Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Disertasi Haji Bugis

Teliti Keunikan Haji Bugis atau Aji Ugi, Ketua LTN NU Sulsel Raih Gelar Doktor di UIN Alauddin

Teliti Keunikan Haji Bugis atau Aji Ugi, Peneliti BLAM Makassar dan juga Ketua LTN NU Sulsel Raih Gelar Doktor di UIN Alauddin

Editor: Mansur AM
LTN NU
Peneliti Balai Litbang Agama Kota Makassar, Syamsurijal Adhan 

“Bagi pedagang, gelar haji juga memudahkan mereka untuk meminjam barang dagangan, karena haji dianggap lebih religius dibanding orang yang belum bergelar haji,” lanjut pria kelahiran Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, 17 November 1976, ini.

Dalam penelitiannya ini, Syamsurijal juga mengeritisi maraknya pengusaha travel haji dan umrah, yang menawarkan iming-iming kepada calon jamaah melampaui tugas utamanya. Padahal, orientasi utama naik haji adalah melaksanakan rukun Islam kelima.

“Ada travel haji yang menawarkan naik haji bukan sebagai menjalankan rukun Islam saja, tetapi lebih kepada menunjukkan status sosial. Seperti bertamasya, menginap di hotel mewah, dan sebagainya. Travel seperti inilah, yang menghilangkan kesakralan pergi haji, apalagi dengan menghilangkan beberapa tradisi dan ritual sebelum berangkat dan pulang haji,” jelasnya.

Selain memaknai haji secara agama, masyarakat Bugis-Segeri, juga memberikan pemaknaan haji berbasis tradisi lokal. Makna-makna haji semacam “were na pammase”, haji sebagai “assenusenungeng” atau Haji Bawakaraeng, muncul sebagai buah dari perjumpaan antara haji menurut agama dengan pemaknaan lokal.

Belakangan, kata dia, tidak hanya tradisi lokal, Haji Bugis pun mengalami pergumulan dengan modernitas, yang melahirkan perjumpaan segitiga, yaitu ajaran Islam (haji), tradisi lokal, dan modernitas.

Perjumpaan antara Islam, tradisi lokal, dan modernitas, yang selama ini sering kali dianggap sebagai determinasi satu atau dua entitas atas yang lain, tidak berlaku dalam masyarakat Bugis. Jadi, penelitian ini bukan melulu melihat aspek teologis, tetapi ingin juga memahami tradisi dan ritual haji,” kata Syamsurijal.

BLAM Gembira

Peneliti dan pegawai BLAM menyambut gembira pencapaian Syamsurijal merengkuh gelar tertinggi dunia akademik. Hal ini terlihat dari membanjirnya ucapan yang ditulis rekan-rekannya di Grup Whatsapp BLAM.

Tak lupa pula, Kepala BLAM, H. Saprillah, M.Si, memberikan pujian atas penyelesaian Doktor Syamsurijal, yang merupakan sahabat karibnya sejak berstatus sama-sama mahasiswa di UIN Alauddin Makassar.

“Selamat buat Syamsurijal. Semoga ilmu yang dicapai dapat bermanfaat untuk agama, bangsa, negara, dan penelitian di BLAM,” kata Saprillah, yang juga akan melangsungkan Promosi Doktoral dari UIN Alauddin Makassar, Kamis, 27 Agustus 2020.

Meski mengenyam pesantren enam tahun, ia juga tertarik membaca buku-buku filsafat sosial kritis, dan novel.

Sebagai peneliti, Syamsurijal cukup produktif menulis. Sebelum menjadi Peneliti BLAM, ia sudah aktif menulis, yang dituangkan ke dalam bentuk buku, jurnal, dan artikel. Ia kini menjabat Peneliti Ahli Madya (IVa).

Di kalangan Peneliti BLAM, Syamsurijal termasuk peneliti cerdas dan kritis. Setiap kali diskusi di forum, pria yang sering berpenampilan modis ini, kerap melontarkan gagasan kritis, out of box, atau di luar pemikiran arusutama.

Namun, di balik “kegarangannya” berdiskusi di berbagai forum akademik, Doktor Syamsurijal hingga kini masih merasakan ketakutan (phobia) naik pesawat terbang. (ir/BLAM)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved