Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa Sulbar

Duo Dekan Milenial Zakir Sabara-Erwin Akib Garda Terdepan Pewaris Ajaran Ki Hajar Dewantara

Dua Dekan berada di garda terdepan lokasi Gempa Sulbar. Mereka adalah Dekan FTI UMI Dr Zakir Sabara HW dan Dekan FKIP Unismuh Erwin Akib

Editor: Muh Hasim Arfah
handover
Dekan FKIP Unismuh Makassar, Erwin Akib PhD dan Dekan FTI UMI Dr Zakir Sabara 

Pertama, keduanya menyadari pentingnya berkomunikasi dengan publik, baik melalui media mainstream (media massa) maupun media sosial.

Mungkin dari segi gagasan, banyak dosen di kampus yang jauh lebih hebat.

Dekan FTI UMI, Dr Ir Zakir Sabara H Wata ST MT IPM ASEAN Eng saat bertemu dengan Husnul Khatimah, salah satu korban gempa bumi yang tinggal di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Ahad atau Minggu (17/1/2021). 
Dekan FTI UMI, Dr Ir Zakir Sabara H Wata ST MT IPM ASEAN Eng saat bertemu dengan Husnul Khatimah, salah satu korban gempa bumi yang tinggal di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Ahad atau Minggu (17/1/2021).  (DOK FTI UMI)

Tapi Sebagian besar dosen hebat itu lebih banyak menuangkan gagasannya dalam jurnal ilmiah semata.

Berbeda dengan sebagian besar koleganya, Zakir dan Erwin memilih berinteraksi dengan publik melalui media yang popular seperti media massa dan media sosial.

Tapi pernyataan ini harus ditambahkan catatan kaki pula, kedua dekan milenial ini juga tangguh dalam menulis jurnal ataupun tampil dalam seminar ilmiah.

Kedua, dari segi fashion mereka relatif sama.

Lebih sering menggunakan jeans dan sepatu kets. Dalam fashion turun ke medan bencana pun, mereka sama-sama memilih rompi.

Secara fashion, sulit dibantah, mereka representasi kaum milenial.

Ketiga, dari segi pikiran, mereka punya karakter yang sama, yakni berpikir kritis dan radikal. Jika tak percaya, googling saja pikiran-pikiran keduanya, secara umum bernada ‘menggugat’ dan ‘menggugah’.

Bukankah sikap kritis adalah identitas kaum milenial?

Selain kesamaan dari sisi ‘milenial’ tersebut, keduanya juga memiliki kesamaan identitas sebagai ‘man of action’. Mereka bukan sekadar beride, bukan pula tipe akademisi ‘pengamat’ semata.

Mereka adalah para eksekutor gagasan.

Dalam Gerakan kemanusiaan misalnya, sebagai dekan, sebenarnya mereka cukup membuat secarik kertas surat penggalangan donasi, atau membuat pernyataan bela sungkawa di media massa dan atau media sosial.

Tapi bagi mereka, itu tidak cukup.

Mereka harus terjun langsung ke lapangan.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved