Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Makassar

Stigma Perang Kelompok di Utara Kota Makassar, Sampai Kapan?

Konflik tak berkesudahan di Utara Kota Makassar. Jumat 12 Februari 2021, tawuran atau perang kelompok kembali pecah

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM/MUSLIMIN EMBA
Suasana perang kelompok Cambayya Vs Barukang di Jl Sabutung, Makassar, Jumat malam. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Konflik tak berkesudahan di Utara Kota Makassar.

Jumat 12 Februari 2021, tawuran atau perang kelompok kembali pecah di sepanjang Jl Sabutung, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar.

Tawuran itu melibatkan kelompok warga Cambayya dan Barukang.

Remaja belasan tahun hingga pria dewasa terlibat dalam aksi saling serang itu.

Mereka saling serang menggunakan lemparan batu, anak panah hingga senjata tajam.

Bahkan, ada juga yang nekat melempar bom molotov hingga mengakibatkan satu kios jualan pakaian warga terbakar.

Durasi tawuran berlangsung cukup lama. Mulai pukul 08.25 Wita hingga dini hari.

Polisi yang dilibatkan untuk membubarkan kedua kelompok massa yang terlibat saling serang, pun tidak sedikit.

Mulai dari personel Polsek Ujung Tanah, Tim UPRC Angngaru Polres Pelabuhan, hingga perbantuan dari dua tim Direktorat Sabhara Polda Sulsel (Tim Patmor dan Tim Thunder) dikerahkan ke lokasi.

Tawuran itu nyaris memakan korban. Ialah Bripda Nur Iksan personel Tim Patmor Polda Sulsel.

Nur Iksan, terkena anak panah saat hendak membubarkan kedua kelompok yang terlibat tawuran.

Beruntung, ia mengenakan rompi anti peluru, sehingga anak panah yang terbuat dari paku itu hanya tertancap di rompinya tanpa melukai kulit.

Tawuran itu bukan kali pertama terjadi. Beberapa bulan sebelum pergantian tahun 2020-2021, telah berulang kali terjadi aksi tawuran dari kelompok yang sama.

Di awal Tahun 2021 ini saja, Kasat Sabhara Polres Pelabuhan Iptu Asfada mencatat, sudah lima kali kelompok warga Cambayya dan Barukang terlibat saling serang.

Meski belum mengakibatkan adanya korban jiwa (semoga saja tidak), aksi tawuran itu, terbilang cukup membahayakan.

Utamanya, warga lain dan pengendara yang lalu lalang di kawasa Pelabuhan Paotere itu.

Pasalnya, setiap kali tawuran, nyaris semua peralatan senjata tajam digunakan kedua kelompok.

Bahkan, polisi pernah mendapati adanya warga yang menggunakan senapan angin untuk menembaki kelompok lawannya.

Selain membahayakan keselamatan, kesan kurang baik juga melekat seiring konflik yang tak kunjung berkesudahan itu terjadi.

Seperti diungkapkan Nur Thamzil Tahir, Senin (15/2/2021) siang.

Pimpinan Redaksi Tribun-Timur yang tumbuh dewasa di Kampung Gusung Utara, mengaku prihatin atas kondisi tersebut.

"Saya lahir dan besar di Gusung Utara. Kami tersiksa dengan stigma (perang kelompok) itu," kata Thamzil begitu ia akrab disapa.

Padahal, kata Thamzil, beberapa yang terlibat penyerangan kebanyakan bukan dari anak muda kawasan Paotere.

Seiring tawuran itu berlangsung, seiring pula proses mediasi dilakukan.

Mediasi itu mempertemukan tokoh masyarakat dari kedua kubu dan dihadiri aparat pemerintah setempat serta kepolisian.

Namun, nyatanya kasi tawuran dan mediasi itu seolah tak menemui titik temu yang mampu menghadirkan kerukunan atau kedamaian dari kedua kelompok.

Langkah tegas kepolisian juga sudah terbilang cukup sering ditemui.

Mulai dari penangkapan pelaku tawuran, hingga pembinaan.

Bahkan, belasan hingga puluhan remaja yang terlibat tawuran telah diamankan di Mapolres Pelabuhan Makassar.

Kebanyakan dari mereka dibina layaknya pondokan pesantren. Pola hidup mereka ditata sedemikian rupa.

Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali diatur dalam pembinaan 'pesantren ala Polres Pelabuhan'.

Namun apa yang terjadi, aksi tawuran kembali pecah dengan melibatkan kelompok yang sama, Cambayya Vs Barukang!

Sampai kapan perang kelompok itu usai?

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved