Wawancara Eksklusif
Penduduk Sulsel Nyaris Nikmati Kereta Api pada Masa Kolonial
Kementerian Perhubungan dan Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menggenjot pembangunan rel kereta api Trans Sulawesi.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Hasriyani Latif
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kementerian Perhubungan dan Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menggenjot pembangunan rel kereta api Trans Sulawesi.
Sulsel rupanya sudah punya master plan rel kereta api sejak zaman penjajahan Belanda.
Penduduk Sulsel nyaris menikmati alat transportasi massal tersebut. Namun batal terwujud seiring kedatangan pendudukan Jepang.
Hal ini terungkap saat wawancara eksklusif Manajer produksi Tribun Timur AS Kambie dengan Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Timur Indonesia, Jumardi dalam ngobrol spesial Hari Perhubungan Nasional, 17 September 2020.
Lantas, bagaimana awal mula pemerintah pusat melirik Sulsel untuk perkeretaapian?
Menurut Jumardi, berbicara kereta api merah ke sana sebagai alat transportasi massal, dan suatu wilayah akan berkembang, tadinya jumlah penduduk wilayah tersebut sedikit, lama-kelamaan menjadi banyak.
Dan infrastruktur jalan tidak mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk, sehingga kalau pun masyarakat bergerak di jalan raya, suatu saat akan stagnan.
Mau tidak mau pemerintah harus bergerak bangun transportasi massal. Di Sulsel sejak zaman Belanda sudah ada master plannya.
"Saya pernah lihat di Jakarta. Saya berpikir seandainya Belanda tidak cepat hengkang, mungkin sudah ada kereta api di Sulsel, menghubungkan Kota Makassar sampai ke Manado," tuturnya.
Sebenarnya, lanjut dia, dulu ada kereta api dari Makassar ke Takalar untuk angkutan tebu, tapi setelah Jepang masuk rel itu diangkut kembali dibawa ke Birma, Myanmar.
Setelah Indonesia merdeka, tentu perjalanannya panjang.
Tahun 2003 sudah dilakukan studi, pada saat itu anggaran pembangunan struktur belum seperti sekarang.
Praktis pembangunan rel kereta api baru kita mulai sekitar 2012. (*)
Laporan Kontributor TribunGowa.com @bungari95