Apel Siaga Bencana
Pimpin Apel Konsolidasi Siaga Bencana, Begini Kata Gubernur Sulbar
Pimpin Apel Konsolidasi Siaga Bencana, Begini Kata Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar
Penulis: Nurhadi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAMUJU - Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar memimpin apel konsolidasi gabungan TNI-Polri, Basarnas dan Pemda dalam rangka antisipasi cuaca ekstrime La Nina yang berpotensi terjadi di wilayah Sulawesi Barat, Kamis (12/11/2020).
Perkiraan BMKG, perubahan cuaca ekstrime tersebut akan terjadi pada akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021.
Ali Baal Masdar mengatakan pelaksanaan apel konsolidasi merupakan bentuk kesiapan mengantisipasi kondisi perubahan cuaca ekstrem akibat La Nina di tengah pandemi Covid-19.
Serta tahapan Pilkada serentak 2020 yang dilaksanakan di empat kabupaten di Sulbar, yaitu Mamuju, Majene, Pasangkayu, dan Mamuju Tengah.
Ali Baal menegaskan, diperlukan kesiapan seluruh elemen pemerintahan dan instansi terkait, untuk melakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Yakni dengan menyiapkan sumber daya, sarana dan prasarana sebagai langkah antisipasi untuk memastikan ketersediaan peralatan, bahan pangan dan kebutuhan lainnya selama tanggap bencana di tengah pandemi Covid-19.
"Kita berharap bencana tidak terjadi, namun sangat penting kewaspadaan dan upaya antisipasi dini. Karena itulah mari kita selalu berikhtiar melalui kerja keras, sambil memohon kepada Tuhan agar memberi petunjuk terbaik dan perlindungan dari bencana serta pandemi Covid-19 segera berlalu," jelasnya.
Dikatakan, perubahan cuaca ekstrem La Nina penting menjadi perhatian di tengah pandemi Covid-19, dengan menanamkan kedisiplinan melaksanakan protokol kesehatan, yaitu pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak demi memutus rantai penularan Virus Corona.
"Masih terjadinya penambahan kasus baru positif Covid-19, adalah tantangan yang harus dijawab dengan kerja keras," tuturnya.
Melalui kesempatan itu, Ali Baal juga mengingatkan beberapa hal, pertama apel konsolidasi tersebut jangan sekedar formalitas atau seremoni belaka.
Kedua masyarakat perlu selalu waspada menghadapi musim hujan yang diperkirakan hingga 2021.
Ketiga, perlu menyusun kebijakan mitigasi bencana dari fenomena meteorologi.
Keempat, OPD teknis yang menangani urusan bencana supaya berkoordinasi dengan pihak terkait dalam rangka menyiapkan jalur evakuasi yang layak dan bersih untuk mengurangi resiko penularan Covid-19 dan penyakit lainnya.
Kelima, lakukan optimalisasi sungai, kanal, saluran air, dan penampungan air seperti waduk dan embung.
Menurut BMKG Pusat, dampak yang dapat ditimbulkan La Nina berupa angin kencang, banjir, tanah longsor, pohon tumbang, luapan air akibat curah hujan yang tinggi.
"Sangat mungkin juga muncul penyakit seperti diare, demam, typus, hepatitis A, atau penyakit yang disebabkan kontak dengan urine hewan, dan dapat pula menyebabkan menurunnya tangkapan ikan nelayan karena berkurangnya makanan ikan akibat klorofil di laut makin berkurang," jelasnya.(*)