Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hasil Pilkada 2020

Rahasia Sukses Pemenang Pilkada Berlatar Belakang Muhammadiyah

Rekapitulasi Hasil Pilkada 2020 hampir selesai. Di Sulselbar, rahasia kader Muhammadiya Chaidir Syam, Syaiful Arief dan Yaumil Ambo Djiwa terungkap.

Editor: Muh Hasim Arfah
handover
Kader Muhammadiyah Chaidir Syam, Syaiful Arif, dan Yaumil Ambo Djiwa 

TRIBUN-TIMUR.COM - Rekapitulasi Hasil Pilkada 2020 menunjukkan ada tiga kader Muhammadiyah lolos menjadi bupati dan wakil bupati. 

Berikut ulasan rahasia kader Muhammadiyah menang Pilkada 2020: 

Hasil Quickcount Pilkada 9 Desember 2020 kemarin menunjukkan beberapa kader dan anggota Muhammadiyah berhasil duduk sebagai pemenang.

Sebut saja antara lain Chaidir Syam (Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah) pemenang Pilkada Maros 2020, Syaiful Arif (Mantan Ketua Muhammadiyah) di Pilkada Selayar 2020, dan hasil Pilkada Pasangkayu 2020 memenangkan Yaumil Ambo Djiwa (Alumni Unismuh Palu).

Saya ingin membaca fenomena ini dengan pendekatan Sosiolog asal Perancis, Pierre Bourdiu.

Bourdieu membuat rumusan yang menentukan keberhasilan seseorang dalam praktik sosial. Rumusnya begini: (Habitus x Modal) + Arena = Praktik.

‘Habitus’ adalah kebiasaan yang telah terinternalisasi pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

Habitus yang djalankan secara terus menerus dalam tempo yang cukup lama akan menghasilkan ‘modal’.

Orang yang memiliki habitus pergaulan luas akan memiliki ‘modal sosial’.

Orang yang memiliki habitus berdagang/berbisnis akan menghasilkan ‘modal ekonomi’.

Sedangkan orang yang memiliki habitus membaca/belajar akan menghasilkan modal pengetahuan/budaya.

Kepemilikan ‘modal’ inilah yang akan menjadi pembeda, dan menentukan kedudukan seseorang dalam struktur sosial.

Selanjutnya orang yang bisa memaksimalkan ‘modal’ yang dimilikinya dalam ‘arena’ yang tepat, itulah orang yang akan menuai keberhasilan dalam praktik sosial.

Misalnya orang yang memiliki ‘modal sosial’ yang bermain di arena politik, atau orang yang memiliki modal pengetahuan/budaya bermain di arena akademik.

Khusus di arena politik, nyaris semua ‘modal’ bisa bermanfaat dalam memenangkan kontestasi.

Kepala Daerah yang memenangkan Pilkada misalnya, pada umumnya memiliki modal sosial, modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik.

Nah, dalam konteks inilah politisi yang berlatar belakang Muhammadiyah sebenarnya memiliki habitus dan modal yang sangat menentukan kemenangan Pilkada.

Dalam pengamatan saya, baik sebagai peneliti Muhammadiyah maupun sebagai aktivis Muhammadiyah selama 20 tahun terakhir, kader-kader Muhammadiyah biasanya memiliki modal sosial, modal pengetahuan dan modal simbolik.

Modal sosial terbentuk karena radius pergaulan yang luas. Kader Muhammadiyah memiliki penguasaan geografis, baik di perkotaan, hingga pelosok desa.

Bergaul dengan elit hingga rakyat jelata.

Modal pengetahuan terbentuk, karena Muhammadiyah memiliki episteme sosial yang meletakkan rasionalitas, dan memposisikan ilmu pengetahuan sebagai kompas kehidupan, termasuk dalam beragama.

Orang yang lahir dan bergaul dalam komunitas Muhammadiyah secara tidak langsung juga akan memiliki modal simbolik, berupa siddiq (memiliki integritas), tabligh (penyambung lidah rakyat), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas/pengambil kebijakan berbasis riset).

Selamat kepada para kader/anggota Muhammadiyah pemenang Pilkada 2020.

Saatnya menegakkan ‘Indonesia Berkemajuan’ sebagaimana cita-cita the founding fathers Republik.(*)

Hadi Saputra
Hadi Saputra (dok.tribun)

* Oleh: Hadisaputra (Dosen Sosiologi Politik Universitas Muhammadiyah Makassar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved