Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ada yang Tidak Bisa Diselamatkan Jokowi Selama Covid-19, 1.102 Wanita Bandung Kini Jadi Janda Baru

Di Kabupaten Bandung semenjak masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal, tingkat perceraian meningkat tajam.

Editor: Waode Nurmin
TribunJabar.id/Lutfi A Mauludin
Warga Bandung antre mendaftar dan sidang gugat cerai di PA Soreang Kabupaten Bandung. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ini kabar sedih yang diterima Presiden Jokowi di masa pandemi Covid-19

Dikala dirinya harus berpikir keras mengembalikan kestabilan perekonomian bangsa, dengan memberikan bantuan uang tunai ataupun sembako, bahkan sampai listrik gratis, tapi tidak bisa menyelamatkan rumah tangga warganya yang bercerai

Dilaporkan di Bandung Jawa Barat, ada ribuan perempuan yang berubah statusnya kini jadi janda baru

Menurut psikolog, faktor pencetusnya beragam, namun juga dikaitkan dengan Covid-19.

Covid-19 disebut memperparah kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya.

Sempat Tertunda, Besok Presiden Jokowi Launching Pencairan BLT Rp 600 Ribu untuk Karyawan Swasta

Bukan Main Free Fire, Halimah Usia 19 Tahun Gugat Cerai Suami Karena Hobi Main Depok-depokan & KDRT

Simak penjelasan psikolog selengkapnya berikut ini.

Di Kabupaten Bandung semenjak masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) atau new normal, tingkat perceraian meningkat tajam.

Hari kemarin terdapat 246 perkara yang terdiri dari gugatan cerai maupun permohonan cerai.

Di bulan Juni terdapat 1.102 perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Soreang Kabupaten Bandung.

Artinya, di bulan lalu ada seribu lebih perempuan di Kabupaten Bandung yang statusnya berubah menjadi janda baru.

Apa yang melatari banyaknya gugatan cerai di Kabupaten Bandung? Dan para wanita di Kabupaten Bandung lebih memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan keluarganya?

Menurut psikolog Universitas Padjadjaran, Aulia Iskandarsyah, kalau melihat dari angka memang terjadi lonjakan yang tinggi dari beberapa daerah tentang perceraian.

"Mungkin faktor pencetusnya banyak, namun pandemi Covid-19, ini menjadi memperkuat masalah yang ada," ujar Aulia Iskandarsyah, saat dihubungi TribunJabar.id (grup TribunJatim.com ), Senin (24/8/2020).

 

tribunnews
Warga Bandung antre mendaftar dan sidang gugat cerai di PA Soreang Kabupaten Bandung. (TribunJabar.id/Lutfi A Mauludin)

Aulia Iskandarsyah mengatakan, contohnya yang tadinya ada masalah ketidakharmonisan dengan adanya pandemi Covid-19 ini, jadi tidak bisa bekerja penghasilan berkurang.

"Yang tadinya masalah ketidakharmonisan ditambah dengan adanya masalah ekonomi dan lainnya. Kemudian juga beban hidup menjadi lebih mahal," kata Aulia Iskandarsyah.

Aneh, Seorang Istri Gugat Cerai Suaminya Gara-gara Tak Pernah Lagi Bertengkar, Pengadilan Putuskan?

Menurut Aulia Iskandarsyah, faktor terjadinya banyak perceraian di Kabupaten Bandung ini, bukan single faktor karena adanya wabah Covid-19.

"Tapi Covid-19 ini mengakselerasi atau memperparah kondisi-kondisi yang sudah ada sebelumnya," ujar dia.

Terutama, kata Aulia Iskandarsyah, mungkin kalau dari data demografis, justru yang golongan menengah ke bawah yang banyak bercerai.

"Jadi golongan masyarakat terdampak. Terutama misal masalah pekerjaan keuangan yang bisa memperparah kondisi yang sudah ada," ucap dia.

Dengan kondisi seperti ini, kata Aulia Iskandarsyah, pemerintah harus lebih peka dalam membuat jejaring pengaman sosial bagi masyarakat yang terdampak Covid-19.

"Contoh meringankan beban anggaran mereka, misal yang tadinya gak ada pulsa untuk anak sekarang harus ada kuota untuk belajar, yang tadinya tidak ada harus ada," katanya.

Jadi menurut Aulia Iskandarsyah, pemerintah harus lebih peka untuk melihat, membuat jejaring pengaman sosial.

"Kalau mau ada bantuan langsung tunai (BLT) ya berarti harus tepat sasaran kepada orang yang betul membutuhkan," tuturnya.

Aulia Iskandarsyah memaparkan, untuk orang yang menjalaninya, kondisi ini memang kondisi yang tidak bisa dihindari.

"Artinya berarti orang harus menerima kondisi yang ada dan bisa menyesuaikan dengan kondisi itu," ujar Aulia Iskandarsyah.

Aulia Iskandarsyah mengungkapkan, kalau dulu bisa ngojek sebelum pandemi bisa bawa pulang uang Rp 200 ribu, sekarang karena orang jarang pakai hanya bisa membawa Rp 100 ribu, harus menerima karena kondisinya berubah.

"Gak bisa dibandingkan dengan sebelumnya (sebelum adanya pandemi)," katanya.

Dengan menerima ini, kata Aulia Iskandarsyah, dia bisa menyesuaikan dengan lebih gampang jadi harus ada sikap menerima kondisi normal baru ini.

"Kalau tak menerima jadinya frustrasi, ketika frustrasi bisa terjadi berbagai hal, seperti beratem terus, bisa jadi yang tadinya sedikit gak marah jadi marah, dan banyak hal," ucapnya.

(TribunJabar.id/Lutfi Ahmad Mauludin)

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ribuan Wanita di Bandung Jadi Janda Baru, Ini Penjelasan Psikolog Penyebab 'Banjir' Perceraian


Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved