Tribun Makassar
Tanggapi Kritikan IDI Makassar Terkait Pelonggaran Jam Malam, Begini Pembelaan Prof Rudy Djamaluddin
Pj Walikota Makassar Prof Rudy Djamaluddin menanggapi kritikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar.
Penulis: Andi Muhammad Ikhsan WR | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Pj Walikota Makassar Prof Rudy Djamaluddin menanggapi kritikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar.
IDI mengkritik Pj Wali Kota Makassar terkait pelonggaran jam malam.
Prof Rudy Djamaluddin mengakatan, pihaknya tidak melakukan pelonggaran namun memperkecil potensi penularan Covid-19.
"Itu keliru, ini bukan masalah pelonggaran dan bukan masalah menambah atau mengurangi jam operasional. Tapi bagaimana potensi-potensi penularan itu kita perkecil,"ujarnya, Jumat (15/1/2021).
Menurutnya, pengubahan pembatasan jam malam dari pukul 19.00 Wita menjadi pukul 22.00 Wita, sudah melalui kajian tersendiri.
"Misalnya waktu pembatasan hanya sampai pukul 19.00 Wita, masyarakat biasanya kan masih beraktivitas namun karena ada pembatasan, maka mereka kembali ke rumahnya kan," jelasnya
"Apakah ada orang tidur pukul 19.00 Wita? tidak ada. Artinya apa, masyarakat itu kembali ke rumah, dan belum tidur, tetap beraktivitas," ujarnya.
Sehingga memunculkan potensi baru, karena ruang berkumpul mereka menjadi lebih sempit.
Sehingga menurut epidemolog, pembatasan tersebut hanya memperlambat penularan bukan mengurangi penularan Covid-19.
"Ternyata lebih bagus masyarakat di luar sedikit, nanti pulang baru langsung tidur. Makanya kita tambah sampai pukul 22.00 Wita dengan harapan nanti kalau pulang dia sudah tidur," katanya.
Lanjut Rudy, ada hal-hal positif dari perubahan jam malam tersebut. Masyarakat juga bisa lebih terpantau.
"Kenapa bisa kita lebih menekan potensi, kalau di Pantai Losari ada Satpol PP yang lihat kan, dia masuk ke mal-mal ada yang lihat dibanding di rumahnya," tutupnya.
Sotoran IDI
Sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, menyoroti kebijakan Penjabat (Pj) Wali Kota Makassar, Prof Rudy Djamaluddin, yang memberikan kelonggaran aktivitas masyarakat di tengah terus meningkatnya angka positif Covid-19.
Sebagaimana diketakui, Prof Rudy, mengeluarkan surat edaran yang membolehkan aktivitas usaha beroperasi sampai pukul 22.00 Wita, dari sebelumnya hanya hingga pukul 19.00 Wita. Aturan ini berlaku mulai Selasa, 12 Januari hingga 26 Januari 2021.
Dewan Pertimbangan IDI Kota Makassar, Prof Dr dr Idrus Andi Paturusi SpBO, Selasa (12/1/2021), sangat menyesalkan keputusan Pj Wali Kota Makassar ini.
Apalagi, saat ini kondisi Covid-19 di Sulsel, khususnya Kota Makassar sangat memprihatinkan.
"Apa yang diambil Pj Wali Kota Makassar sangat kontra dengan kondisi di lapangan. Di tengah peningkatan pasien positif Covid-19 justru memberikan kelonggaran beraktivitas," ujarnya, Selasa (12/1/2021).
Mantan Rektor Unhas Makassar ini, menjelaskan, sejak awal tahun 2021 ini, terus terjadi peningkatan positif Covid-19 dengan Makassar sebagai episentrumnya.
Hal ini harusnya menjadi perhatian Pemerinta Kota (Pemkot) Makassar.
Data tertular virus Covid-19 di Sulsel, yaitu 1 Januari 2021 sebanyak 550 kasus, 2 Januari 2021 berjumlah 590 kasus, 3 Januari 2021 dengan 595 kasus, 4 Januari 2021 510 kasus, 5 Januari 2021 639 kasus, 6 Januari 2021 463 kasus, 7 Januari 2021 366, 8 Januari 2021 588, 9 Januari 2021 580, 10 Januari 2021 585, dan 11 Januari 2021 sebanyak 616.
"Kita melihat data, baik peningkatan kasus baru maupun kematian dan penggunaan RS (Rumah Sakit), maka agak membingungkan isi surat edaran wali kota di atas. Kemarin 1 lagi dokter wafat," jelasnya
Lanjutnya, minggu lalu 3 Professor di Makassar wafat. RS dan hotel isolasi mandiri penuh, IDI sudah mengingatkan, tapi hasilnya seperti ini.
"Yang ditakutkan kalau dokter bersama nakes sudah berjatuhan maka pelayanan bisa lumpuh,Kebijakan Pj Wali Kota Makassar ini, juga sangat bertentangan dengan imbauan IDI untuk senantiasa tidak menganggap remeh pandemi Covid-19," terangnya.
Sementara, Ketua IDI Kota Makassar DR dr Siswanto Wahab SpKK didampingi Humas IDI Kota Makassar dr Wachyudi Muchsin SH mengatakan, dengan makin banyaknya, dokter yang gugur, justru harusnya makin menyadarkan masyarakat agar jangan menganggap remeh pandemi Covid-19.
Saat ini tingkat penyebarannya lebih massif akibat Klaster Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) dan Klaster Liburan akhir tahun dari awal penyebaran virus corona.
Apalagi, dengan makin banyaknya dokter yang gugur menjadi pahlawan kemanusiaan Covid-19, dan sudah ada 11 dokter terbaik anggota IDI Kota Makassar meninggal dunia.
"Untuk itu, IDI Kota Makassar mengimbau agar tetap waspada serta disiplin protokol kesehatan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak)," tuturnya.
Sebab katanya, Makassar masuk zona merah, sehingga kebijakan pelonggaran aktivitas bisnis, perkantoran, sosial, dan pendidikan perlu diketatkan kembali.
"Dengan mematuhi 3 M itu, upaya yang paling efektif dan efisien bisa kita lakukan dalam menekan laju Covid-19," terangnya.
Apalagi saat ini, tingkat penularan Covid-19 kembali melonjak dan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan juga semakin banyak.
Belum lagi adanya varian baru virus corona atau SARS-CoV-2 yang ditemukan di Inggris lebih menular.
dr Siswanto mengatakan, penularan varian baru virus corona B117 ini, bisa mencapai 70 kali lebih berbahaya penularannya .
”Okupansi ruang isolasi di Makassar sudah di atas 85 persen dan ICU (unit perawatan intensif) di atas 80 persen. Daerah-daerah lain juga sama saja, pasien terus bertambah 'penularannya tinggi',” sebutnya.
Dokter Anto menjelaskan, tingginya penularan Covid-19 di Indonesia juga bisa dilihat dari data awal tahun kembali pecahkan rekor positivity rate capai 36,6 persen.
Data harian positif rate Indonesia ini sudah lima kali jauh lebih tinggi dari ambang maksimal yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen.
Kasus aktif di Indonesia juga terus meningkat secara signifikan dampak dari klaster Pilkada dan klaster liburan Tahun baru .
IDI Kota Makassar sudah mengingatkan bahayanya, terbukti saat ini kenaikan melonjak tajam dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
"Sejak memasuki 2021, Sulsel hari demi hari terus cetak rekor diantara rekor yang tertular virus Covid-19. Sejak awal tahun hingga saat ini jika dirata-ratakan 500-an kasus yang terpapar Covid-19 setiap hari di Sulsel, dan Makassar sebagai pusat episentrumnya," tutupnya.
Laporan tribuntimur.com, M Ikhsan