Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Jokowi - Prabowo Harus Waspada! Drone/Seaglider di Selayar Ancam Kedaulatan Indonesia, Kata Khairul

Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto harus waspada! Drone atau seaglider di Selayar ancam kedaulatan Indonesia, kata Khairul Fahmi.

Editor: Edi Sumardi
ANTARA/M IRSYAL HIDAYAT
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menunjukan temuan seaglider yang sempat dicurigai drone laut, di Jakarta, Senin (4/1/2021). Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto harus waspada! Drone atau seaglider di Selayar ancam kedaulatan Indonesia, kata Khairul Fahmi. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto harus waspada! Drone atau seaglider di Selayar ancam kedaulatan Indonesia, kata Khairul Fahmi.

Polemik mengenai temuan benda yang diduga drone China di Kepulauan Selayar Selatan, Sulawesi Selatan akhirnya menemui titik terang.

Kepala Staf Angkatan Laut ( KSAL ) Laksaman TNI Yudo Margono memastikan, benda tersebut bukanlah drone laut, melainkan seaglider.

 "Saya akan sampaikan tentang alat atau seaglider yang kemarin ditemukan oleh nelayan Desa Najapahit, Selayar, yang mana dari temuan tersebut saya bawa ke Hidrosal, karena di sini adalah lembaga yang berkompeten untuk meneliti adanya peralatan tersebut," ujar Yudo dalam konferensi pers dikutip dari Kompas TV, Senin (4/1/2021).

Negara pembuat

Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Yudo, tidak ada ciri-ciri tulisan yang menjadi penanda negara pembuat seaglider tersebut. 

Menanggapi hal itu, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi mengatakan, penggunaan seaglider itu mungkin sudah direncanakan.

"Sulit untuk tidak mengatakan bahwa penggunaan seaglider itu bukan sesuatu yang disengaja, bahkan direncanakan," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2021).

Hal itu bukannya tanpa alasan, sebab lokasi penemuan alat tersebut yang berada di kawasan perairan teritorial Indonesia.

Indonesia sendiri sejauh ini juga belum mengeluarkan klaim atas kepemilikan perangkat itu.

Ancam kedaulatan

Menurut Fahmi, temuan itu merugikan kepentingan nasional dan berpotensi mengancam kedaulatan Indonesia.

"Siapapun pemiliknya, menurut saya perangkat tersebut telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang buruk, berpotensi merugikan kepentingan nasional dan mengancam kedaulatan kita," jelas dia mengatakan.

Ia menambahkan, seaglider memiliki banyak fungsi terkait intelijen dan pengamanan, terutama untuk operasi-operasi serta pergerakan bawah air.

Selain itu, perangkat itu juga memungkinkan untuk mengetahui data dan informasi strategis menyangkut kedalaman dan lapisan laut yang tentu sangat berguna bagi pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan.

Karenanya, pengungkapan pemiliki dan pengguna perangkat itu harus menjadi prioritas utama.

"Jika negara atau pihak penggunanya sudah diketahui, langkah yang harus ditempuh pemerintah pastinya adalah menggunakan saluran diplomatik untuk menyampaikan protes dan peringatan keras. Termasuk mengkaji kemungkinan adanya langkah hukum terhadap pihak-pihak yang terlibat," ujarnya.

Perangkat deteksi

Selanjutnya, pemerintah dan DPR juga harus segera mendiskusikan langkah yang mesti diambil untuk meningkatkan kemampuan menutup celah rawan ini, dari aspek regulasi hingga kebutuhan perangkat deteksi dan penangkalannya.

Sebab, Fahmi menyebut keamanan laut Indonesia masih menyisakan banyak celah rawan, baik di perbatasan maupun di perairan teritorial.

Hal ini bukan hanya karena persoalan keterbatasan alutsista, tetapi juga karena praktik-praktik buruk dalam pengelolaan keamanan laut belum sepenuhnya hilang.

"Termasuk ego sektoral dan masih belum tuntasnya persoalan tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan keamanan laut," tutupnya.

KSAL: seaglider bukan untuk mata-mata

Yudo mengatakan, seaglider pada dasarnya bukan untuk kegiatan spionase atau mata-mata, tetapi untuk agenda penelitian di bawah laut.

"Jadi alat ini lebih kepada riset namun tentunya bagaimana yang menerima data tersebut menggunakannya untuk apa? Jadi alat ini lebih kepada untuk riset bawah laut karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal, jadi bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," ujar Yudo.

Selain itu, seaglider juga berfungsi untuk mengambil data dan validitas arus.

Ia juga memastikan bahwa alat tersebut tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun kapal pada umumnya.

Sebab, seaglider yang ditemukan tidak bisa menangkap sonar sebagaimana yang dimiliki TNI AL.

"Jadi ini hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. jadi tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal kita yang atas air dan kapal-kapal yang melintas, tidak bisa," kata dia.

Akan tetapi, kata Yudo, data-data yang terekam seaglider ini juga bisa digunakan untuk kepentingan industri maupun militer.

Untuk industri, seaglider dapat digunakan untuk keperluan pengeboran hingga kedalaman air laut.

Sementara, dalam ranah militer, benda ini juga bisa digunakan untuk membuat jalur melalui data yang ditangkapnya.

"Kalau militer saya bisa sampaikan, bahwasanya bisa juga digunakan datanya tersebut untuk men-track kapal selam, kemudian dia bisa melihat kepekatan air laut tersebut, bisa berfungsi atau gimana, kapal tersebut tidak terdeteksi oleh sonar kapal atas air," imbuh Yudo.

Adapun seaglider yang ditemukan seorang nelayan itu terbuat dari bahan alumunium.

Benda ini memiliki kerangka dua sayap dengan diameter masing-masing berukuran 50 sentimeter.

Sementara, panjang bodi sendiri berukuran 225 sentimeter dan mempunyai antena sepanjang 93 senitemer.

Selain itu, di bagian tubuh seaglider ini juga ditemukan instrumen mirip kamera. Di media sosial, seaglider ini menjadi bahan perbincangan karena sempat dicurigai sebagai drone laut.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved