Tribun Mamasa
Kumuh dan Tak Terurus, Situs To' Pao Mamasa Dikeluhkan
To' Pao atau Pohon mangga ini disebut sebagai situs sejarah terbentuknya kehadatan Mamasa, khususnya wilayah yang dikenal dengan sebutan Limbong
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Sudirman
TRIBUNMAMASA.COM, MAMASA - Sebuah pohon mangga raksasa yang diperkirakan berumur ratusan tahun, masih berdiri kokoh di tengah Kota Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
To' Pao atau Pohon mangga ini disebut sebagai situs sejarah terbentuknya kehadatan Mamasa, khususnya wilayah yang dikenal dengan sebutan Limbong Kalua'.
Konon pohon mangga ini ditanam pada abad ke-18 ketika sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh adat menggelar musyawarah adat pertama di Mamasa, saat wilayah itu baru pertama kali dihuni warga.
Di tempat inilah lahir sejumlah kesepakatan pemuka adat yang hingga kini masih dipegang teguh para turunannya.
Untuk menandai musyawarah pertama itu, para tokoh masyarakat dan pemuka adat Mamasa tidak hanya mendirikan monumen, tetapi juga menanam sebuah pohon mangga.
Dari history itu, To' Pao kini dijadikan sebuah situs sejarah Kabupaten Mamasa.
Sayangnya, situs ini nyaris terabaikan lantaran terlihat kumuh dan tak terurus. Di depan pintu masuk berjejer kandang ayam milik pedagang ayam hingga terlihat kumuh.
Hal itupun dikeluhkan oleh Komunitas Peduli Pariwisata Mamasa Jelajah Kondo Sapata' (JKS), Reski Marsan.
Reski mengatakan, To' Pao merupakan bukti sejarah, khususnya wilayah kehadatan Limbong Kalua. Tetapi kondisi To' Pao kini sangat memprihatinkan.
Sementara kata dia, jika dikelolah dengan baik, To' Pao bisa menjadi tujuan wisata budaya.
"Tapi bagaimana mau jadi tujuan wisata kalau di depannya itu sudah tidak elok dipandang, belum lagi pintunya selalu terkunci," ungkap Reski, Jumat (13/11/2020) siang tadi.
Sementara lanjut Reski, situs sejarah itu telah dibangun dengan anggaran yang tidak sedikit.
Agar tidak mubazir, Reski menyarankan agar situs sejarah itu dikelola dengan baik, dengan menempatkan staf dinas pariwisata sebagai pengelolaan.
Apa lagi di To' Pao menurut dia, telah dibangun beberapa gazebo dan sangat cocok menjadi tempat santai, sembari berbagi edukasi sejarah Mamasa.
"Harusnya dikelola dengan baik, kalau perlu di sana ditempatkan staf dinas pariwisata sebagai pemandu yang paham sejarah To' Pao," kata Reski menyarankan.