Penanganan Covid
Ahli Wabah UI: Stop Rapid Test Antibodi! Gunakan Tes Antigen untuk Deteksi Dini Infeksi Covid-19
Penggunaan rapid test yang masih dijadikan acuan untuk memeriksa antibodi pun dinilai kurang akurat untuk melihat adanya Virus Corona dalam tubuh.
TRIBUN-TIMUR.COM- Salah satu kendala penanganan Covid-19 di Indonesia adalah lambatnya proses testing untuk mendeteksi penularan Covid-19.
Testing adalah salah satu upaya untuk mengendalikan pandemi Covid-19, sehingga bisa menekan jumlah kasus baru Covid-19 setiap harinya.
Penggunaan rapid test yang masih dijadikan acuan untuk memeriksa antibodi pun dinilai kurang akurat untuk melihat adanya Virus Corona yang ada dalam tubuh.
Hal tersebut diungkapkan ahli wabah dari Universitas Indonesia, Pandu Riono dalam acara peluncuran Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom, Rabu (28/10/2020).
Pandu menjelaskan, kurva penyebaran Covid-19 yang masih terlihat fluktuatif karena persoalan testing.
"Kapasitas testing kita terbatas. Nah, testing yang terlambat sangat merugikan dalam mengatasi pandemi,"katanya.
Menurutnya, jumlah testing per 1 juta penduduk Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya 103 tes per 1 juta penduduk. Angka penularan Covid-19 di Indonesia juga masih tinggi.
Oleh karena itu, seharusnya mencari orang yang 'membawa' virus harus menjadi fokus saat ini.
Satu-satunya cara untuk mendeteksi mereka hanyalah dengan testing. Pasalnya, sebagian besar tidak menunjukkan gejala.
Pandu menilai, dalam proses pemeriksaan tersebut terdapat banyak jeda yang menjadi peluang penyebaran Virus Corona lebih banyak.
Mulai dari proses pengambilan swab, pemeriksaan di laboratorium, hingga pembuatan laporan hasil swab pasien.
"Kalau saya tegas dari awal, hentikan tes antibodi. Apa penggantinya? sekarang sudah ada antigen, sama cepatnya dan bisa mendeteksi orang-orang yang membawa virus,"katanya.
Diketahui WHO pun telah menyetujui tes antigen untuk mendeteksi adanya infeksi virus.
Tes antigen dinilai lebih akurat ketika orang tersebut berada pada tahap awal infeksi Covid-19
Tes ini direkomendasikan untuk melakukan mengidentifikasi orang yang diduga terinfeksi Covid-19 secara cepat untuk mencegah penularan.
Tes antigen adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus tertentu, yang menunjukkan adanya infeksi virus.
"Kalau cuma tes cepat antibodi itu terlambat, karena yang dites bukan orang yang membawa virus tapi orang yang mempunyai antibodi. Nah, seringkali orang yang terlambat pembentukan antobodinya setelah terinfeksi, maka hasilnya seringkali nonreaktif padahal dia membawa virus,"jelasnya.
Alat Tes Antigen Buatan Unpad
Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika (PRBMB) Universitas Padjajaran pun telah berhasil mengembangkan alat tes antigen yang diberi nama CePAD yang bekerja sama dengan sejumlah mitra.
Sekretaris PRBMB Unpad, Muhammad Yusuf menjelaskan, bentuk alatnya hampir sama dengan rapid test antibodi.
"Cara pemakaiannya hampir sama dengan PCR, yaitu mengambil sampelnya dengan cara swab di nasofaring yang akan dicampurkan ke dalam cairan yang akan diteteskan ke alatnya. Dalam waktu 20 menit, hasilnya bisa dilihat,"katanya.
Menurutnya, akurasi tes antigen yang dikembangkan Unpad sudah lebih 90 persen. Sehingga dinilai lebih efektif dibandingkan rapid test antibodi.
Yusuf mengatakan, saat ini pihaknya sedang menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Gerakan Sejuta Antigen untuk Indonesia
Gerakan Indonesia Kita (GITA) pun meluncurkan Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia sebagai jalan untuk mengendalikan pandemi.
Gerakan ini diprakarsai sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang profesi yang prihatin dengan kondisi wabah saat ini.
"Tujuan utama gerakan ini untuk menggalang partisipasi masyarakat untk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan melakukan testing Covid-19 dengan akurat dan cepat,"kata salah satu inisiator Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen untuk Indonesia, Natalia Soebagjo.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo pun mendukung adanya gerakan ini.
Menurutnya, gerakan ini mengajak siapa saja untuk berkontribusi untuk mengganti biaya produksi secara murah.
Rapid test antigen tersebut pun akan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan secara gratis.
"Saya sangat mendukung gerakan ini dan semoga semakin banyak pihak-pihak yang ingin berpartisipasi,"katanya.(*)