Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Aktivis Wiji Thukul Tetap Terkenang, Indonesia Sudah 5 Kali Ganti Presiden Tak Kunjung Ditemukan

Aktivis Wiji Thukul hilang sejak 1998 dan hingga Indonesia lima ganti presiden namun tak kunjung ditemukan

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Istimewa
Aktivis Wiji Thukul yang menghilang sejak 1988 hingga saat ini belum ditemukan 

Setelah itu, keberadaan dirinya tidak pernah lagi diketahui.

"Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan.

Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," jelas Munarman.

Ia menyebut, ketika itu terdapat 23 orang termasuk Thukul yang dinyatakan hilang dalam operasi itu, dan hingga medio tahun 2000, setidaknya 14 di antaranya belum diketemukan.

Target operasi

Budiman Sudjatmiko yang saat itu menjadi Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) menceritakan apa yang dilakukan oleh Thukul hingga akhirnya ia dinyatakan hilang.

Budiman mengisahkan, Wiji Thukul menjadi salah satu target utama pada saat terjadi pembersihan besar-besaran terhadap aktivis gerakan demokrasi pascatragedi berdarah 27 Juli 1996.

Thukul sempat meloloskan diri dari kejaran ketika itu, lalu ia berpindah-pindah kota akibat menjadi target kejaran aparat.

Mulai dari Solo, Salatiga, Jakarta, hingga sempat disembunyikan di Serpong, Tangerang.

Budiman menduga, Thukul menjadi salah satu korban operasi penyapuan aktivis di Solo, bersama dengan aktivis lain, salah satunya bernama Suyat yang juga belum dinyatakan kembali di tahun 2000.

Sejak kecil menderita

Lahir dengan nama Wiji Thukul Wijaya, 26 Agustus 1963, di kampung Sorogenen Solo, Wiji Thukul merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang hidup dalam lingkungan tukang becak dan keluarga buruh.

Sejak kecil hidup di tengah penderitaan.

Seolah mengikut namanya yang berarti "benih yang tumbuh", jiwanya selalu tergugah menyuarakan perlakuan yang tidak adil.

Ayahnya, Pak Bejo, tukang becak di Solo, sedangkan ibunya tinggal di rumah.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved