiran mobil listrik
Penulis: Dian Amelia | Editor: Ilham Mulyawan Indra
Nikel Logam Hasil Tambang Diprediksi Jadi Primadona Sepanjang 2021 karena Tren Mobil Listrik
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sektor pertambangan diperkirakan memiliki prospek cerah sepanjang 2021.
Apalagi sepanjang 2020 lalu, indeks saham sektor pertambangan mencatatkan kinerja paling ciamik dibanding indeks sektoral lainnya, yakni dengan kenaikan 24,65%.
Ditambah, bahan tambang akan selalu dibutuhkan, juga potensi geologis Indonesia yang sangat tinggi dan tentunya permintaan mineral yang terus melonjak.

Branch Manager Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, Carlo F Coutrier menilai saham sektor pertambangan cenderung meningkat, terutama komoditi nikel dan timah.
Harga nikel yang masih bagus membuat emiten yang bergerak di sektor ini cukup optimistis mengarungi tahun 2021.
Sehingga dia mengatakan sektor pertambangan diproyeksikan akan semakin melejit di tahun ini.
Alasan lainnya, didorong tren mobil listrik yang menggunakan bahan bakar baterai nikel, alhasil terjadi kenaikan permintaan nikel.
"Karena nikel saat ini dipergunakan sebagai bahan baku untuk baterai mobil listrik dimana kalau kita liat diluar atau di Amerika, Eropa, timah dan nikel sudah cukup untuk mobil listrik masyarakat. Dan sejak terpilihnya Presiden Joe Biden lebih menekankan ke sumber energi timah nikel, jadi dia akan mengurangi pemakaian energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara, dia lebih memilih sumber energi yang lebih ramah lingkungan," jelas Carlo, Selasa (23/2/2021).
Dia bilang, meningkatnya permintaan baterai dan baja tahan karat mendorong harga logam dasar lebih tinggi.
Maka nikel yang tersedia untuk baterai lithium ion dapat mengalami defisit lebih cepat.
Efeknya, baterai logam semakin diminati meskipun pandemi Covid-19 belum usai.
"Makanya saya katakan sektor pertambangan akan terus tumbuh di pasar modal, “ tandasnya. (*)
Masyarakat Butuh Pemahaman Pasar Modal
Carlo menambahkan, pemahaman masyarakat terhadap pasar modal, dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan menjadi lebih baik.
"Sekarang itu trennya mulai masuk ke dunia investasi lalu investasi masuk pasar saham obligasi. Kemudian untuk investmen jika dilihat dari jumlah investasi saham dari masyarakat memang meningkat apalagi dilihat dari komposisi asing, “ ungkap Carlo.
Memang, beberapa tahun sebelumnya masih didominasi di pasar modal atau IHSG kurang lebih 65 persen, tetapi komposisi sekarang investasi lokal sudah turut mendominasi sekitar 55 persen.
“Kecenderungan saat ini investmen lebih besar minatnya ke pasar saham dan jika dilihat kembali masyarakat cenderung menaruh investasi di sektor perbankan, “ pungkas Carlo. (*)