Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sebab PDIP Selalu Kalah di Sumbar: Ternyata Begini Soekarno Dulu, Isu PKI, dan Puan Maharani Blunder

Sebab PDIP selalu kalah di Sumbar: ternyata begini Soekarno dulu, isu PKI, hingga Puan Maharani blunder.

Editor: Edi Sumardi

Ketua PDIP Kota Padang Albert Hendra Lukman menyebut kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh PDIP tidak lepas dari hembusan isu-isu negatif yang dilakukan lawan politik terhadap PDIP, utamanya adalah mengidentikkan PDIP dengan PKI dan mengulang-ulang narasi perlakuan masa lalu Soekarno di Sumbar.

"Yang diekspos itu PDIP adalah partai Bung Karno dan Bung Karno dianggap punya catatan buruk di masa lalu dengan Sumbar, seperti perseteruan Bung Karno dengan Hatta dan Buya Hamka.

"Kemudian digiring ke isu PRRI kembali, diekspos sekarang itu adalah bagaimana rakyat Minang dihabisi, padahal PRRI itu adalah ketidakpuasan segelintir orang saja. Akibatnya PDIP jadi kena karena dianggap anak ideologi Bung Karno, dan narasi itu selalu ditampilkan," kata Albert.

Padahal di awal kemerdekaan, kata Albert, Soekarno banyak mengajak tokoh-tokoh Minang untuk berjuang bagi Indonesia, dan terjalin hubungan mesra Soekarno dengan tokoh Minang, namun fakta-fakta itu seakan disimpan rapat.

Albert juga menyebut, sejak Pilkada DKI 2017 lalu, politik identitas mulai memanas di Sumbar yang menyebabkan caleg dari PDIP berguguran.

"Narasi penista agama [kasus Ahok] dibawa-bawa, bahkan ada demo anti Ahok di Sumbar, apa hubungannya? apalagi PDIP partai nasionalis yang tidak melihat agama, suku, dan kelompok. Tapi bagi lawan politik, PDIP dinarasikan sebagai partai non-Islam, partai Kristen, Partai Katolik, kan begitu," katanya.

"Narasi isu itu bahkan dimainkan dari masjid ke masjid, dari surau ke surau, melalui majelis taklim, itu sangat luar bisa, dan kami di sini lemah untuk menangkal isu itu," kata Albert.

Sementara itu terkait dengan pernyataan Puan Maharani, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto meluruskan bahwa, "yang dimaksudkan Mba Puan dan sebagaimana seluruh kader partai mengingatkan bagaimana Pancasila dibumikan tidak hanya di Sumatera Barat, tetapi di Jawa Timur, di seluruh wilayah Republik Indonesia, Pancasila harus dibumikan, Ibu Mega begitu kagum dengan Sumbar, demikian juga Mba Puan," kata Hasto.

Tambah Hasto, "Jadi yang dimaksud pembumian Pancasila di Sumbar itu lebih kepada aspek kebudayaan, nasionalisme, juga menyentuh hal-hal di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara."

Politikus PDIP berdarah Minang, Arteria Dahlan juga meminta masyarakat Minang untuk menahan diri dan tidak dipecah-belah serta lebih arif dalam menyikapi pernyataan Puan.
"Saya pastikan tidak ada maksud sedikitpun dari Mba Puan untuk menyinggung perasaan warga masyarakat Minang, baik yang berada di Sumbar maupun di tanah rantau. Mba Puan itu orang Minang, ayahnya Alm. Pak Taufiq beliau itu Datuk, Datuk Basa Batuah, orang Batipuh, kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat bahkan Ibunya, ibu Megawati Soekarnoputri pun memiliki darah minang bergelar Puti Reno Nilam, nenek beliau Ibu Fatmawati, anak dari seorang tokoh Muhammadiyah di Bengkulu," kata Wakil Ketua Umum DPP Ikatan Keluarga Minang se-Indonesia tersebut.(*)

Berita ini sebelumnya ditayangkan BBC News Indonesia dengan judul 'Puan, Sumbar, dan jejak kekalahan PDIP di tanah Minang: 'Antara narasi partai non-Islam dan luka masa lalu pada Soekarno''

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved