Cerita Mistis Nenek Toeng di Jeneponto Masuk Bioskop
Kali ini giliran Sulawesi Selatan yang menunjukkan eksistensinya dalam sebuah karya film berjudul De Toeng.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNTIMURWIKI.COM - Film Indonesia kembali menggeliat, meski di tengah pandemi virus corona yang masih terus mengancam tanah air.
Kali ini giliran Sulawesi Selatan yang menunjukkan eksistensinya dalam sebuah karya film berjudul De Toeng.
De Toeng merupakan film yang di adaptasi dari kisah kepercayaan masyarakat lokal.
Film tersebut mengambil lokasi di bukit toeng, Kampung Tanetea, Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.
Dalam film yang akan ditayangkan mengangkat cerita mistis yang dimana asal mula penamaan bukit toeng.
Film bergenre horor ini akan tayang pada 11 Februari 2021 serentak di 124 layar bioskop seluruh tanah air.
Diketahui proses pembuatan film ini sudah berlangsung sejak tahun 2018 dan telah dirilis pada tahun 2019 lalu.
Namun karena terhalang pandemi, maka film tersebut terpaksa diundur hingga dua tahun setelahnya.
Seperti itu yang diungkapkan produser De Toeng, Asmin Amin saat bertandang ke Tribun Timur, Senin (1/2/2021).
Ia juga turut menceritakan proses penggarapan awal film tersebut bukan dari sebuah naskah skenario yang jadi.
Enam bulan menggali informasi tentang cerita Bukit Toeng, Asmin yang juga budayawan Makassar ini terpikir untuk bisa bertemu langsung dengan sosok mistis yang ada di Bukit Toeng.
Melainkan proses ritual hingga tiga kali lalu dirampungkan kisah De Toeng ini.
"Jadi kita buat ritual dulu sebanyak tiga kali untuk bisa bertemu sosok mistis yang ada di Bukit Toeng yang disebut Nenek Toeng," jelasnya.
Sang produser bersama sutradara dan beberapa kru lainnya akhirnya memanfaatkan media orang untuk bisa mendatangkan sosok mistis tersebut.
Setelah bertemu dengan Nenek Toeng, cerita pun mulai mengalir.
Hingga akhirnya tersusunlah skenario De Toeng dan digarap menjadi sebuah film.
Proses pembuatan film pun dilakukan 20 hari.
Dalam penggarapannya, diakui sang produser banyak sekali rintangan yang dihadapi termasuk gangguan mistis yang terjadi.
"Namun halangan tersebut tidak berarti karena semangat kru dan tim juga yang bekerja keras untuk menyelesaikan proses penggarapan film ini," tuturnya.
Sang pemeran utama Nenek Toeng, Melyasari mengungkapkan bisa bersyukur mendapat peran tersebut.
Meski harus mengalami gangguan mistis hampir disetiap harinya saat syuting.
"Jadi saya awal-awal itu ketakutan karena tiba-tiba berasa ada yang sentuh. Itu saat saya didandani jadi Nenek Toeng," jelasnya.
Berbeda dengan Melyasari, Reysa Nafiza Zildjiani pemeran anak kecil bernama Rania mengaku tak takut.
Walaupun adegan yang dilakukannya selalu bertemu dengan sosok Nenek Toeng yang menyeramkan.
"Tidak takut karena masih kecil," jawabnya polos.
Merekapun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyaksikan film kearifan lokal yang tentunya bisa mendapat banyak pelajaran dari film ini.
"Walaupun mistis namun banyak pesan-pesan yang didapatkan dari film ini," pungkas produser.