Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Betulkah Salah Ahok? Direktur Pertamina Buka-bukaan Penyebab Rugi Rp 11 Triliun Saat Covid-19

Betulkah salah Ahok? Direktur Pertamina buka-bukaan penyebab rugi Rp 11 triliun saat Covid-19.

Editor: Edi Sumardi
DOK KOMPAS/PRIYAMBODO
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Betulkah salah Ahok? Direktur Pertamina buka-bukaan penyebab rugi Rp 11 triliun saat Covid-19.

PT Pertamina (Persero) tercatat mengalami kerugian sekitar Rp 11 triliun pada semester I/2020.

Angka yang cukup fantastis.

BUMN energi ini tengah mengupayakan berbagai antisipasi agar kerugian tak semakin besar.

Di media sosial, sejumlah warganet menyalahkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina yang dinilai gagal membenahi keuangan Pertamina.

Namun, Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini mengatakan, kerugian Pertamina tersebut terkait dengan pandemi virus corona ( Covid-19 ) dan pemberlakukan PSBB.

Selain itu, Pertamina rugi juga dikontribusi faktor kurs rupiah terhadap dollar AS.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di titik terendah pada Maret yang sempat menyentuh angka Rp 16.608 per dollar AS.

Di satu sisi, belanja perusahaan, seperti untuk impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), menggunakan mata uang dollar AS.

"Sementara pendapatan Pertamina sebagian besar dalam mata uang rupiah. Untuk itu, salah satu langkah strategis perusahaan menghadapi tantangan pada tahun 2020 adalah dengan renegosiasi kontrak yang menggunakan mata uang asing untuk dibayar menggunakan rupiah," kata Emma dikutip dari Harian Kompas, Selasa (1/9/2020).

Dikatakan Emma, perseroan memilih untuk mengurangi belanja modal dan belanja operasional dengan penghematan hingga 4,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 68,1 triliun.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Pertamina menganggarkan 7,8 miliar dollar AS atau setara Rp 113 triliun tahun ini.

Pertamina juga memitigasi risiko selisih kurs dengan meningkatkan kinerja arus kas perusahaan.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, mengatakan masa pandemi Covid-19 terutama saat pemberlakukan PSBB jadi penyebab utamanya turunnya kinerja perseroan (rugi).

"Salah satu shock yang dialami pada masa pandemi Covid-19 adalah penurunan permintaan (demand) BBM, namun seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru dan pergerakan perekonomian nasional," kata Fajriyah Usman dalam keterangannya.

"Tren penjualan Pertamina pun mulai merangkak naik. Kinerja kumulatif Juli juga sudah mengalami kemajuan dan lebih baik dari kinerja kumulatif bulan sebelumnya,” kata dia lagi.

Menurut Fajriyah Usman, periode Februari hingga Mei 2020 merupakan masa-masa terberat Pertamina dengan volume demand yang terus mengalami penurunan tajam akibat pandemi Covid-19.

Bahkan saat diberlakukan PSBB di sejumlah daerah, penurunan permintaan BBM di kota-kota besar mencapai lebih dari 50 persen.

Pertamina juga harus menghadapi tekanan tambahan berupa penurunan pendapatan di sektor hulu, total pendapatan Pertamina, yang tercantum dalam Laporan Keuangan unaudited Juni 2020 turun hingga 20 persen.

Fajriyah juga menyampaikan dengan penurunan pendapatan yang signifikan, maka laba juga turut tertekan.

Pada pada Januari 2020, Pertamina masih membukukan laba bersih positif 87 juta dollar AS.

Namun memasuki 3 bulan selanjutnya, mulai mengalami kerugian bersih rata-rata 500 juta dollar AS per bulan.

Perusahaan juga sempat tertekan dengan harga minyak ICP pada April sebesar 21 dollar AS per barel.

Sementara perusahaan juga harus mempertahankan bisnis hulu migas.

Ahok Di-bully

Saat Pertamina dilaporkan rugi Rp 11,13 triliun, netizen mem-bully Ahok alias BTP.

Pasalnya, Ahok beberapa kali berjanji memperbaiki kinerja keuangan perusahaan "plat merah" itu.

Kata "Ahok" pun jadi trending topic di Twitter, Senin (24/8/2020) lalu.

Pengelola akun @BebAyu28 menulis kicauan, "Kagak nurunin BBM.. masih juga rugi, ambyarrr Ahok.."

Pengelola akun @mugiRhrj menulis kicauan, "Ahok kenapa lagi dia? Kok trending."

Pengelola akun @Arulbaex menulis kicauan, "Rugi Mulu..!! Katanya Ahok membawa angin segar Kalao rugi yg segar apanya..!!"

Pengelola akun @Nggedabbruz menulis kicauan, "Ahok Komut Pertamina: Kemarin Terdepak dari Fortune Global, Sekarang Rugi Rp11,327 Triliun."

Namun, ada pula yang membela Ahok, sepeti kicauan di bawah ini.

Pengelola akun @AnakLolina2 menulis kicauan, "Kadrun Bodoh, kerugian ini terjadi akibat kurangnya konsumsi BBM di masa sulit, otomatis tidak ada pemasukan bahkan rugi. Kenapa malah hujat Ahok? Maksudnya kalian kalau rizieq jd presiden lalu segalahnya berjalan lancar?"

Pengelola akun @ferwandes menulis kicauan, "Harga BBM gak turun masih rugi.wkwkkw Klo gak ada pak Ahok Pertamina bisa rugi 50 T loh...trimakasi pak ahok."

Pengelola akun @BayKadek menulis kicauan, "Ahok menurut gua wajar merugi orang" dlm 5 bln terakhirkan jarang keluar. Maka dari itu sobat kurun yg pinter" tolong otaknya di pake dikit jangan sampe bertitel tapi otaknya gak wkwkwk."

Pengelola akun @_go_ne_ menulis kicauan, "Untung ada Ahok Pertamina cuma rugi 11T, kalo nggak Pertamina bakal rugi 12T."

Pengelola akun @WisnuRamadi menulis kicauan, "Untung ada Ahok. Kalau tidak ada beliau, kerugian Pertamins bisa mencapai Rp 55 T."

Pengelola akun @gerendelopat menulis kicauan, "Ahok hebat donk."

Terdepak dari Daftar Fortune 500

Sebelumnya, Pertamina juga jadi sorotan lantaran terdepak dari daftar 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia atau Fortune 500 tahun 2020.

Pemeringkatan itu dibuat Fortune, majalah bisnis global yang diterbitkan oleh Fortune|Money Group milik Time Inc..

Pertamina pun melayangkan surat resmi kepada pengelola Fortune Global.

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, melalui surat tersebut, pihaknya ingin mendapatkan informasi terkait proses pemeringkatan daftar 500 perusahaan pendapatan terbesar dunia.

Pasalnya, apabila mengacu pada total pendapatan yang tertuang dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun fiskal 2019, Pertamina seharusnya masuk daftar tersebut.

"Daftar yang dibuat Fortune Global 500 tersebut merupakan aksi monitoring pasif yang dilakukan Fortune, tanpa melakukan klarifikasi langsung kepada Pertamina. Dengan revenue yang diraih Pertamina pada 2019, seharusnya kami masih terdaftar di posisi 198 Fortune Global 500," kata Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis, dikutip pada Senin (17/8/2020).

Fajriyah Usman menjelaskan, Pertamina membukukan pendapatan pada 2019 sejajar dengan peringkat ke-198, yaitu Nippon Steel Corporation dengan pendapatan 54,45 miliar dollar AS atau Rp 806 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dollar AS), sedangkan Pertamina mencatatkan pendapatan 54,58 miliar AS atau Rp 808 triliun pada 2019.

Bahkan, berdasarkan Fortune Global 500, Nippon Steel membukukan kerugian sekitar 3,97 miliar dollar AS, sedangkan Pertamina masih mencatatkan profit 2,5 miliar dollar AS.

"Kami seharusnya tidak terlempar dari daftar, bahkan bisa sejajar dengan peringkat ke-198, dengan Nippon (Nippon Steel Corporation). Jadi sebetulnya kami masih dapat berada dalam kisaran Top 500," kata Fajriyah Usman.

"Sehingga kami perlu mendapat penjelasan resmi dari institusi penyelenggara," kata Fajriyah Usman.

Dengan pendapatan sebesar 54,58 miliar dollar AS dan posisi di peringkat 198, Pertamina bahkan seharusnya tercatat masih unggul dari beberapa perusahaan global terkenal lainnya, seperti Goldman Sachs Group, Morgan Stanley, Caterpillar, dan LG Electronic yang berada di posisi 202 sampai 207 dengan pendapatan sekitar 53 miliar dollar AS.

Sementara itu, perusahaan energi dunia lainnya, seperti Repsol dan ConocoPhilips, bahkan berada di peringkat 245 dan 348.

Fajriyah Usman mengaku optimistis pada tahun mendatang Pertamina dapat kembali tercatat dalam daftar Fortune Global 500 dengan posisi yang lebih tinggi.

“Restrukturisasi yang dijalankan Pertamina saat ini merupakan bagian dari transformasi bisnis sebagaimana perusahaan energi kelas dunia untuk meningkatkan nilai perusahaan," ucapnya.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved