Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mahasiswa Tuntut Pencopotannya, Dirut RSUD Sulbar: 'Ih, Pore-porena, Saya Sudah Setengah Mati

Menurut dr Indah, pihak rumah sakit tidak boleh sembarang mengeluarkan hasil pemeriksaan lab apalagi pasien Covid

Penulis: Nurhadi | Editor: Imam Wahyudi
zoom-inlihat foto Mahasiswa Tuntut Pencopotannya, Dirut RSUD Sulbar: 'Ih, Pore-porena, Saya Sudah Setengah Mati
TRIBUN TIMUR/NURHADI
Direktur RSU Regional Sulbar dr Indah Nursyamsi.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Direktur RSU Regional Sulbar, dr Indah Nursyamsi, menanggapi tuntutan mahasiswa yang mendesak Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, untuk mencopot dirinya dari jabatan direktur rumah sakit tersebut.

Tuntutan tersebut disampaikan mahasiswa saat berunjuk rasa di Kantor Gubernur Sulbar, Jl Abd Malik Pattana Endeng, Mamuju,  menyoroti soal transparasi Satgas Covid-19 dan RSU Regional dalam penanganan pasien.

Melalui sambungan telepon, Rabu (25/11/2020) dr Indah mengatakan, pihaknya selama ini sudah sangat trasnparan dalam pengananan pasien di RSU Regional.

"Siapa bilang tidak transparan, itu pasien kalau sudah dimasukkan di ruangan isolasi, artinya dokter berpikir itu Covid-19, dan itu berat karena pasiennya memang diagnosa Pneumonia, hanya saja ini keluar pasien tidak terima,"kata dr Indah kepada Tribun-Timur.com.

"Kemudian itu pasien dibawa lari keluarganya pada saat sudah meninggal, sementara hasilnya sudah positif Covid, bagaimana ceritanya mereka bisa anggap kita tidak transparan," sambung mantan Plt Kadis Kesehatan Pemprov Sulbar itu.

Menurut dr Indah, pihak rumah sakit tidak boleh sembarang mengeluarkan hasil pemeriksaan lab apalagi pasien Covid harus serba ekstra hati-hati, harus melalui rekomendasi dokter spesialis. Tidak boleh melalui perawat karena tidak akan diberikan.

"Jadi harus minta sama dokter yang tangani. Nah mungkin keluarganya ini mintanya bukan sama dr Dewi, sementara dr Dewi tidak mengaku pernah dimintai," kata dia.

Karena itu, dr Indah meminta jangan karena kesalahan keluarga pasien, kemudian dilimpahkan ke rumah sakit, apalagi sampai menuntut untuk copot direktur.

"Nda boleh, kita sudah sesuai SOP. Jangan karena hanya kepentingan satu orang mau merusak rumah sakit, kita ini sudah melayani begitu banyak orang, masyarakat, nah keluarga pasien ini hanya karena marah akhirnya kejadiannya begini,"pungkasnya.

Dia mengungkapkan, awal masuk di rumah sakit, pasien sudah gejala Covid-19 namun tidak masuk jika dimasukkan di ruangan isolasi akhirnya pulang.

"Nah mereka bawa kembali datang pasien dengan kondisi sudah sangat sesak nafas dan akhirnya meninggal malam itu,"tuturnya.

Ditanya mengapa hasil swab pasien terlalu cepat diketahui yang menjadi pemicu keluarga pasien tidak percara, kata dokter Indah,  RSU Regional memang memilik alat pemeriksaan cepat atau Tes Cepat Molekuler (TCM).

"Kitakan punya alat toh. Ada TCM di rumah sakit dan kebetulan waktu itu ada Catridge makanya langsung bisa diperiksa,  jangankan tiga jam, hitungan satu jam saja hasil swab pasien sudah bisa kita ketahui. Nah beda kalau dibawa ke BBLK Makassar memang membutuhkan waktu sekitar empat hari. Jadi kita tidak mengada-ada, omong kosong itu kalau ada yang tuduh kita mengada-ada, justru keluarga pasien lakukan jemput paksa karena tolak dimakamkan secara protokol Covid-19,"jelasnya.

dr Indah menegaskan, ia berani mengatakan rumah sakit tidak ada salahnya sedikit pun dalam penanganan pasien inisial N warga Kalukku, Mamuju, yang meninggal beberapa waktu lalu.

"Baru mereka mau dicopotka. Ih pore-porena. Gampangnya itu bicara, nah saya ini di rumah sakit sudah setengah mati layani masyarakat, merubah status rumah sakit dari bintang satu menjadi bintang empat,"tuturnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved