Proyek Kereta Api Sulsel
Doakan Proyek Kereta Api Sulsel Bersama Kabalai,AGH Sanusi Baco: Masyarakat Harus Dapat Ganti Untung
AGH Sanusi Baco doakan proyek kereta api Sulsel yang sementara pada proses pembangunan Jalur Kereta Api Pangkep-Maros.Dia tegaskan prihal ganti untung
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ketua Majelis Ulama Indonesia, AGH Sanusi Baco, mengingatkan penangung jawab Proyek Kereta Api Sulsel agar memberi pemahaman kepada masyarakat dengan cara santun dan baik. AGH Sanusi Baco doakan proyek kereta api Sulsel.
Kepada para penanggung jawab Proyek Kereta Api Sulsel, AGH Sanusi Baco ingatkan bahwa masyatakat Sulsel berjiwa menyumbang, jika mereka diberi pemahaman dengan baik dan benar.
Hal itu disampaikan AGH Sanusi Baco saat menerima Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, yang membawahi Proyek Kereta Api Sulsel di kediaman pribadinya, Makassar, Jumat (22/1/2021).

Kepala AGH Sanusi Baco, Kabalai Perkeretaapian Sulawesi Jumardi memohon didoakan agar pekerjaan Proyek Kereta Api Sulsel berjalan lancar dan rampung tepat waktu. Sehingga masyarakat bisa menikmatinya sebagai salah satu moda transportasi yang efektif. Kemudian AGH Sanusi Baco doakan proyek kereta api Sulsel agar berjalan sesuai harapan dan membawa manfaat.
Hadir dalam rombongan Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, Satker Ari Wibowo, PPK Lahan Maros Hasbudi, Muhammad Arief, tenaga ahli Dr Muhammad Aras, Muhammad Arifuddin SH, dan pihak swasta sekaligus tokoh masyarakat Maros Nurhasan.
“Masalah pembebasan lahan ini memang bukan perkara muda karena harus memberikan pemahaman betul-betul baik dan bagus pada masyarakat dengan memberi merek ganti untung,” jelas AGH Sanusi Baco.
Menurut Ketua Dewan Suriah Nahdlatul Ulama Sulsel itu, masyarakat harus diyakinkan bahwa lahan mereka akan diganti untung, bukan diganti rugi.
Ulama sepuh Sulsel itu mengingatkan bahwa lahan masyarakat, atau pun rumah dan bangunan masyarakat yang diserahkan untuk Proyek Kereta Api Sulsel akan diganti untung.
Kalau mereka ikhlas disertai niat yang baik, maka ganti untung yang mereka terima tidak hanya membawa keuntungan di dunia tapi mereka akan dapat ganti untung sampai akhirat.
“Masyarakat juga ahrus mengerti bahwa lahan yang di-ganti untung itu akan menjadi sedekah jariah di setiap jengkal tanah yang mereka serahkan,” ujar AGH Sanusi Baco.
Perkembangan Proyek Kereta Api Sulsel saat ini sudah memasuki pembangunan Jalur Kereta Api Pangkep-Maros.
Awal Oktober 2020, Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi yang membawahi Proyek Kereta Api Sulsel memulai pengecoran Stasiun Mandalle, di Pangkep.
Usai prosesi pengecoran perdana Stasiun Mandalle itu, Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi yang membawahi Proyek Kereta Api Sulsel menjelaskan progres pembangunan Kereta Api Sulsel fokus pada Jalur Kereta Api Pangkep-Maros.
Jalur yang akan dibebaskan dan dikerjakan pada Jalur Kereta Api Pangkep-Maros sepanjang 59,6 kilometer.
Saat memperingati Hari Perhubungan Nasional 2020 pada 17 September, Kamis 17 September 2020, Tribun Timur menggelar bincang spesial dengan Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi yang membawahi Proyek Kereta Api Sulsel tentang Proyek Kereta Api Sulsel.
Pada kesempatan ini, Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi yang membawahi Proyek Kereta Api Sulsel mengatakan jika proyek kereta api Sulsel yang dimulai sejak 2015, bakal selesai pada tahun 2022 mendatang.
Dimulai di Barru
Saat prosesi pengecoran perdana Stasiun Mandalle di Pangkep, Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi menceritakan awal hingga kereta api bisa ada di Sulsel.
Menurut Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, proyek kereta Api Sulsel dibahas di kementerian perhubungan saat dia masih berada di bagian perencanaan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Sehingga, ketika Jumardi ditunjuk membawakan seminar di mana-mana, dia selalu menghembuskan terus wacana proyek kereta api Sulsel dan di Sulawesi.
Sebelum memilih pembangunan proyek kereta api Sulsel, lanjut Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan diperhadapkan dengan dua pilihan yakni kereta api Mamminasata atau Kereta Api Makassar-Parepare.
Akhirnya, Dirjen Perkeretaapian memilih proyek Kereta Api Sulsel dengan alasan mengentaskan kemiskinan di desa.
"Dengan alasan itu kita finalkan dan akhirnya kereta api ini bisa dijalankan," ujar Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi.
Ketika, mantan Gubernur Sulawesi Utara EE Mangindaan menjadi Menteri Perhubungan, lanjut Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, proyek kereta api di Sulsel kembali hangat.
Ketika itu, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo bertemu dengan dirjen Perkeretaapian untuk menyampaikan komitmen Provinsi Sulsel.
Dalam pertemuan itu, Syahrul Yasin Limpo siap membebaskan lahan tapi pembebasan lahan diambil alih kementerian dengan alasan kemampuan anggaran.
Sehingga, Syahrul Yasin Limpo hanya menggelontorkan untuk pembebasan lahan sebesar Rp 30 miliar di Barru waktu itu.
"Setiap saya ke mana-mana, saya pernah bilang di Kalimantan Timur, tiru Pak Syahrul Yasin Limpo kalau mau membebaskan lahan kereta api karena yang susah itu memulainya," jelas Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi.
Kenapa proyek kereta api pertama kali dibangun di Barru?
"Saya jawab kalau ini ujian, kita mulai dari soal yang paling mudah, dan yang lebih mudah pembebasan lahan setelah kita belajar pembebasan lahan perluasan jalan Makassar Parepare adalah di Barru," kata Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi.
Sebelum pengecoran perdana Stasiun Mandalle di Pangkep, Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi meminta adanya penataan area di sekitar stasiun.
Sehingga, area itu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Menurut Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi, jalan menuju area stasiun harus memberikan potensi ekonomi untuk masyarakat sekitarnya.
"Sehingga, ini menjadi pekerjaan rumah dari pemerintah setempat. Kalau tak ada dana APBD, maka bisa mengajak pengembang di sini untuk membangun kawasan ekonomi atau perumahan," kata Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi.
Ketika menjadi pejabat di Balai Perkeretaapian, pengembang Metropolitan Land menghibahkan stasiun senilai Rp 52 miliar di Cibitung.
"Saya tanya kenapa mau menghibahkan stasiun sebesar itu? Katanya 'Pak di depan stasiun ini ada 500 unit rumah saya, kalau saya naikkan Rp 1 juta bulan depan maka saya sudah untung Rp 500 juta, dan saya pastikan akan naikkan terus sesuaikan harganya, bagaimana dengan tahun depan," jelas Kabalai Perkeretaapian Jawa Bagian Timur Jumardi.(*)