Mengenang Mbah Maridjan, sang Juru Kunci yang Meninggal saat Letusan Dahsyat Gunung Merapi
Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus tahun 2006, nama Mbah Maridjan semakin terkenal.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Selain itu, ada juga bangkai mobil evakuasi warga berupa Suzuki APV nopol AB 1053 DB.
Mobil itu satu-satunya mobil untuk evakuasi warga.
Dua relawan Tutur Priyanto dan Yuniawan gugur di dalam mobil saat awan panas menerjang Kinahrejo.
Di Joglo Petilasan Mbah Maridjan juga terdapat foto dan lukisan Mbah Maridjan.
Selain itu ada juga peninggalan barang pribadi Mbah Maridjan yang diletakkan di sudut joglo Petilasan.
Mbah Maridjan tak mau menggunakan istilah 'Merapi meletus' untuk gunung yang dijaganya itu.
Ia lebih memilih menggunakan kalimat 'eyang membangun kraton'.
Bila 'eyang' sedang punya hajat, maka warga di sekitar Merapi diminta untuk sabar dan tawakal.
Rumah Mbah Maridjan berada di balik tebing yang disebut Geger Boyo (punggung buaya).
Bila dilihat dari kejauhan, tebing itu mirip punggung buaya yang sedang mengarah ke atas.
Oleh warga sekitar, tebing itu diyakini melindungi rumah Mbah Maridjan dari semburan awan panas.
Namun kenyataannya, rumah Mbah Maridjan tetap saja tak aman dari terjangan awan panas di tahun 2010 lalu.
Ada pakaian yang sering dipakai Mbah Maridjan sehari-hari dipajang di Petilasan.
Ada hal menarik yakni terdapat sebuah Al Quran yang masih utuh tidak terbakar awan panas.
Seorang wisatawan, Yayuk mengatakan jika jejak-jejak peninggalan letusan Merapi menjadi tanda kuasa Illahi yang begitu dahsyat.
“Berada di tempat ini membuat hati saya tergetar. Betapa nyata kebesaranNya,” ujarnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Cerita Tentang Al-Quran Mbah Maridjan yang Ditemukan Masih Utuh Saat Letusan Merapi