Meteor
Cara Saksikan Hujan Meteor Draconid Puncaknya Malam Ini, Asteroid 2020 SX3 Akan Mendekati Bumi
Hujan Meteor Draconid Puncaknya Malam Ini, Asteroid 2020 SX3 Disebut Akan Mendekati Bumi
Cara Saksikan Hujan Meteor Draconid Puncaknya Malam Ini, Asteroid 2020 SX3 Akan Mendekati Bumi
TRIBUN-TIMUR.COM,- Saksikan malam malam ini Kamis (8/10/2020) hujan meteor Draconid.
Meteor Draconid bisa kamu saksikan malam ini puncaknya.
sembari menemani kejenuhan Anda di rumah saja, akan ada dua fenomena langit yang menghiasi langit Indonesia dan bisa diamati baik secara langsung maupun dengan bantuan optik.
Kedua fenomena tersebut adalah Asteroid 2020 SX3 dan hujan meteor Draconids. Berikut penjelasannya.
1. Asteroid 2020 SX3
Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan bahwa Asteroid 2020 SX3 adalah asteroid dekat bumi kelas Apollo, sehingga memiliki orbit yang bisa bersinggungan dengan orbit Bumi.
Adapun, pada hari ini jarak lewat asteroid ini dengan Bumi adalah hanya 4,4 kali lipat jarak rata-rata Bumi-Bulan, atau setara 1,7 juta km.
Jarak ini didasarkan pada rata-rata jarak bumi-bulan yaitu 384.400 km, yang merupakan salah satu standar tak baku dalam satuan jarak astronomi.
"Asteroid ini tidak memiliki potensi untuk bertabrakan dengan bumi, setidaknya hingga satu abad ke depan," kata Marufin kepada Kompas.com, Kamis (1/10/2020).
Namun sayangnya, kita tidak dapat menyaksikan fenomena Asteroid 2020 SX3 lewat dekat bumi ini dengan mata secara langsung.
Sebab, kata Marufin, obyeknya relatif kecil yaitu berdiameter 50 meter dan melintas pada jarak 1,7 km dari Bumi.
Sehingga, tingkat terangnya setara dengan magnitudo Pluto yaitu +14.
2.Puncak hujan meteor Draconid
Berdasarkan keterangan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan, hujan meteor Draconid akan aktif di langit Indonesia sejak 6-10 Oktober 2020 ini.
Namun, periode puncaknya adalah pada hari ini Kamis (8/10/2020), tepatnya malam nanti dapat Anda saksikan sejak pukul 18.15 hingga 21.30 WIB.
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lapan, Emanuel Sungging mengatakan bahwa Draconid sebetulnya bukan hujan meteor yang besar.
Hujan meteor ini dinamai Draconid berdasarkan titik radian atau titik asal munculnya hujan meteor yang terletak di kontelasi Draco.
"Arahnya agak ke utara, secara sederhananya dapat dikatakan berasal dari arah rasi Draco," jelas Emanuel kepada Kompas.com, Kamis (8/10/2020).
Adapun intensitas hujan meteor yang terjadi per jamnya akan berbeda yaitu mulai dari 4 meteor untuk wilayah Kupang hingga 6 meteor per jam untuk wilayah Banda Aceh.
Hal ini tentunya juga tergantung dengan cuaca di sekitar tempat Anda mengamatinya,
kemungkinan paling besar bisa menyaksikan hujan meteor ini jika wilayah Anda sedang bercuaca cerah dan bebas polusi cahaya.
Sehingga, kemungkinan besar jika Anda mengamati fenomena hujan meteor ini di area perkotaan hanya akan menyaksikan antara 1-2 meteor per jam saja.
Sejarah Hari Ini: Ledakan Meteor Terjadi di Bone, Warga Panik Dikira Gempa Bumi
TRIBUNTIMURWIKI.COM- Sebuah peristiwa pernah menggemparkan Bone, Sulawesi Selatan.
Pada 8 Oktober 2009, banyak yang tak mengira peristiwa langka itu terjadi.
Awalnya, dikira sebuah fenomena alam gempa bumi.
Bagaimana tidak, guncangannya begitu terasa di kawasan tersebut.
Namun, ternyata bukan. Guncangan yang terjadi tersebut disebabkan oleh ledakan meteor.
Dilansir dari Kompas.com, sekitar pukul 11.00 siang, sebuah meteor meledak di kawasan teluk Bone, Sulawesi Selatan.
Peristiwa di Bone diketahui berdasarkan informasi masyarakat yang mendengar ledakan, disusul oleh getaran yang terjadi di daratan.
Ketika itu, masyarakat juga melaporkan adanya jejak seperti asap di langit Bone.
Kepanikan warga sempat terjadi ketika peristiwa tersebut terjadi.
Mulanya warga menyangka getaran yang terjadi adalah gempa bumi sehingga mereka berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Kaca-kaca rumah bergetar kencang setelah terdengar ledakan keras.
Sebagian orang sempat menyangka asap tersebut akibat pesawat yang meledak, namun kenyataannya tidak ada laporan pesawat yang tengah melintas di sana maupun yang hilang kontak.
Sampai berhari-hari, peristiwa tersebut menjadi misteri.
Misteri terkuak setelah badan antariksa AS (NASA) mengumumkan hasil analisis tanggal 19 Oktober 2009.
Setelah dikaji, kejadian yang membuat panik warga Bone tersebut ternyata disebabkan oleh asteroid yang memasuki atmosfer Bumi dan meledak.
Analisis infrasound International Monitoring System (IMS) Infrasound Station of the Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO) menemukan bahwa benda yang meledak di kawasan Teluk Bone adalah sebuah asteroid berdiameter 5-10 meter, dengan energi ledakan setara 50 kiloton TNT.
Astrofisikaswan LAPAN, Thomas Djamaluddin, ketika dihubungi Kompas.com, Senin (18/2/2013) mengatakan, "Asteroid yang jatuh di Bone, merupakan asteroid pertama di Indonesia, yang berhasil teridentifikasi ukuran dan daya ledaknya pasca-peristiwa ledakannya terjadi."
"Kesaksian warga yang menyaksikan peristiwa tersebut merupakan informasi yang sangat penting dalam membantu proses identifikasi benda asing yang jatuh, selain perhitungan yang dilakukan oleh peneliti," terang Thomas.
Thomas menambahkan, berdasarkan informasi yang dimilikinya, di Indonesia pernah dua kali terjadi peristiwa ledakan asteroid. Berdasarkan laporan majalah Astronomi, peristiwa pertama terjadi di Perairan Maluku pada tahun 1980-an dan peristiwa kedua terjadi di kawasan Teluk Bone tahun 2009.
"Peristiwa yang terjadi di Perairan Maluku tercatat dalam laporan Majalah Astronomi. Lintasan benda asing yang diduga meteor terdeteksi di satelit, namun ukuran dan daya ledaknya tidak teridentifikasi," ujar Thomas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ledakan Meteor Pernah Terjadi di Bone" dan Hari Ini, Ada Asteroid Lewati Bumi dan Hujan Meteor Draconid Hiasi Langit Indonesia