Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Obituari

Zainal Tahir, Sosok Wartawan yang Dermawan, Kader PII dan Memiliki Nomor Baku Muhammadiyah

Semoga Allah SWT menyempurnakan amal ibadahnya dan mengampuni dosanya serta menempatkannya pada posisi yang paling mulia di sisi-Nya.

Editor: Arif Fuddin Usman
tribunnews.com
Mantan Ketua KPU Gowa, Zainal Tahir (berkemeja putih), saat menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Rabu (4/2/2015). Zainal Tahir meninggal dunia karena Covid-19 pada Selasa (22/9/2020). 

Istrinya tidak pernah menyiapkan ayam goreng. Tapi ikan bakar, pun ikan laut segar. Juga ikan asin yang sengaja dia beli di Mallusetasi Kabupaten Barru jika bepergian ke Parepare. Istri almarhum pintar masak. Termasuk sayur bening terdiri atas jagung, kacang panjang, dan daun-daun segar.

Kerap Memberi Bantuan

Bagi saya sendiri, almarhum sering memberikan bantuan, terutama untuk kepentingan organisasi. Suatu ketika, sekitar pertengahan tahun 2001, saya pernah datang ke rumahnya pagi-pagi sekali. Sebelum jam enam ba’da subuh, saya sudah berada di rumahnya. Membawa uang, membawa rezki. “Inilah pertama kali saya rezki menerima secepat ini” katanya.

Karena saya akan pergi ke luar kota, maka sengaja datang sepagi mungkin. Membawa biaya pemasangan iklan undangan Halal bi Halal Ikatan Keluarga Dalihan Na Tolu Makassar dan sekitarnya, saat itu.

Soal harga, saya sempat tawar menawar. Saya menawar dengan ukuran besar dengan harga murah. Akhirnya dia bilang, bawa saja semua uangnya. Nanti diatur ukuran kolomnya, simpulnya.

Suatu ketika, ‘bosku” meminta saya untuk mencari pembeli mobilnya yang lama. Saya coba menghubungi almarhum. Dia bertanya, mobilnya siapa? Mobilnya Pak Nas, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan saat itu.

Ternyata, Pak Nas, adalah dosennya dalam mata kuliah Agama Islam saat kuliah di Fisipol Unhas. Beberapa hari kemudian, almarhum datang ke kantor PWM Sulsel Tamalanrea membawa uang tunai sesuai harga yang disepakati. Tak lupa, ada sebagian yang diberikan kepada saya dalam amplop sebagai rezki yang tidak terduga.

Beberapa waktu kemudian, bersama dengan sahabat saya, Mashadi Maili (sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Sultan Amai Gorontalo), pernah silaturahmi atau siarah ke rumah beberapa teman saat Idul Adha. Naik motor berboncengan mulai dari Jalan Gunung Lompobattang ke Jalan Boulevar rumahnya Mbak Dewi, kemudian ke Limbung.

Dari Limbung kami singgah di rumah seorang Immawati, tak jauh dari rumah almarhum di Depan Kodim Gowa. Ketika berada di rumah Immawati dimaksud, saya mengirim pesan singkat kepada almarhum, bahwa saya berada dekat rumahnya. Silaturahmi ke rumah seorang Immawati.

Tiba-tiba beliau menelepon saya : “Haidir, jangan macam-macam. Dia itu ponakanku. Saya omnya. Kalau ada maumu, terus terang saja. Nanti saya atur”, katanya dari sambungan telepon Nokia pisang tua, yang saya beli dari ibu Karmila Mokoginta (mantan Sekretaris Kecamatan KKN Unhas tahun 1998 di Mandalle Pangkep).

Ketika beliau terpilih sebagai Ketua KPU Gowa, tentu saya termasuk yang sangat bersyukur. Salah satu bentuk kesyukuran saya adalah mengirimkan beliau surat. Isi surat itu adalah permohonan bantuan dana pembangunan perbaikan Masjid Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Tamalanrea.

Saat itu saya bertindak sebagai Sekretaris merangkap Bendahara. Alhamdulillah, beliau merespon dengan baik. Sumbangannya dikirim via wesel pos. Pernah juga, adik-adik akan mengadakan kegiatan. Saya arahkan untuk meminta sumbangan kepada almarhum. Sebab saya tahu untuk kegiatan keagamaan, almarhum sangat dermawan.

Menurut informasi dari seorang teman di media sosial, Irwan Dm, bahwa selama masih muda, almahum pernah mengikuti pengkaderan Persatuan Pelajar Islam (PII) dibawah kepemimpinan Pak Aswar Hasan. Itu adalah informasi terbaru yang saya ketahui tentang almarhum.

Yang saya kenal sebelumnya, almarhum adalah seorang penulis cerpen dan menjadi wartawan pada salah satu koran terkenal yang terbit di Makassar, yang menangani bagian iklan.

Kala masih kuliah S.2, almarhum juga aktif pada sebuah lembaga swadaya masyarakat, elSIM bersama dengan Pak Syarief Amir, Pak Aidir Amin Daud, Pak Hamid Awaluddin dan lain-lain. Beberapa kali saya datang ke kantornya di bilangan Pettarani masuk lorong sempit.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved