Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perjuangan Guru Honorer

Ahmad, Sang Guru Honorer Membangun Semangat di Timur Enrekang

Koneksi sinyal dan kepemilikan gawai inilah yang jadi tantangan Ahmad mengajar di daerah pedalaman selama pandemi.

Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/ahmad
Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Selama pandemi virus corona, aktivitas mengajar Abd Ahmad (26), guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 196 Buntu Kasisi berbeda dari biasanya.

Jika sebelumnya ia dan tenaga pengajar lainnya membawakan materi pelajaran secara tatap muka di sekolah, kini ia harus berjibaku dengan menerapkan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik itu dalam jaringan (daring/online) maupun luar jaringan (luring).

Aktivitas belajar dari rumah yang diserukan pemerintah tak lain untuk memutus rantai penyebaran virus yang pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, China.

Kenyataannya, metode pembelajaran daring tidak selalu belajar mulus. Jika didukung fasilitas gawai, murid atau siswa yang berdomisili di kota-kota besar ataupun daerah yang koneksi internetnya bagus, lancar-lancar saja.

Berbeda halnya dengan daerah pedalaman yang tidak didukung jaringan telekomunikasi yang andal. Belum lagi masalah kepemilikan handphone (HP).

Koneksi sinyal dan kepemilikan gawai inilah yang jadi tantangan Ahmad mengajar di daerah pedalaman selama pandemi.

SDN 196 Buntu Kasisi yang berlokasi di Jl Dusun Kasisi, Desa Tallung Ura, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulsel.
SDN 196 Buntu Kasisi yang berlokasi di Jl Dusun Kasisi, Desa Tallung Ura, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulsel. (dok pribadi/ahmad)

Sehingga ia dan rekan-rekannya berinisiatif menerapkan metode belajar yang nyaman agar siswanya tak ketinggalan pelajaran.

Manfaatkan WA hingga Datangi Rumah Murid

Abd Ahmad memutuskan mengabdi sebagai tenaga pengajar di tanah kelahirannya, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Ia memang bercita-cita menjadi seorang guru.

Pria yang akrab disapa Ahmad ini menjadi tenaga honorer di SDN 196 Buntu Kasisi pada 2018 atau sekitar setahun lebih usai meraih gelar sarjana di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Mengisi waktu luang disela nganggur, ia memang hanya ikut sejumlah pelatihan di Makassar sembari mencari sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar.

Jika sudah suntuk di Kota Makassar, ia lebih memilih menghirup udara segar di kampung dan melakukan aktivitas yang memang sudah biasa ia lakoni sejak kecil, menanam/memanen padi dan memetik cengkeh.

Menetap di Lamba, Desa Sanglepongan, Ahmad tercatat sebagai tenaga pengajar di desa tetangga. Tepatnya di Dusun Kasisi, Desa Tallung Ura, Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang.

Abd Ahmad, guru honorer SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat hendak melakukan kunjungan ke rumah murid.
Abd Ahmad, guru honorer SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat hendak melakukan kunjungan ke rumah murid. (dok pribadi/ahmad)

Secara administratif, Desa Tallung Ura merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Curio. Kurang lebih 65 km dari ibu kota Kabupaten Enrekang.

Desa ini terbagi atas empat dusun, yakni Karra, Mendeng, Rampuan, dan Kasisi. Kondisi daerah di wilayah ini berbukit-bukit, berada di atas gunung, sehingga mayoritas mata pencaharian warga di sini adalah bertani dan berkebun.

Sebelum corona 'menyerang', Ahmad harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer dari rumah untuk sampai ke sekolah.

"Itu kalau tidak hujan. Kalau hujan, harus putar jalan lagi sekitar 10 kilometer baru sampai," ujar Ahmad saat menceritakan pengalamannya mengajar di kecamatan yang berada di bagian timur Enrekang itu kepada tribun-timur.com, Sabtu (29/8/2020).

Nah, disaat corona mewabah dan sekolah diimbau untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka, Ahmad harus putar otak agar murid-muridnya tak ketinggalan mata pelajaran.

Ia mengaku menerapkan metode daring dan luring. Sebagai guru kelas, ia tiap hari memberikan tugas kepada muridnya via grup WhatsApp (WA).

Masalah muncul ketika tak semua murid punya perangkat HP. Karenanya ia pun berninisiatif untuk mendatangi rumah muridnya satu per satu.

"Dari 15 murid ada sekitar sembilan orang yang tidak punya HP. Itupun ada yang numpang ke rumah tetangga," ujar guru kelas 3 SD ini.

"Karena aturannya memang seperti itu, tidak bisa tatap muka, yah yang tidak punya HP didatangi rumahnya. Kasihan juga kalau mereka ketinggalan mata pelajaran. Intinya bagaimana mereka bisa tetap belajar meski di tengah pandemi," lanjutnya.

Ketika situasi tidak memungkinkan, seperti hujan deras, maka ia memberikan opsi lain kepada murid dalam mengumpulkan tugas.

Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan saat mendapat kunjungan mengajar dari guru di rumahnya, beberapa waktu lalu. (dok pribadi/ahmad)

Maklum, karena berada di daerah perbukitan dan jalanan juga kurang bagus, sehingga tidak memungkinkan bagi Ahmad mendatangi rumah murid-muridnya kala hujan lagi deras-derasnya.

"Tugas rutin setiap jam 8 pagi. Nanti Hari Jumat orangtua datang ke sekolah kumpul tugas sekalian ambil tugas lagi," ungkap pria lajang ini.

Jangankan yang tak punya HP, yang punya perangkat pun kadang terkendala jaringan sehingga murid kadang bermasalah dalam mengumpulkan tugas-tugas yang sudah diselesaikan.

"Kalau di sini itu sinyal yang ada hanya dua operator. Tapi yang paling bisa dipakai itu Telkomsel. Itupun kadang jaringannya loading-loading. Timbul tenggelam. Tapi lumayanlah untuk pesan WA cukup lancar jadi terbantu juga untuk memberikan tugas-tugas sekolah," ungkapnya.

Semangati Murid Meraih Cita-cita

Mendatangi rumah murid satu per satu memang bukan perkara mudah. Apalagi kondisi jalan tidak mulus. Beruntung, kawasan itu masih bisa diakses menggunakan sepeda motor.

"Tapi tak bisa balap-balap. Pakai motornya harus hari-hati karena jalanan kan tidak mulus. Salah ambil posisi bisa jatuh," kata Ahmad.

Meski harus mendatangi rumah muridnya, ia mengaku menjalani semua itu dengan sepenuh hati.

Aktivitas murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sebelum pandemi corona.
Aktivitas murid SDN 196 Buntu Kasisi di Kecamatan Curio, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sebelum pandemi corona. (dok pribadi/ahmad)

Ia tak lagi berpikir soal statusnya sebagai guru honorer yang harus ekstra mengajar di masa pandemi ini.

Ahmad juga kerap menyemangati muridnya untuk tetap semangat belajar meskipun di tengah pandemi agar kelak bisa menggapai cita-cita dan bisa mengangkat ekonomi keluarga.

"Pada dasarnya, belajar itu apapun metodenya intinya bagaimana murid itu nyaman, tidak ketinggalan mata pelajaran," katanya.

Ia berharap, pandemi corona segera berakhir dan proses belajar mengajar secara tatap muka bisa dilakukan lagi. "Rindu juga dengan suasana sekolah. Disapa sama murid-murid di sekolah," katanya.

Pun demikian halnya dengan jaringan telekomunikasi. Ia berharap jaringan internet bisa maksimal hingga daerah pedalaman. Apalagi pemerintah tengah gencar-gencarnya mempercepat penyediaan koneksi internet di daerah pelosok.

"Di sini kan dasarnya Telkomsel sudah ada jaringan, meski kadang timbul tenggelam. Jadi semoga bisa bangun BTS (base Transceiver Station) yang 4G-lah sehingga warga dusun, apalagi anak-anak pedalaman bisa menikmati kecanggihan teknologi," tuturnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasriyani Latif

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved