Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bank Indonesia

Deflasi Sulsel 2 Bulan Berturut-turut, BI Sulsel: Serapan APBD Harus Banyak

BPS Sulsel merilis inflasi gabungan 5 kota IHK di Sulawesi Selatan sebesar -0,10 persen

Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM/SUKMAWATI IBRAHIM
Direktur Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Keuangan BI Sulsel, Endang Kurnia Saputra 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis inflasi gabungan 5 kota IHK di Sulawesi Selatan sebesar -0,10 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,87 menjadi 104,76 pada Agustus 2020, Agustus 2020.

Dari 5 kota IHK, seluruh kota mengalami deflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di Kota Parepare sebesar 0,24 persen sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Bulukumba sebesar 0,04 persen.

Pada bulan Juli 2020, inflasi gabungan 5 kota IHK di Sulawesi Selatan sebesar -0,40.

Sementara itu, Juni 2020 yakni sebesar 0,6 persen atau naik 0,1 poin dibandingkan Mei yang mencapai 0,50 persen.

Deflasi Agustus 2020 terjadi karena penurunan sebagian indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,84 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,02 persen; kelompok transportasi sebesar 0,32 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,01 persen; sementara kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,17 persen.

Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,07 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,10 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,02 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,98 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender sebesar 1,45 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2020 terhadap Agustus 2019) sebesar 1,36 persen.

Kepala Group SP-PUR Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Endang Kurnia Saputra menyampaikan, deflasi di Sulsel terjadi karena kurangnya permintaan.

"Ekonomis kita kan terkontraksi sampai -3,87, berarti aktivitas ekonomi tidak berjalan di beberapa bagian, misalnya penurunan penjualan, ada orang di-PHK," katanya.

Ia menjelaskan deflasi atau penurunan harga terjadi karena permintaan yang sangat lemah dari masyarakat sehingga terjadi penurunan harga.

Sehingga, banyak pengusaha mendiskon dagangannya.

"Misalnya, rumah diobral, mobil diobral. Kecuali, beberapa produk konsumsi masih bertahan. Akar masalahnya daya beli masyarakat rendah, dan permintaan rendah," katanya.

Di Sulsel, apakah akan ada perbaikan ekonomi?

"Insya Allah ada. Andalan seluruh negara adalah program yang dibiayai APBN dan APBD. Soalnya juga APBN kita defisit. Mau pinjam keluar negeri tapi peminjam juga melemah dan tiarap," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved