Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Profil atau Biodata Prie GS Budayawan yang Meninggal Dunia, Sugeng Tindak Artinya Apa?

Profil atau biodata Prie GS budayawan yang meninggal dunia, sugeng tindak artinya apa?

Editor: Edi Sumardi
YOUTUBE/TALK SHOW TVONE
Budayawan Prie GS dan Sudjiwo Tedjo saat tampil dalam siaran TV One. Profil atau biodata Prie GS budayawan yang meninggal dunia, sugeng tindak artinya apa? 

TRIBUN-TIMUR.COM - Profil atau biodata Prie GS budayawan yang meninggal dunia, sugeng tindak artinya apa?

Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Indonesia kehilangan salah seorang putra terbaiknya.

Budayawan Supriyanto GS atau yang lebih dikenal dengan Prie GS meninggal dunia dan mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (12/2/2021).

Budayawan kelahiran Kendal, Jawa Tengah tersebut disebutkan meninggal akibat serangan jantung.

Kabar meninggalnya Prie GS tersebut dibenarkan oleh Tista Pratista, selaku asisten Prie GS.

"Benar, pukul 06.30 WIB," ujarnya singkat kepada Kompas.com, Jumat hari ini.

Kabar duka ini juga disampaikan budayawan Sudjiwo Tedjo melalui akunnya di Twitter @sudjiwotedjo.

Ia menyampaikan ucapan selamat jalan kepada Prie GS disertai foto pria yang dikenal sebagai penulis, penyair dan kartunis tersebut.

"Sugeng tindak, Mas @Prie_GS... pinanggihan malih mangke .. #utangRasa," demikian disampaikan Sudjiwo Tedjo di Twitter.

Sugeng tindak (bahasa Jawa) artinya adalah selamat jalan.

Lantas, seperti apakah sosok Prie GS?

Mengutip situs Unnes, budayawan kelahiran Kendal, 3 Februari 1964 ini mengawali kariernya menjadi wartawan di Harian Umum Suara Merdeka, Semarang, Jawa Tengah.

Prie juga dikenal sebagai kartunis, penyair, penulis, dan public speaker di berbagai seminar.

Mengutip situs resmi RRI, selepas SMA, Prie GS menekuni dunia kartunis, dan sempat belajar khusus kepada kartunis kawakan dari Harian Umum Kompas, G.M. Sudarta.

Perjalanan karier

Setelah lulus dari bangku SMA, Prie GS melanjutkan pendidikan di jurusan seni musik, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Semarang.

Di tempat ini, kemampuannya semakin terasah.

Saat menjadi wartawan, Prie lebih banyak memegang rubrik bermuatan kesenian, dengan rutin setiap minggunya menggambar kartun di surat kabar tempatnya bekerja. 

Dituliskan situs Taman Budaya Jateng, Prie pernah menjadi pemimpin majalah wanita Cempaka.

Walau sempat menjadi mahasiswa jurusan seni musik, Prie GS memilih menjadi seorang kartunis hingga sekarang.

Prie GS juga pernah menggelar pameran kartun di Tokyo, Jepang atas undangan The Japan Foundation.

Banyak ilmu yang didapat di sana, terutama saat mempunyai kesempatan berdiskusi dalam satu meja dengan para komikus dan animator tersohor di negeri itu.

Prie juga pernah menjajal kemampuannya sebagai aktor dengan bergabung di Teater Dhome Semarang saat menggarap repertoar Umang-umang atawa Orkes Madun karya Arifin C. Noer.

Di Teater Aktor Studio, Prie bersama Joshua Igho menjadi ilustrator musik untuk repertoar Jembatan Mberok.

Menjalani hidup sebagai wartawan, penulis kolom, dan kartunis semakin menambah wawasan Pri GS luas, dan ini yang membawanya terjun sebagai public speaker.

Prie sering diundang sebagai pembicara, motivator, dan pengasuh acara-acara bertema budaya.

Kemampuannya mengolah rasa menjadi modal yang terus diminati oleh banyak lembaga untuk meminta siraman-siraman bernas darinya, antara lain Markas Besar TNI Angkatan Laut Cilangkap, memberikan refleksi sosial di hadapan para jenderal dan perwira Angkatan Laut.

Tak hanya itu, berbagai perusahaan besar juga pernah mengundangnya seperti PT Telkom, PT Coca-Cola, Indonesiai Power, Bank Indonesia, PT PLN, PT Telkomsel, dan lain-lain.

Sementara itu, di ranah hiburan radio dan televisi, sampai sekarang Prie juga menjadi host untuk acaranya refleksi.

Banyak karya-karya yang telah diterbitkan baik puisi, cerpen, kolom, kartun, maupun buku-buku humor, karena sejak memulai debutnya sebagai seniman, setiap pekan dia selalu menulis dan menggambar untuk diterbitkan di media massa.

Buku-bukunya antara lain:

* Nama Tuhan di Sebuah Kuis (2003)

* Merenung Sampai Mati (2004)

* Mari Menjadi Kampungan (2005)

* Hidup Bukan Hanya Urusan Perut (2007)

* Ipung, novel motuivasi Pembangkit Kepercayaan Diri (2008)

* Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia (2009)

* Indonesia Jungkir Balik (2012)

* Hidup ini Keras, Maka Gebuklah (2012)

* Waras di Zaman Edan (2013)

* Indonesia Tertawa, Hidup Boleh Susah, Jiwa Tetap Bahagia (2014)

* Mendadak Haji (2016).(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved