Biodata Irjen Napoleon Bonaparte, Mantan Petinggi Polri yang Ditahan Bersama Orang yang Ditangkapnya
Biodata Irjen Napoleon Bonaparte, Mantan Petinggi Polri yang Ditahan Bersama Orang yang Ditangkapnya
TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Napoleon Bonaparte merasa dikorbankan dalam kasus yang menjeratnya saat ini.
Irjen Napoleon menduga ada kemungkinan kasus yang menjeratnya berhubungan dengan Bursa Calon Kapolri yang akan menggantikan Jenderal Idham Azis.
Napoleon merupakan terdakwa dalam kasus dugaan korupsi terkait penghapusan red notice atas nama Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.
Ia didakwa menerima uang dari Djoko Tjandra sebesar 200.000 dollar Singapura dan 270.000 dollar Amerika Serikat atau Rp 6,1 miliar.
Baca juga: Jenderal Bintang 2 Asal Toraja Ferdy Sambo, Sederet Prestasinya, Kasus Kejagung hingga Djoko Tjandra

Dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis KompasTV Aiman Witjaksono, Napoleon awalnya menilai tuduhan tersebut adalah sebuah rekayasa dan menyebut adanya keganjilan.
“Itu tuduhan rekayasa yang dibuat oleh Tommy Sumardi (terdakwa lain dalam kasus ini). Tugas dialah yang harus membuktikan apa itu benar. Mari kita lihat di pengadilan, apa buktinya,” ujar Napoleon.
“Kita nanti bisa lihat keganjilan-keganjilan yang dia buat, termasuk fakta-fakta yang akan terungkap,” sambung dia.
Soal keganjilan tersebut, Napoleon mengaku tidak mengenal Tommy Sumardi secara pribadi.
Ia pun mempertanyakan siapa orang yang mau mengorbankan diri sendiri untuk masuk penjara demi menjatuhkan dirinya.
Napoleon pun menduga ada dalang di balik hal-hal yang menimpanya, serta kepentingan yang lebih besar.
Ia merasa dikorbankan.
Ketika ditanya keterkaitan kasus yang menimpanya dengan bursa calon Kapolri, Napoleon awalnya enggan menjawab.
Napoleon baru menjawab ketika ditanya kembali oleh Aiman.
“Adakah peluang ke arah sana (terkait bursa calon Kapolri yang baru)?” tanya Aiman.
“Mungkin saja,” jawab Napoleon.
Bahkan, ia menduga ada hal yang lebih besar lagi, yakni upaya menutupi suatu perbuatan pidana.
Napoleon mengungkapkan, tak menutup kemungkinan ada andil pejabat Polri lain atas hal-hal yang menimpanya di kasus tersebut.
Kendati demikian, ia menyerahkan prosesnya dalam persidangan yang sedang berjalan.
“Nanti pengadilan yang akan menjawabnya. Saya ditempatkan di sini, bersama dengan penjahat narkoba, koruptor, bahkan bersama dengan orang yang saya tangkap bulan Juni lalu di Serbia, Maria Pauline Lumowa,” ujarnya.
“Jeruji di sini tidak akan memakan badan dan mental saya,” ucap Napoleon.
Rekam jejak sang jenderal
Meski berstatus jenderal bintang dua, tak banyak yang diketahui kinerja dari Irjen Pol Napoleon Bonaparte.
Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan tidak ada yang mencolok yang ditorehkan dalam karir Napoleon selama meniti karir di polri.
"Saya kira prestasinya datar datar saja. Tidak ada yang istimewa," kata Neta kepada Tribunnews.com, Minggu, beberapa waktu lalu.
Irjen Napoleon sendiri merupakan personel polri yang terbilang sudah cukup senior di korps Bhayangkara.
Dia merupakan perwira tinggi polri kelahiran 26 November 1965.
Irjen Napoleon juga merupakan alumni Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1988.
Karirnya mulai moncer usai menjabat pertama kali sebagai Kapolres Ogan Komering Ulu Polda Sumatera Selatan pada 2006 silam.
Dua tahun setelahnya, karirnya melejit hingga menjabat sebagai wakil direktur Reskrim Polda Sumatera Selatan pada 2008.
Hanya setahun berselang, ia langsung didapuk sebagai direktur Reskrim Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2009.
Pada 2011, barulah Irjen Napoleon dipanggil untuk mulai berkarir di Mabes Polri.
Ia memulai menjabat sebagai Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri.
Setahun setelahnya ia menjabat Kabagbinlat Korwas PPNS Bareskrim Polri pada 2012 dan menjabat sebagai Kabag Bindik Dit Akademik Akpol pada 2015.
Irjen Napoleon memulai karir sebagai bagian dari interpol pada 2016.
Pertama kali ia menjabat sebagai Kabagkonvinter Set NCB Interpol Indonesia Divhubinter Polri hingga menjadi ses NCB Interpol Indonesia Divhubinter Polri pada 2017.
Tiga tahun setelahnya, ia kemudian menjabat sebagai Kadiv Hubinter Polri menggantikan Irjen Pol (Purn) Saiful Maltha pada 3 Februari 2020.
Namun baru lima bulan menjabat, dia dimutasi karena diduga lalai mengawasi bawahannya hingga terbitnya penghapusan red notice Djoko Tjandra.
Dia kini menjabat sebagai Analis Kebijakan Utama Itwasum Polri terhitung sejak 17 Juli 2020.
Biodata
Dilansiir dari wikipedia, Irjen. Pol. Drs. Napoleon Bonaparte lahir 26 November 1965 (umur 54 tahun).
Seorang perwira tinggi Polri yang sejak 17 Juli 2020 mengemban amanat sebagai Analis Kebijakan Utama Itwasum Polri.
Napoleon Bonaparte, lulusan Akpol 1988 ini berpengalaman dalam bidang reserse. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri.
Riwayat Jabatan:
Kapolres Ogan Komering Ulu Polda Sumsel (2006)
Wadir Reskrim Polda Sumsel[1] (2008)
Dir Reskrim Polda DIY[2] (2009)
Kasubdit III Dittipidum Bareskrim Polri[2] (2011)
Kabagbinlat Korwas PPNS Bareskrim Polri (2012)
Kabag Bindik Dit Akademik Akpol (2015)
Kabagkonvinter Set NCB Interpol Indonesia Divhubinter Polri (2016)
Ses NCB Interpol Indonesia Divhubinter Polri (2017)
Kadiv Hubinter Polri (2020)
Analis Kebijakan Utama Itwasum Polri (2020)
(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Irjen Napoleon Menduga Ada Dalang Besar di Balik Kasus yang Menjeratnya,