Nadiem Makarim Disebut 'Sial' Jabat Mendikbud, Akui Tak Pernah Bayangkan Pandemi Covid-19 Terjadi
Di masa Pandemi Covid-19 saat ini, Mendikbud Nadiem Makarim adalah salah satu sosok yang jadi sorotan.
TRIBUN-TIMUR.COM-Podcast Deddy Corbuzier kembali mengundang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Tayangan Podcast Deddy Corbuzier bersama Nadiem Makarim tayang di YouTube, Selasa (18/8/2020).
Di masa Pandemi Covid-19 saat ini, Nadiem Makarim adalah salah satu sosok yang jadi sorotan.
Pasalnya akibat Pandemi, sebagai Mendikbud, Nadiem Makarim harus mengambil kebijakan 'menutup' sekolah.
Kegiatan belajar mengajar dialihkan dari tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh.
"You know what gua baca berita-berita tentang lu di mana-mana dan kayaknya agak sial ya menjabat menteri pendidikan sekarang,"kata Deddy Corbuzier.

"Sulitlah,"jawab Nadiem Makarim.
Deddy Corbuzier lantas memberikan pilihan 'jebakan' kepada Nadiem Makarim terkait pembelajaran jarak jauh selama Pandemi Covid-19.
"Kalau disuruh pilih generasi jadi bodoh atau kesehatan atau menambah jumlah Covid. In a sense, bahwa Covid kan tidak akan semuanya kena juga toh? Nah tapi ini generasi satu generasi lo bos,"tanya Deddy.
Nadiem kemudian memberikan respon 'bijak' atas pilihan-pilihan yang diberikan kekasih Sabrina Chairunnisa tersebut.
"Kalau harus memilih, jawaban saya adalah beban dan amanah kepemimpinan adalah untuk bisa mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Pasti ada trade off kan, kalau kita memilih satu pasti ada trade offnya,"jawab Nadiem.
"Tapi tidak bisa unidimensional. artinya pemaksaan mas Deddy untuk saya memilih itu adalah metode unidimensional yang menurut saya di pemerintahan tidak bisa,"tambah Nadiem.
Menurut Nadiem, di Indonesia saat ini mengakui telah terjadi krisis kesehatan, ekonomi, dan pembelajaran.
"Saya harus memperjuangkan bahwa kita ada krisis ketiga, krisis pembelajaran. Ini di dunia, tapi di Indonesia lebih akut. Krisis pembelajaran ini sedang terjadi pada saat Pandemi Covid ini dan kita tidak bisa suatu kebijakan hanya berdasarkan satu krisis,"jelas Nadiem.
Pendiri GoJek tersebut menyebut, dalam membuat kebijakan harus memitigasi semua krisis. Pasalnya, setelah pandemi Covid-19, masyarakat akan hidup dalam dunia yang dihasilkan dari semua kebijakan.
"Tapi menurut lu, masyarakat lebih memilih mana?,"timpal Deddy.

"Kalau menurut survei dan lain-lain, masyarakat sebenarnya lebih menginginkan relaksasi,"kata Nadiem.
"Artinya kan sebagai seorang pemimpin, lo harus membahagiakan lebih banyak masyarakat dong. Kalau masyarakat lebih banyak yang ingin relaksasi and you don't do that, lo akan dibenci masyarakat dengan jumlahnya yang banyak itu,"kata Deddy.
"Boleh saya tidak setuju dengan asumsi itu, tugas saya bukan untuk membuat sebanyak mungkin masyarakat bahagia. Tugas saya sebagai menteri adalah untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia,"kata Nadiem.
"Kadang dua hal itu nyambung, kadang dua hal nggak sama. Apa yang diinginkan banyak orang belum tentu yang terbaik,"jelas Nadiem.
"Tapi Anda sadar nggak, Anda terus dimusuhi oleh banyak orang,"kata Deddy lagi.
"Ya iya, itulah beban kepemimpinan,"balas Nadiem.
Saat menerima amanah sebagai Mendikbud, apalagi dengan tugas melakukan perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia, Nadiem mengakui hal tersebut akan menjadi beban kepemimpinan.
"Sukses atau tidak, saya nggak tahu. Tapi itu adalah tugas saya, saya dipilih Pak Presiden untuk melakukan itu,"kata Nadiem.
Namun dalam perjalanannya sebagai Mendikbud, Nadiem Makarim tidak pernah membayangkan akan menghadapi Pandemi Covid-19.
"Banyak orang yang tidak sadar sudah ada krisis pembelajaran. Setelah itu, baru saja beberapa bulan kita baru mau melangkah, melakukan berbagai perubahan, baru mulai semangat, Covid,"kata Nadiem.
Akibatnya, ia harus melakukan restrukturisasi program hingga anggaran pendidikan.
"Bayangkan, jadi saya sekarang, pertama kali masuk pemerintahan di sektor pendidikan walaupun itu passion saya, baru ditantang untuk melakukan perubahan yang tanpa pandemi saja, itu sudah luar biasa sulitnya,"kata Nadiem.
Soal Minta Maaf terkait Polemik POP
Dalam podcast tersebut, Deddy mengakui sosok Nadiem Makarim saat menjadi Mendikbud akan mengambil kebijakan-kebijakan 'gila' untuk pendidikan di Indonesia.
Menurut Deddy, Nadiem akan 'berperang' dengan banyak orang dan tidak semua kebijakannya akan membuat senang banyak orang.
Yang terbaru terkait pro kontra Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas Nadiem Makarim. Di mana, sejumlah organisasi besar memilih mundur dari program tersebut.
"Ada satu hal yang gua nggak suka, yaitu pada saat lu minta maaf. Karena kalau lu minta maaf, artinya decision lu salah kemarin. Padahal menurut gue, lu mengambil keputusan itu tujuannya mungkin positif tapi lu kaget ternyata kalau ngambil keputusan seperti ini, gua diserang orang banyak,"kata Deddy.
"Mas Deddy, minta maaf kan, itu di budaya kita merupakan suatu yang penting kalau kita merasa ada kekhilafan. Dalam melakukan perubahan ini, saya lumayan sering sih minta maaf, apalagi sama tim saya,"kata Nadiem.
Menurutnya dengan minta maaf bukan berarti apa yang ia lakukan salah.
Bagi Nadiem, POP adalah salah satu program transformasional dan mendapat dukungan banyak orang.
Namun, Nadiem mengakui dalam proses POP banyak kekurangan yang seharusnya bisa diatasi terlebih dahulu.
Polemik POP muncul menurut Nadiem muncul akibat kurangnya penjelasan dari Kemdikbud mengenai program tersebut.
"Pertama, kita tidak melakukan sosialisasi mendalam, terutama bagi organisasi-organisasi masyarakat yang besar. Itu kesalahan saya, kami terus terang distracted karena Covid, karena PJJ yang kami harus fokus itu,"jelas Nadiem.
(tribun-timur.com/anita wardana)