Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Puisi Populer Wiji Thukul, Aktivis yang Hilang sejak Gejolak Reformasi hingga Sekarang Belum Ketemu

Sudah lima kali Indonesia berganti Presiden sejak era reformasi, misteri hilangnya Wiji Thukul belum juga terungkap.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
KOMPAS/PRIYOMBODO
Gambar Wiji Thukul dalam baliho foto orang hilang lengkap dengan nama dan tanggal hilangnya mereka, di Jalan Diponegoro, Jakarta, Sabtu (8/11/2008). 

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Dalam perjalanan bangsa ini, banyak tragedi yang sampai saat ini masih menjadi misteri.

Salah satu yang penuh teka teki adalah hilangnya aktivis Wiji Widodo atau yang lebih dikenal dengan nama Wiji Thukul.

Sosoknya sampai saat ini terus dikenang dengan berbagai puisi yang pernah diciptakannya.

Pada masa gejolak reformasi era Orde Baru medio 1998, Wiji Thukul hilang.

Dilansir dari Banjarmasinpost, sudah lima kali Indonesia berganti Presiden sejak era reformasi, misteri hilangnya Wiji Thukul belum juga terungkap.

Meski keberadaannya masih misteri, namun puisi-puisi kaya Wiji Thukul masih bisa dinikmati hingga saat ini.

Wiji Thukul memang dikenal kerap menyampaikan kritik kepada pemerintah lewat karya-karya sastranya.

Sejumlah puisi dari Wiji Thukul menyuarakan perlawanan dan anti penindasan.

Wiji Thukul, ayah dari Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani ini dipastikan hilang setelah kabarnya tidak lagi didapatkan oleh keluarga dan rekan-rekannnya sesama aktivis dari 1998 hingga tahun 2000.

Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, 1 April 2000, istri dari Thukul, Dyah Sujirah alias Sipon, melaporkan hilangnya sang suami kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Sujirah dan adik Thukul, Wahyu, mengaku terakhir kali berhubungan dengan Thukul ada 19 Februari 1998 melalui sambungan telepon.

Setelah itu, Thukul diduga menjadi salah satu korban penculikan bersama para aktivis lainnya.

Koordinator Kontras, Munarman saat itu menjelaskan Thukul masih diketahui kabarnya sekitar Maret-April 1998.

Ketika itu sang penyair bertemu dengan beberapa orang temannya.

Namun itulah kabar terakhir yang bisa diketahui tentang Thukul.

Setelah itu, keberadaan dirinya tidak pernah lagi diketahui.

"Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," jelas Munarman.

Ia menyebut, ketika itu terdapat 23 orang termasuk Thukul yang dinyatakan hilang dalam operasi itu, dan hingga medio tahun 2000, setidaknya 14 di antaranya belum diketemukan.

Inilah 5 puisi Wiji Thukul dengan tema perlawanan :

1. SAJAK SUARA

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

2. BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!

3. TENTANG SEBUAH GERAKAN

Tadinya aku pingin bilang
aku butuh rumah
tapi lantas kuganti
dengan kalimat
SETIAP ORANG BUTUH TANAH
ingat: Setiap orang
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian
aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku
aku berpikir
tentang sebuah gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam

4. NYANYIAN AKAR RUMPUT

jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel di tembok-tembok
dicabut
terbuang
kami rumput
butuh tanah
dengar!
Ayo gabung ke kami
Biar jadi mimpi buruk presiden!

5. PERINGATAN

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!.
(Wiji Thukul, 1986)

Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Ini 5 Puisi Karya Wiji Thukul Bertema Perlawanan, Aktivis yang Hilang di Masa Gejolak Reformasi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved